1

853 29 4
                                    

Terlambat sekolah sudah menjadi hal biasa bagi Elsa yang notabennya anak pemilik sekolah SMA Bantara, padahal dia berstatus sah menjadi siswi baru dua minggu yang lalu. Tapi karena ulahnya yang urak-urakan, menjadi dia dipandang oleh banyak kalangan guru maupun teman-temannya ataupun kakak kelasnya.

Seperti saat ini Elsa berjalan santai menuju gerbang yang kini tertutup rapat. Memainkan ponselnya, lalu tak lama seorang bapak paruh baya datang membukakan gerbang.

Tanpa basa-basi lagi Elsa segera masuk ketika sudah mengucapkan terima kasih kepada bapak paruh baya. Masih dengan ponselnya yang digenggam, Elsa berjalan tanpa rasa takut menuju kelasnya di lantai dua yang mengharuskan melewati lapangan utama.

Dimana biasanya lapangan utama tempat yang paling strategis untuk menghukum anak-anak bandel, tapi Elsa masih tetap berjalan dengan langkah gontai melewati pinggir lapangan.

Elsa tetap menatap lurus ke depan, seakan-akan membutakan penglihatan ketika banyak anak di lapangan melihat ke arah dirinya. Hingga salah satunya memanggil nama Elsa, membuat yang mempunyai nama menoleh, dan menatap datar tapi tajam.

"El lo telat ke sini!" teriak Aleta sahabat Elsa yang kini berada di barisan anak-anak terlambat.

Elsa menghela nafas kesal, dan menatap tajam ke arah Aleta.
"Gurunya aja slow, nggak ngehukum gue kok. Ngapain gue harus nyerahin diri buat panas-panasan" jawab Elsa santai.

"Eh nggak bisa gitu dong! Tadi kan ketos lagi keliling cari anak terlambat, dan lo terlambat berati lo juga kena" sahut Elsa tidak terima.

"Ketosnya kan nggak bisa nemuin gue, berati itu keberuntungan gue Aleta! udah ah gue mau ke kelas"

Elsa hendak melangkahkan kakinya kembali, namun ia dihadang cowok yang ia kenali sebagai seniornya yang menyandang ketua osis di SMA Bantara.

Disaat itu juga Elsa langsung diam menatap datar ketos, yang juga menatapnya tak kalah datar.
"Apa?!" geram Elsa setelah lama diam.

"Lo terlambat dan lo masuk barisan sekarang!" titahnya membuat Elsa menatap tajam mata elang Parka, sang ketua osis yang terkenal galak.

"Kalo gue nggak mau?" tanya Elsa mengejek, sambil mengangkat sebelah alisnya dan melipat tangannya di depan dada. Membuat Parka geram dan menatap tajam manik coklat Elsa.

"Laksanakan sekarang! sebelum gue berubah pikiran ngehukum lo lebih dari ini" finalnya, membuat Elsa menyeringai dan berjalan gontai menuju barisan.

"Rasain! kena juga kan lo" bisik Aleta pelan setelah Elsa berdiri di sampingnya.

Elsa masih setia dengan seraingannya menatap tajam gerak-gerik Parka di depan yang menyampaikan pesan dan hukuman kepada anak-anak.

Hingga mata elang Parka menatap manik coklat Elsa, membuat Parka geram sendiri dengan anak itu. Karena bukan hanya satu kali ia menghukum, namun hampir setiap hari ia menghukum Elsa karena ulah usil adik kelasnya itu. Yang membuat Parka naik pitam hanyalah saja tidak ada kapoknya.

"Sekarang minta tanda tangan kepada wali kelas kalian masing-masing di buku khusus daftar masalah kalian, lalu dikumpulkan di ruang osis!"

Perintah Parka dan disanggupi semua anak, kecuali Elsa yang kini sedang mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Membuat semua menatap bingung ke arahnya, termasuk Parka.

"Ada apa?"

"Bukunya habis" ujar Elsa tidak tau malu, membuat semua orang melongo tidak percaya. Yang bahkan Parka sendiri kaget.

"Buset banyak ngelanggar aturan lo emang" sahut Fiko teman sekelas Elsa yang berada di sebelahnya.

"Beli di kopsis sekarang!" titah Parka membuat Elsa memutar bola matanya malas. Dan mau tak mau ia melaksanakan tugasnya, begitupun yang lain.

ELSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang