Oliver Watts

54 4 2
                                    



OLIVER WATTS
☆□●☆□●☆□●☆□●☆□●☆□●☆



Aku dan Jill asik menggoyangkan badan kami di lantai dansa klub, menari layaknya orang sinting sambil menggenggam gelas yang berisi minuman.

Malam di hari sabtu ini, tepatnya saat aku tiba di flatku yang nyaman setelah pulang kerja, Jill dan Mary kembali mengajakku menyaksikan pertunjukan Band Queen di klub. Padahal niat awalnya aku tidak berencana pergi kemanapun apalagi menonton Queen. Bukan, bukan, ini bukan masalah Queen-nya, tapi aku malas saja jika harus bertemu Roger yang sepertinya sudah lima hari ini tidak pulang. Aku menyadari itu bukan karena merasa rindu terhadap kehadirannya, tapi memang tidak ada tanda-tanda kehidupan dari penghuni sebelah semenjak pertemuan terakhir kami pada hari senin malam. Belum lagi Jill memaksaku ikut, jadi kuputuskan untuk menyetujuinya.

Kalau dipikir-pikir diantara kami bertiga hanya aku dan Jill yang bertingkah seperti orang gila saat berada di klub. Minum dan menari sambil tertawa dengan berbagai macam gerakan aneh kami lakukan. Walaupun begitu, aku senang hubungan pertemananku dengan Jill berjalan lumayan akrab. Kami layaknya teman yang sudah lama mengenal satu sama lain, padahal perkenalan kami baru saja berjalan satu minggu.

Aku dan Jill terus menari menggoyangkan badan kami sambil menikmati lagu yang diputar di dalam klub mulai dari lagu Nathan Jones, lalu Mercy Mercy Me.

"Nice butt," ucap Jill saat aku menggoyangkan pinggulku.

"Feels like a marshmellow, huh?" Gurauku. Aku tahu akan mengeluarkan kata-kata aneh saat aku minum.

Jill merangkul leherku lalu membisikkan sesuatu padaku, "Yup, sampai Roger nggak tahan merhatiin lo," ucapnya tertawa.

Sontak aku langsung menghempaskan lengan Jill dengan memandangnya terkejut, "WHAT?!"

Jill menarik lenganku lagi dan kembali berbisik, "Lihat tuh! lagi sama ceweknya aja masih bisa-bisanya dia lihatin lo terus," katanya sambil menunjuk ke arah Roger dengan wajahnya.

Aku menoleh ke samping dan melihat Roger yang sedang duduk di sana sambil merokok. Merangkul dan mendekapkan tubuh kekasihnya ke dalam pelukan pria itu. Dari kejauhan pun aku bisa melihat kekasih Brunette-nya menyandarkan kepala di dada Roger, sementara wanita itu tidak menyadari bahwa terkadang Roger mencuri-curi pandang ke arahku.

"Percaya sama gue, bentar lagi juga mereka putus gara-gara Dia naksir sama lo," ucap Jill.

Aku memutarkan kedua bola mataku, "Pfffttt.., nggak akan mungkin orang yang haus perhatian kayak Roger mutusin pacarnya. Yang ada dia ngoleksi cewek lain buat cadangan Dia kalau lagi bosan sama si Brunette." Ucapku padanya.

"Oh, ya? Masa? Kok tahu?" Goda Jill tersenyum jahil.

"Iyalah gue tahu. Gue sempet ketemu sama cewek cadangannya waktu di apartemen," jawabku meyakinkan Jill. Awalnya Jill terkejut ketika Dia tahu aku satu tempat tinggal dengan Roger. Namun, setelah itu dia malah menggodaiku dengan ucapannya yang mengatakan bahwa aku ini berjodoh dengar Roger karena kebetulan-kebetulan yang kami alami.

Wanita itu masih tersenyum meledek kepadaku, "Hmm gitu. Paling nanti giliran lo yang dijadiin cadangannya dia," katanya sambil tertawa.

Keningku berkerut saat memandangnya, "Ih, apaan sih, Jill! Jangankan cadangan, jadi satu-satunya pun gue nggak minat."

Tawa Jill mulai surut hingga menatapku sedikit serius, "Jangan gitu, lo belum kenal Dia aja kok. Kalau lo tahu dia gimana kemungkinan lo bisa jatuh cinta." Penjelasannya membuatku ingin tertawa.

TraveLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang