===============
Anum menatap sekitaran gedung tinggi yang ada disepanjang jalan Rasuna Said. Sudah hampir 2 tahun dia meninggalkan kota ini. Dan sekarang dia kembali lagi. Anum membuka kaca taxi online dan merasa dejavu memperhatikan keadaan disepanjang jalan menuju perusahaan tempatnya magang. Disebelahnya, Pipit tampak sedang asyik Video Call dengan Bang Arya. Membahas masalah orderan Sambal Nenek dan beberapa produk baru yang bulan kemarin baru diluncurkan.
Anum memang mencoba varian baru. tidak hanya sebatas sambal botolan, tapi juga beberapa makanan rumahan instan lainnya. Ada Cumi Sambal Ijo, Cumi Asin, dan aneka bumbu dasar instan yang memudahkan ibu-ibu untuk meracik makanan lezat didapur. Pipit memang membidik pasar wanita karir, dan ibu-ibu muda yang membutuhkan makanan instan, praktis, non MSG, tapi tetap memiliki citarasa tinggi.
"Beres..." Pipit menutup VC dengan Bang Arya. Memasukkan HP ke tas dan memandang Anum. "Kamu gak perlu cemas lagi Num, semua urusan di Bandung sudah dihandle dengan baik. Kita bisa fokus magang dulu."
"Syukurlah.." Anum membalas lunak.
"Oh, Ayo dong Num. Kenapa mukamu masih tidak bersemangat begitu?" Pipit mencubit gemas pipi chubby Anum. "Ini hari pertama kita, jangan buat kesan buruk dengan wajahmu yang kusut itu."
Anum memaksakan senyum. Ia memang tidak bersemangat sama sekali.
Taxi berhenti di depan sebuah gedung tinggi. Pipit bergegas turun dengan semangat. Melihat Anum yang masih ogah-ogahan, membuat Pipit membuka pintu penumpang Anum dan menarik dengan sedikit paksa tangan Anum supaya turun dari Taxi dengan segera.
Dengan malas Anum turun. Merapikan rambutnya pelan. Dengan menenteng tas yang seharusnya disampirkan, Anum berjalan lambat mengikuti Pipit yang melangkah cepat didepannya.
Sadar kalau Anum jauh tertinggal dibelakang, membuat Pipit menghentakkan kaki dan mundur untuk menyusul Anum.
"Ck, ayolah Num, kamu tau kan kalo malas itu bisa menular, aku gak mau tertular kamu, Ayo semangat!!"
Pipit merapikan kerah Blazer putih yang dipakai Anum. Menyampirkan dengan sempurna tas kerja dibahu kanan. Dan terakhir menggosok kedua bahu Anum dengan sedikit keras supaya Anum terjaga dan kembali bersemangat.
"Iya...iya.." Anum akhirnya berjalan mengikuti Pipit menuju kearah Lobby Gedung yang dipisahkan oleh kaca pembatas.
Dan saat dirinya memasuki lobby, rasa dejavu kembali hadir dipikirannya. Diedarkannya pandangan ke sekeliling. Memindai sekitar, sekaligus mengumpulkan memori yang rasanya berlarian dalam kepalanya. Pipit terus melangkah ke arah Lift dan tidak menyadari Anum yang masih berdiri sambil berputar pelan mengitari lobby yang di mulai ramai pagi ini.
Benak Anum menyusun puzzle yang rasanya sudah memenuhi kepalanya. Matanya menyipit menandakan keseriusan. Tanpa disadari, keringat dingin mulai membahasahi pelipis. Bahunya sedikit terguncang.
Anum Shock!
Kenapa dia tidak menyadarinya.
So Stupid.!
Selama 3 tahun dia bekerja di rumah Tuan Figo. Dan betapa bodohnya dia sampai tidak pernah bertanya sekalipun nama perusahaan Tuan Figo. Bahkan dia pernah sekali kekantor Tuan Figo untuk mengantarkan makanan, dan betapa bodohnya seorang Anum tidak memperhatikan sekitar. Bahkan sekedar untuk membaca nama perusahaan yang ada di tembok marmer luar.
Oh, dia baru ingat, waktu mengantarkan makanan, dia diantar Parto yang langsung membawanya ke parkiran Basement khusus CEO dan langsung menaiki lift khusus direksi. Baru ketika akan pulang, Anum naik mobil di Lobby. Dan saat itupun Anum terburu-buru sehingga tidak memperhatikan keadaan sekitar.
Wajah Anum memucat. Bayangan pertemuan terakhir di ruangan kerja Tuan Figo membuatnya bergidik membayangkan jika harus bertemu sekarang. Hal itu membuatnya setengah berlari keluar dari lobby gedung menuju jalan raya. Berniat untuk menyetop taxi dan pergi dari sini. Anum sungguh tidak siap untuk menghadapi Tuan Figo saat ini.
Kakinya terasa gemetar dan sedikit lunglai saat langkahnya mencapai lantai terluar gedung. Sayup- sayup Anum mendengar suara Pipit yang memanggilnya dari belakang. Sebuah sedan hitam berhenti didepannya. Anum bergegas mendekat, berharap kalau itu adalah taxi online yang sedang menurunkan penumpang. Tanpa melihat lebih detail jenis mobil yang berhenti persis didepannya, Anum mendekati pintu penumpang, menunggu dengan tidak sabar pintu itu terbuka untuk sesegera mungkin masuk dan meninggalkan tempat ini.
Tangan Anum bertaut gelisah. Saat pintu penumpang terbuka, dengan cepat Anum mendekat. Tangan kirinya sudah memegang pintu yang terbuka. Sejurus kemudian, seorang pria turun. Berpakaian jas lengkap, berkacamata hitam, dan tampaknya sedang asyik menjawab panggilan telpon.
Anum terpaku. Rasanya dunianya berhenti berputar. Matanya nanar menatap sosok yang baru turun dari mobil. Sosok yang tampak tidak menyadari situasi sekitarnya. Begitu turun dari mobil, dengan posisi masih berdiri disebelah pintu mobil yang terbuka, ia memutar badan menyamping, dan dengan kepala sedikit terangkat, masih asyik berbicara di telepon.
Napas Anum memburu. Entah kenapa rasanya dunianya mau runtuh. Bukan hanya dunianya, tapi tubuhnya serasa lunglai. Menatap pria gagah yang berdiri didepannya, yang masih tidak menyadari keberadaannya, yang menumbuhkan rasa takut luar biasa di diri Anum.
Entah sadar atau tidak, Anum mundur beberapa langkah. Tangannya terkepal di kiri kanan, menahan sesak akibat cemas dan takut berlebihan. Dan ketika pria itu berjalan menuju kearahnya, Anum semakin pucat. Reflek diputarnya badan membelakangi. Tangannya memegang dada merasakan getaran tubuh dan debaran jantungnya yang tanpa irama. Keras dan tak beraturan.
"Oke Kinan. Aku udah di Lobby. Kamu langsung keruangan meeting saja."
"Iya.. iya Kinan....." suara pria itu terdengar membujuk.
Dan saat pria itu melewatinya, Anum menahan napas. Benar-benar menahan napas. Seakan takut bahwa dengan bernapas akan membuatnya ketahuan.
Ditatapnya punggung pria itu yang melewatinya dengan langkah tegap. Gagah seperti biasanya.
Sosok yang beberapa tahun ini berusaha dilupakannya. Tapi hanya dengan melihatnya seperti ini saja, sudah menjungkir balikkan dunianya.
Tuan Figo!
Sosok yang membuat matanya memanas sekarang hanya dengan memandang punggungnya.
Tuan Figo bahkan tidak menyadari kehadirannya, tapi Anum sudah merasa sangat terintimidasi.
Apa yang akan terjadi seandainya mereka bertemu muka?
Anum menggeleng keras.
Anum tidak sanggup.
Sungguh tak sanggup.
Beberapa langkah pria itu melewatinya, Anum membalikkan badan menuju pintu keluar lobby. Dan dengan cepat menghambur keluar. Menghirup udara yang rasanya lebih segar dibanding didalam lobby.
Anum menghirup udara kuat-kuat. Seakan bisa merasakan jantungnya memompa dengan cepat. Air matanya mengalir. Awalnya pelan. tapi semakin lama, deraian tangisnya membuat isak yang kuat.
"Hei Num....!"
Lengannya dipegang kuat dari belakang.
"Kamu kena...pa?" Nada kuatir jelas terdengar dari suara Pipit yang sekarang berdiri didepannya.
Wajahnya ditangkup kedua tangan Pipit. Yang kemudian bergerak menghapus air mata yang dengan deras membasahi pipinya.
"Kamu kenapa? Ayo bilang sama ku?" Anum menggeleng. Mulutnya terbuka dan menutup. Tapi suaranya tidak keluar. Akhirnya hanya gelengan kepala yang menjawab rasa kuatir Pipit.
"Sshh.... tenang Num, ada aku disini." Pipit menarik Anum kedalam dekapannya. Erat. Seolah sahabatnya itu ingin memberikan kekuatan untuk Anum.
==================
🔅🔅🔅🔅🔅🔅🔅
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ugly Swan (TAMAT)
Romance#1 Penantian Cinta ( November 2019) #1 Rahasia Cinta (April 2020) #1 Perjuangan Hidup (NOvember 2019) #2 struggle (November 2019) Saat perbedaan status kehidupan dan ekonomi membuat cintamu mundur, apakah kamu akan menyerah? Atau kamu akan berjuang...