Prologue: 1971

110 10 3
                                    




SUMMER, 1971
☆●□☆●□●☆●□☆●□☆●□☆






"Ini dia!" Ucap pria yang mengenakan
kemeja hitam dengan kancing penuh sampai leher. Kemejanya terlihat pas di tubuhnya sehingga kancing dibagian atas tampak mencekik lehernya. Pria yang biasa disebut Bartender itu menyuguhkan Cocktail yang ku pesan lagi.

"Terimakasih." Ucapku tersenyum ramah kepadanya sambil duduk kembali di Counter Bar setelah menyaksikan pertunjukan Band Queen di panggung kecil Klub ini. Lalu, dia fokus kembali dengan pekerjaannya. Sesekali aku mengamati pria yang disapa Hugo itu oleh pengunjung lain. Rambut cokelat panjangnya yang diikat gaya ponytail menjuntai menyentuh kerah kemeja hitamnya dan kadang menimbulkan efek mengkilap dari pantulan lampu klub di ruangan itu. Wajahnya cukup tampan aku yakin dia bukan orang Inggris, mungkin Perancis atau Italia? Entahlah.

Beberapa menit berlalu, aku hanya duduk menikmati teguk demi teguk minuman yang ku pesan tadi, bahkan sudah hampir habis dan aku akan memanggil Hugo untuk menambah minuman lagi. Tapi tanpa perlu menunggu waktu lama Pria itu datang menghampiriku sambil memberikan pesanan minuman orang lain.

"Jadi, lo datang kesini sendirian?" Tanya Bartender itu kepadaku yang masih asik menikmati lagu yang dibawakan Freddie Mercury setidaknya itu yang ku tahu. Oke, ini aneh sekali, aku tahu Band Queen. Maksudku, ada beberapa lagu mereka yang ku tahu hanya saja, aku hanya tahu nama mereka dan tidak mengingat betul wajah mereka. Terlebih karena mereka saat ini mungkin hampir seusia kakekku, dan yang ku tahu vokalisnya, Freddie Mercury sudah tiada. Aku juga tidak mengikuti perkembangan Band mereka sampai detik ini. Yang bisa ku ingat hanya gitarisnya saja, karena ciri khas rambutnya yang keriting mengembang layaknya Cotton Candy.

Aku menoleh menghadapi si Bartender itu, mengangguk dan tersenyum ramah menanggapi ucapannya. Jelas aku datang ke Klub ini sendiri, tapi bukan untuk yang pertama kali. Aku sering ke tempat populer yang ada di kota London ini, hanya saja waktu dan suasananya yang berbeda. Setidaknya dia tidak tahu darimana aku berasal atau dari dimensi mana aku datang.

Pria itu mengangguk mengerti maksudku dan kemudian giliran aku yang bertanya, "Hmm.. Nama lo Hugo, kan?" Tanyaku sedikit berhati-hati,

Dia kembali tersenyum, "Nama gue Maxence Cardier, tapi orang-orang disini manggil gue Hugo, katanya lebih mundah diingat." Jawab Maxence, "Kalau lo sendiri?"

"Sunny Vinovich," Jawabku.

Dia tersenyum ringan padaku, "Cool name!"

Aku tertawa sekilas, "Thanks," balasku yang melirik sebentar ke arah minumanku, lalu kembali melihatnya. "Gue yakin lo pasti dari Perancis?" Tanyaku dengan percaya diri.

"Ya, begitulah.. makanya gue terbiasa dipanggil Hugo," Jawab Hugo yang seraya menanggapi pesanan orang yang berdiri di sampingku. "Sebentar, ya," Katanya kembali pada tanggung jawabnya.

Aku kemudian membalikan tubuhku mengamati sekeliling ruangan di Klub ini. Orang-orang berlalu lalang dengan aktivitasnya masing-masing. Minum, merokok, mengobrol sambil tertawa, dan mabuk. Aku suka melihat fashion di masa ini, kebanyakan pria di sini memanjangkan rambut mereka layaknya wanita. Belum lagi outfit yang mereka kenakan beraneka-ragam.

Dalam satu ruangan ini aku bisa menemukan pria yang mengenakan Coat berbahan bulu membuat mereka tampak berkelas dan Glamour. Kemudian, ada juga pria yang mengenakan setelan blazer berkerah lebar dengan celana bahan Flared-nya, sedangkan untuk yang wanitanya terlihat keren dengan Mini Skirt dan sepatu Boots panjang yang hampir selutut. Warna-warna yang mereka kenakan pun terlihat cerah.

TraveLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang