21. Pura-pura

580 94 0
                                    

Vote dulu sayang








Start


















Hana telah kembali sehat, dan Chaeyeon yang baru mengingat titipan Doyoung segera masuk ke kamar Hana. Sebelum Yoonbin datang dan memonopoli Hana.

"Kenapa?" Tanya Hana pada Chaeyeon yang baru saja membuka pintu kamar Hana.

"Udah sembuh?" Tanya Chaeyeon basa basi.

Hana menganggukkan kepalanya, menatap Chayeon curiga.

Seorang Hana tentu akan cepat menemukan sesuatu yang berbeda dari Chaeyeon.

"Ada masalah mami Chae?" Tanya Hana yang kini berjalan ke arah ranjangnya. Duduk bersila dan menepuk ranjang kosong sebelahnya.

Chaeyeon mengerti maksud Hana. Chaeyeon berjalan mendekat dan menunjukkan titipan Doyoung untuk Hana.

"Dari Dobby." Chaeyeon memberikan kotak itu pada Hana. Hana langsung membukanya dan membaca pesan manis dari Doyoung.

Seperti biasanya, Dobby kesayangan Hana. Sahabat terbaik Hana setelah Chaeyeon.

"Kapan ketemu Dobby?" Tanya Hana pada Chaeyeon yang kini menyimpan kotak dan pesan itu disebelahnya. Menutupnya dengan bantal dan semoga Hana tidak melupakan untuk menyembunyikannya. Akan sangat berbahaya saat Yoonbin tahu.

"Jihoon?" Tebak Hana yang dibalas anggukan oleh Chaeyeon.

Chaeyeon sedang bingung, dia memang sudah sedekat itu dengan Jihoon. Bahkan keduanya sudah salint mengungkapkan perasaannya. Tapi entah karena keduanya adalah sosok yang berbeda - dalam urusan selain akademik -. Chaeyeon merasa kalau Jihoon tidak seperti dulu. Tidak seperti saat mereka mulai pendekatan.

Jihoo menjauh, tanpa alasan yang Chaeyeon mengerti.

"Menurutmu, Jihoon denganku bagaimana?" Tanya Chaeyeon ragu. Chaeyeon bukan seseorang yang mudah bercerita tentang hatinya. Chaeyeon bukan seseorang yang mudah untuk mengungkapkan apa yang sedang membuatnya bingung.


Meskipun dia adalah sosok yang suka memarahi Hana dan sudah seperti sosok ibu bagi Hana. Tapi Hana tidak pernah tau apa yang sedang membuat Chaeyeon risau.

"Jihoon terlalu pendiem, sedangkan mami Chae terlalu banyak bicara. Tapi kalian berdua serasi untuk urusan belajar. Otak kalian di level yang sama."

Entah itu suatu pujian atau bagaimana, Chaeyeon merasa Hana terlalu berlebihan dan entahlah mungkin otak Hana masih tidak beres untuk diajak berbicara.

"Hana, serius menurutmu aku dan Jihoon akan berhasil sepertimu dan Ben?"

Hana terlihat berpikir, sedikit lama dia berpikir membuat Chaeyeon berdecak sebal.

"Ah sudahlah, gila rasanya cerita sama orang gila sepertimu."

"Mami Chae mau di usir dari kos? Inget ya aku sekarang nyonya pemilik kos!" Kata Hana bangga.

Chaeyeon hanya membalasanya dengan gesture masa bodo dan jalan ke luuar dari kamar Hana.

Chaeyeon membuka pintu kamar Hana lagi dan mengingatkan untuk menyimpan hadiah dari Doyoung dengan aman.

"Hati-hati sama pak kos. Pak kosnya galak." Kata Chaeyeon sebelum menutup pintu lagi.

Hana membalasanya dengan tertawa kecil. Karena memang benar, Yoonbin galak. Terutama menyangkut Doyoung.








***








Luna menatap pintu ruang rawatnya, dia berharap kedatangan Jeno. Sayangnya sudah dua hari ini Jeno tidak datang mengunjunginya. Entah apa yang terjadi, Luna menjadi sangat khawatir.

Ceklek

Luna yang berusaha mengalihkan pandangannya ke arah jendela kembali menatap pintu yang akan terbuka itu.

Bukan Jeno. Melainkan neneknya yang datang.

"Pulanglah ke Aussie." Kata neneknya tanpa basa basi.

Ini sudah keberapa kalinya nenek Luna memaksanya untuk pulang saja ke Australia. Orang tua Luna memang tidak peduli pada Luna, untuk apa Luna harus kembali. Itu yang selalu Luna pikirkan.

"Sama saja halmeoni. Mau aku di Aussie atau disini, aku sendiri. Siapa yang akan peduli padaku." Balas Luna dengan suara sendunya.

Ketika dia mengingat bagaimana ayahnya membuang Luna setelah diagnosa dokter. Hati Luna terasa teriris-iris. Bahkan ibunya yang selalu membanggakan dirinya dibandingkan adiknya, langsung membuang Luna. Tidak memperdulikannya sama sekali.

"Ayahmu yang memintamu kembali." Bujuk neneknya.

"Aku tidak akan percaya. Kecuali ayah yang datang." Balasnya dengan nada suara yang sama.

Banyak rasa sakit yang dia alami karena orang tuanya. Dan hanya Jeno dan ibunya Jeno disini yang selalu peduli dan merawatnya. Keputusannya untuk pulang ke Korea memang benar.

"Luna jangan kerasa kepala. Ayahmu memintamu pulang."

"Aku tidak akan pulang nenek!" Teriak Luna.

Luna memaksakan dirinya, membuatnya kesakitan dan bunyi bel yang terhubung dengan alat kesehatannya berbunyi.

Tidak lama perawat dan dokter yanf merawatnya datang, meminta neneknya segera keluar dari ruangan Luna.

Luna, dia hanya ingin bahagia. Selain itu, dia ingin berada di Korea, menghirup udara yang sama dengan Yoonbin. Meskipun, Yoonbin tidak akan pernah kembali padanya.











***











Doyoung sengaja duduk di kursi sebelah Haba. Entahlah apa yang akan terjadi jika Yoonbin tidak sengaja melihatnya.

Masa bodo untuk Doyoung.

Hana pun sama.

"Terima kasih hadianya Dobby sayang. Aku suka." Kata Hana yang masih menulis catatan milik temannya.

"Hanaㅡ" Panggil Doyoung yang membuat Hana menoleh dan menatap Doyoung. Menunggu apa yang akqn Doyoung katakan padanya.

"Hm?"

"Jangan sakit lagi." Lanjut Doyoung dengan menatap mata Hana dalam. Banyak hal terserah disana.

Hana membacanya.

Lalu Hana pura-puta tidak tahu.

Hana mengerti dan Hana mengabaikannya.






To be continued






Solo, 3 juli 3019








Lama banget gak sih aku update ini? Maaf ya. Masih ada yang nungguin kan?

Maaf part kali ini mas Ben gak banyak.

Kita akan kembali dengan mas Dobby dan mbak Luna.

Mas Jeno, kemana coba tebak??

Hehe apaan coba.

Oke cukup sekian.

Love you all ❤️❤️

[5] BEN - Ha YoonbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang