Pundak yang slalu ada itu
Kini sudah pergi meninggalkan
Berjuta tetesan air mataDengan langkah yang sedikit gugup aku menguatkan diri untuk memasuki kelas, entah berapa banyak bullyan yang akan ku terima hari ini. Saat aku memasuki ruangan kelas itu, tempat duduk ku sudah dipindahkan dari samping Reza. Entah siapa yang telah melakukan itu. Untungnya tidak ada guru di jam pertama ini. Aku duduk di bangku tempat tas ku berada, tepatnya di kursi lama Shakira.
Aku tidak melihat bunga, mawar ,dan melati di dalam kelas itu. Pikiran ku melayang, entah apa yang sedang ku lamunkan saat itu.
Tania menghampiri mejaku dan memukul nya, hingga memecahkan lamunanku.
"Putus asa fel, makanya jangan kebanyakan gaya sok posting-posting foto kayak prewedding, akhirnya putus juga...." Ucapnya sambil tertawa , semua orang yang ada di kelas itu melihat kepadaku, dan mereka mengikuti tawa Tania. Tidak dengan Shakira dan Reza mereka berdua hanya melihat ku saja. Saat itu aku berharap Reza akan membela ku di depan semua orang itu.
"Apa??,nggak bisa jawab?? Berharap bakalan ada yang belain??",ucap Tania dengan memegang daguku kencang. Tania memang membenci ku saat kami masih kelas 10,mungkin dia tau sekarang lah saat yang tepat untuk ia balas dendam. Ku lihat lagi Reza tidak ada reaksi sama sekali. Tetes air mata pun membasahi pipi ku.
"Nangis ??, Mantan Lo nangis Reza"ucap Tania disambut tertawaan dari orang-orang yang ada di sana.
"Basi!!",kulepaskan tangan Tania di dagu ku, ke paksakan kaki ku untuk berlari menuju kolam kecil di belakang sekolah. Ku lepaskan semua tangisku di depan kolam itu. Entah kesalahan apa yang telah ku perbuat hingga hidup ku menjadi seperti ini.
"Hai", seseorang menyentuh pundak ku dari belakang. Aku pun menghapus air mata ku sebelum membalik kan badan ku.
"Feline, ngapain disini",ucapnya, dia laki-laki pagi tadi yang ada di UKS. Seketika langit berwarna gelap, warnanya mewakili bagaimana perasaan ku hari itu.
"Ayok cari tempat yang teduh, nanti kamu kehujanan",ajaknya dan aku hanya mengikutinya dari belakang, entah kemana dia akan membawa ku.
Langkah nya berhenti di sebuah koridor yang sepi. Selama aku bersekolah disini aku belum pernah kesini ataupun mengetahui lorong dari ruangan apakah itu. Dia menyapu sedikit debu dilantai dengan tangannya.
"Ayo duduk, lalu ceritakan apa saja yang telah terjadi pada dirimu",ucapnya. Dan aku mengikuti perintah nya untuk duduk.
"Bisa dimulai?"tanya nya padaku.
"Bingung harus mulai dari mana kak",seingat ku bunga memanggil orang ini dengan sebutan kak Rafel.
"Eh, btw teman-teman kamu lucu yaa",ucap nya padaku, aku merasa heran lucu dari mananya mereka. Bunga orang nya sedikit centil, mawar orang nya emosian sedangkan melati orang nya cengengesan terus.
"Lucu??",tanyaku.
"Iyaa, bunga mawar melati",ucap nya sembari tertawa. Dan aku hanya ikut tertawa juga.
"Kenapa nama kamu nggak merah aja??",pertanyaan yang aneh.
"Merah??",tanyaku
"Bunga mawar merah dan melati",ucap nya sembari tertawa. Menurut ku itu bukan hal yang sangat lucu, mungkin orang ini memiliki selera humor yang buruk. .
"Dan kenapa nama kakak nggak putih aja??, Bunga mawar merah dan melati putih",ucap ku padanya.
"Kalau kamu merah dan aku putih, berarti kita adik kakak dong??",tanya nya padaku, awalnya aku tidak mengerti apa yang dia ucapkan.
"Bawang merah dan bawang putih ya kak",tanya ku padanya.
"Emangnya kamu mau jadi bawang??",tanya nya lagi
"Nggak kak",jawab ku dengan tegas, bawang kan bau euyh.
"Yaudah ceritain sekarang nanti daripada nangis terus, sama kek bawang nangis karna badan sendiri",ucapnya.
"Emang nya penting ya bagi kakak??",tanyaku.
"Dengan kamu menceritakan tentang masalah yang sedang kamu jalani, itu akan membuat separuh hati mu menjadi tenang",ucapnya sambil memegang pundak ku.
" aku tak ingin menceritakan nya karna terkadang hanya sebagian orang yang ingin menolong ku dan sebagiannya lagi hanya ingin tau",jawab ku.
"Dunia tidak perlu tau bahwa dirimu sedang hancur, itu adalah pesan nenek padaku",tambah ku.
"Yaudah kalau nggak mau cerita, tapi aku tau kalau kamu nggak kuat lagi berada di sini kan, gimana kalau kita pulang??",tanya nya padaku.
"Pulang??,cabut??",tidak mungkin kan seorang Feline maudya ini akan melanggar aturan sekolah.
"Nggak, kamu telfon kakak kamu terus suruh dia nelfon ke sekolah untuk nyuruh kamu pulang cepat, suruh bilang ada urusan keluarga.",ide yang sangat cemerlang sekali yaaa, tapi untuk kalian semua jangan ditiru yaa, cabut sekolah itu nggak baik loh.
"Trus kakak juga gtu??",tanyaku. Dia mengangguk-angguk sambil memegang ponsel di tangan nya. Lalu aku pun mengeluarkan ponsel ku untuk menelfon kak Adrian.
Setelah kami selesai menelfon beberapa menit kemudian kami berdua di panggil ke ruang guru, dan di perbolehkan pulang, aku juga sudah beberapa kali menghubungi mawar, melati dan bunga untuk mengambil tas ku. Tapi tidak ada respon juga dari mereka, ntah apa yang sedang mereka lakukan.
"Tas kamu gimana",ucap nya sudah menyandang tas nya.
"Yaudah ya aku jemputin",ucap nya.
"Emang nggak papa kak??",tanyaku.
"Iya not father"ucapnya dan lalu pergi menuju ke kelasku. Beberapa kebingungan muncul di kepalaku yang pertama kenapa ada laki-laki sepengertian dia, yang kedua apa kata murid-murid di kelas yang melihat kak Rafel yang mengambil tas ku, yang ketiga apa maksud dari not father itu. Ok lah semua nya akan ku cari tau nanti.💦🌧️💦
Selama perjalanan aku hanya diam dan duduk di kursi yang paling belakang dan berpegangan ke belakang kursi motornya.
"Feline pegangan kita mau balapan sama mobil itu",ucapnya padaku. Aku merasa tidak nyaman akan hal itu, lagian kami kan baru kenal. Lalu dia mengambil kedua tangan ku dan meletakkannya di atas perut nya. Seketika hujan pun turun dengan deras.
"Mau berhenti nggak?",tanya nya suara nya berpacu dengan derasnya hujan.
"Nggak usah kak, aku suka hujan kok",jawab ku dengan keras agar dia bisa mendengar nya. Seingat ku itu adalah hujan di hari Rabu pertama kami. Sandarkan kepala ku ke pundak nya, air mataku menetes satu persatu. Itu lah hal yang paling ku sukai dari hujan, air nya yang menetes dapat menyamarkan air mataku dan Suara nya yang deras menyembunyikan suara tangis ku. Dan entah mengapa pundak yang baru aku kenal ini terasa sangat nyaman sekali,lebih nyaman dari pundak-pundak lainnya yang pernah ku tempati.Feline maudya.
Sampai disini dulu yaaa bagian dua nya
Semoga kalian suka yaaa
Jangan bosen buat baca dan nungguin chapter selanjutnya.....Slmat bersenang-senang
@_engliraa04_
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain on Wednesday _Rafeline
Teen FictionFeline seorang gadis populer akan kecantikannya yang jatuh cinta kepada kakak kelasnya Rafel yang tidak begitu dikenal banyak orang. Pertemanan mereka berdua dimulai dari putusnya hubungan Feline dengan Reza. Rafel lah yang menenangkan dan membantu...