Lie (2)

801 35 0
                                    

Apalagi mimisan seperti ini, yang mungkin akan rutin dan tidak sekali dua kali akan terjadi padaku. Mungkin ini akan menjadi rutinitasku.

--Jungkook POV End--

--------------- Review --------------

Tertidur dengan mata basah yang perlahan mulai mengering meninggalkan jejak, Eomma dari Namja Manis yang sedang tertidur itu mengusap pelan surai rambut anaknya sembari memikirkan banyak hal. Penyakit Jungkook yang akan semakin parah dan ancaman mengerikan yang pastinya akan sangat beresiko bagi kehidupan Jungkook selanjutnya. Mimpi yang telah dia rajut sedikit demi sedikit perlahan harus pupus, menyusut dan mungkin saja akan terputus akhirnya nanti.

Ketakutan akan Kehilangan anaknya sungguh besar. Pikiranlah, Ibu mana yang akan sanggup hidup tanpa anak tersayang di sisinya..  Tak ada 'bukan'?? Sama halnya dengan Ibu Jungkook, dia rasanya tak mampu menopang beban seberat ini.

"Pilihan mana yang akan Jungkook pilih...?? Apa Jungkook sudah membuat keputusannya...??" Suara Pria paruh baya diseberang sana memecah keheningan dan lamunan Wanita yang tak jauh darinya, Appa Jungkook perlahan mendekat dan mengusap bahu sang istri dengan pelan.

"Tidak ada pilihan yang baik. Dan Jungkook belum memutuskan apapun, serahkan semuanya pada Jungkook!! Biarkan dia tenang dan memikirkannya.. "

"Apa yang harus kita lakukan...??"

Nyonya Jeon mengela nafasnya dengan berat, "Hanya berusaha yang terbaik dan berdoa kepada Tuhan. Manusia memangnya bisa apa selain itu...??"

Appa Jungkook menoleh lalu mendongakkan kepalanya yang sedari tadi hanya menunduk, memandangi putra semata wayangnya yang kini sedang tertidur. Membiarkan pandangannya bertabrakan dengan sosok wanita itu,

"Yeobo.. Jika aku bisa ingin bisakah kau membujuk Jungkook untuk melakukan Operasi itu...?? Lagi pula ada Seokjin yang akan turun langsung dalam Operasi Transplantasi Sumsum Tulang Belakang Jungkook. Jika Jungkook harus Lumpuh bahkan selamanya, aku akan memilih itu dibanding harus kehilangan dirinya. Aku akan mengurusnya dengan baik hingga akhir hidupku. "

Nyonya Jeon menatap suaminya lamat, "Tolong pikirkan perasaan Jungkook juga!!"

"Tapi...., "

"Serahkan semuanya pada Jungkook eoh..!! Dia sudah cukup dewasa untuk mengambil keputusan dalam hidupnya.." bujuknya menenangkan, namun hal itu semakin membuat tangis Appa jungkook tak terbendung dan meluap.

"Aku yang mengandungnya selama sembilan bulan, membesarkannya selama 19 tahun. Aku juga tak sanggup bila harus kehilangan Jungkook dengan begitu cepat. "

Wanita paruh baya itu bangkit dari ranjang putra yang masih enggan membuka matanya, mendekat pada sang suami untuk merangkul lembut dan menenagkannya,

"Kau ingat saat Jungkook berulang kali mengatakan pada kita kalau dia baik-baik saja..?? Dia bahkan selalu meyakinkan kita bahwa tak ada yang perlu ditakutkan, semua sudah Takdir. Jika Tuhan menakdirkan Jungkook untuk Lumpuh, jika Tuhan bahkan mengambil nyawa anak kita. Setidaknya, aku tak ingin Tuhan menghilangkan senyum manis miliknya, dia pantas Bahagia.. "

-----------

Jungkook masih menatap hasil Rontgen pada tulang Sumsumnya dengan senyum tipis, sel sel Kanker itu semakin menjalar membuat tulangnya rapuh, bahkan lebih cepat dari dugaan sebelumnya. Beban itu semakin berat untuk dia pikul. Yaa jika tidak segera ditangani maka Leukimia itu akan semakin parah dengan Stadium yang semakin naik.

"Satu sampai tiga tahun lagi mungkin aku bisa membantumu dengan memberi Kemoterapi dan obat obatan, tapi ku mohon Kookie-ah kau harus segera memutuskannya sebelum semuanya terlambat, " ujar Seokjin yang sekarang sudah berada di Rumah Sepupunya itu.

Jungkook hanya meringis pelan, "Apa aku masih hidup sampai saat itu...?? "

Seokjin yang berada dihadapannya memeluk tubuh rapuh Adik kesayangannya, berbalik menatap Jungkook dan tersenyum tipis, "Kookie sudah memutuskan...??"

Dokter Spesialis Kanker itu mencondongkan kepalanya menatap Jungkook lamat, dia amat sangat sakit melihat kondisi Adiknya walaupun dia menganggap semua baik-baik saja. Senyum Jungkook perlahan memudar kemudian kembali menunduk pelan.

Dia menggeleng kecil, "Aku masih belum memutuskannya Hyung... "

Seokjin hanya mengangguk pelan, mengerti bahwa Jungkook sedang dalam Kebimbangan. Dia menghela nafasnya pelan lalu tersenyum menenangkan, "Pilihlah yang menurutmu terbaik untukmu Kookie!! Ini adalah hidupmu, lakukan semua sesuai kata hatimu."

Jungkook menghela berat nafasnya, dia merasa tak sanggup memilih salah satu dari hal itu. Operasi Transplantasi Sumsum Tulang Belakang lalu Lumpuh seumur Hidup atau hanya mengandalkan Kemoterapi dan Obat-obatan yang akan membuatnya semakin tersiksa dan mati perlahan-lahan. Dua opsi yang sama sekali tak ada yang menguntukan dirinya. Dua opsi yang sama-sama mengancam tungkai-tungkai harapan dan mimpinya.

---------------

Jungkook tersenyum tipis menatap layar ponsel miliknya, melihat sederet pesan dari Hyungnya Min Yoongi. Hatinya teriris pedih kala membaca pesan singkat dari Hyung berwatak dingin itu, dia ingin menangis telah membohongin salah satu anggota keluarganya itu. Namun rasa tangisnya air matanya sudah terlalu sering mengalir sekarang-sekarang ini.

"Kookie-ah, kau sudah meminum obatmu Nak...??"

Suara wanita paruh baya yang baru saja masuk kedalam kamar membuat Jungkook menoleh. Dia mengangguk dengan senyum tipis yang tulus.

"Kau sudah merasa baikkan...?? Apa ada yang sakit...??"

"Tidak ada sama sekali, Eomma.. "

Ibunya tersenyum tipis dan mengangguk sembari mengelus surai rambut Jungkook yang Hitam itu. Wanita itu tampak semakin tegar, dia bahkan sudah pasrah dengan semua Keputusan yang akan di pilih Jungkook. Berharap Keputusan itu adalah yang hal terbaik yang ingin Jungkook lakukan. Walaupun kemungkinan kehilangan anak semata wayangnya itu semakin besar. Dia sudah tak mampu berbuat banyak lagi untuk memecah Kekerasan hati anaknya itu.

"Besok Aku ingin keluar sebentar Eomma, hanya ke sungai Han bersama Yoongi Hyung. Dia ingin mengajakku jalan jalan selagi dia berada di Korea... "

Ujarnya dengan senyum lebar diwajahnya. Pancaran kebahagiaan yang sungguh menghangatkan hati wanita paruh baya itu.

"Yoongi menjemputmu...?? Atau mau Eomma antarkan ke rumah Yoongi...??"

"Tidak Eomma, Yoongi hyung akan menjemput kesini. Jadi apa Eomma mengijinkan Kookie keluar bersama Yoongi hyung besok...?? Kookie ingin bisa bertahan sampai nanti saat semua tiba, menghabiskan waktu di hari-hari terakhir Kookie, eomma.."

Ibunya hanya terdiam bahkan saat Jungkook menatap ibunya dengan senyum yang menyiratkan Kemunafikan dan Kebohongan belaka.

"Tentu sayang, eomma menginjinkan Kookie pergi bersama Yoongi, Eomma hanya ingin melihat Kookie bahagia, tersenyum Tulus tanpa ada Kebohongan di dalamnya.."

"Kookie ingin hidup sampai saat itu tiba Eomma. Aku akan hidup dan berusaha Bertahan demi Orang-orang yang aku Sayang tanpa membuat kekecewaan. Bahkan jika aku sanggup, aku akan bertahan selama mungkin. "

----------------------------

See You Next Part... ♡♡
--Jangan lupa Vote dan Komennya--

#BTSBrotherShip

The Last RAIN With You ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang