Bagian Tujuh

21 5 0
                                    

Hujan di hari Rabu kedua kita sangat indah untuk diingat tapi mungkin sangat pahit untuk diulang

Setelah libur selama 5 hari, aku kembali ke sekolah seperti biasa. Jam demi jam telah ku lewati tapi kak Rafel belum menemui ku sama sekali. Yasudah lah mungkin dia sibuk.

Sepulang sekolah, aku beserta ketiga teman ku bersama-sama menuju gerbang sekolah, kalian tau lah kan untuk apa???,ya untuk nungguin ojek pribadi lah. Saat kami sedang asyik berbicara kak Rafel dengan motor nya berhenti di dekat kami berdiri. Dia mengajak ku untuk pulang bareng. Entah kenapa hati ini langsung mengiyakan apa yang dikatakan nya. Setelah berpamitan dengan mawar, melati, dan bunga aku segera menaiki motor matic nya kak Rafel .

"Kita mau kemana dulu nih Lin??",tanya nya yang memecahkah keheningan diantara kami.
"Terserah kakak aja",jawab ku
"Seperti nya hari mau hujan deh Lin",tambah nya lagi
"Ya main hujan aja"ucapku sambil tersenyum ke arah kaca spionnya. Dan dia melihat ku tersenyum dari kaca tersebut. Tanpa berkata sedikit pun ia langsung menambah kecepatan motor nya.

Satu per satu rintikan hujan turun tapi belum terlalu deras. Hingga kami berdua memutuskan untuk singgah di sebuah warung bakso. Jujur saja bakso memang makanan kesukaan ku dari dulu. Kami berdua memilih meja yang berada di dekat jendela, hingga kami bisa menikmati keindahan deras nya hujan. Aku mengulurkan tangan ke jendela tersebut, bagiku hujan adalah suatu karya Tuhan yang sangat indah,memang dia tidak selalu ada, tapi dia tidak pernah pergi, dia akan selalu datang, walaupun dia tidak pernah berjanji soal waktu.
"Kamu suka hujan?",tanya kak Rafel padaku.
"Iya kak, hujan itu indah walau hanya sesaat tapi dia tidak akan pernah berjanji untuk tidak datang lagi",jawab ku. Dia hanya mengangguk-angukan kepalanya.

Dan pesanan kami pun sampai, sepertinya dia sangat menikmati makanan nya. Tapi Selapar apapun aku, tapi aku harus bisa jaga image ku sebagai wanita. Menurut definisi ku arti wanita yang sesungguhnya adalah, seorang manusia yang bersifat anggun, seorang wanita yang senantiasa menjunjung tinggi nama keluarga besar, dan seorang wanita yang tidak pernah mempermalukan kedua orang tuanya sendiri , ya kalau kalian nggak setuju ya nggak pa-pa. Itukan hanya menurutku.

  Setelah menurut kami berdua telah selesai melahap semangkok bakso,  ingat ya 'menurut', bukan beneran. Masak aku berani melahap nya sampai habis.
"Masih hujan deh kak, pulang nya nanti aja, nanti kakak kedinginan",ucapku kepada kak Rafel.
"Hujan ya?",tanya kak Rafel kepada ku, menurut ku itu adalah sebuah pertanyaan yang aneh. Tapi apa yang ia lakukan selanjutnya??, Dia menarik tangan ku hingga di depan pintu warung tersebut.
"Mau berdansa?",tanya kak Rafel lagi. Aku hanya mengangguk-anggukan kepala ku. Dan kami menikmati indahnya irama yang dibuat oleh rintikan hujan di hari Rabu . Untung nya saat itu warung bakso tersebut tidak begitu ramai, tapi bisa ku rasakan mata-mata sinis yang memandang kami berdua, tapi menurut kak Rafel yaudah lah, kita ya kita, mereka ya mereka.
"Feline?",suara kak Rafel bagai berpacu dengan suara rintikan hujan.
"Apa kak?",jawab ku dengan sangat keras, agar bisa didengar nya.
"Sesuka apa sih kamu sama hujan??", tanya kak Rafel kepada ku
"Intinya suka aja gitu kak",jawabku
"Intinya ya kamu jangan pernah menyukai sesuatu hal dikarenakan orang lain, sebab saat orang itu pergi kamu akan membenci hal tersebut",ucap nya, dan aku hanya tersenyum mendengar apa yang diucapkan nya.

Yah begitulah Rain on Wednesday kedua kami, begitu manis untuk diingat, tapi mungkin begitu pahit untuk diulang

Feline maudya

Terimakasih ya teman-teman udah mau baca bagian tujuh nya
Aku mencintaimu pembaca setia ku

Jangan pernah bosen buat nungguin dan baca chapter selanjutnya yaa

Maaf ya kemaren itu lama banget update nya
Soal nya ada masalah sedikit😅
Kemaren Saia sedang hancur
Eh kan jadi curhat:v








Rain on Wednesday _RafelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang