"I wanna be like a small candles, which is willing to run out for the sake of lighting up the darkness around me."
~Someone~
Gelap.
Sesuatu yang terlihat saat dia menutup mata. Hanya itu, tidak ada yang lain.
Sebuah tepukan tangan di pundak seketika menyadarkannya dari lamunan. Dia menghela nafas panjang. Semilir angin menerbangkan helai-helai rambut pirangnya yang memiliki panjang sedikit melewati bahu.
"Udah kelar?" Seorang cewek bernama Halsey bertanya ramah padanya.
"Hampir," dia menjawab dengan alat penyiram tanaman di tangannya.
Halsey tersenyum samar. Dia kemudian duduk di bangku besi panjang yang tersedia di sana. Ditatapnya sahabat baiknya ini seraya merenung. "Gwen, aku bisa menggantikanmu menyirami mawar-mawar itu!" Serunya tiba-tiba.
Cewek yang dipanggil Gwen itu melirik Halsey sebentar, lalu kembali menyirami tanaman mawar merahnya. "Tidak perlu. Kalau pekerjaan mudah seperti ini saja tidak bisa kukerjakan, bagaimana dengan yang lain?"
"Oke." Halsey berdiri dari duduknya. "Aku ada les tambahan hari ini. Di dapur ada pancake jeruk kalau kau lapar," dia mengingatkan.
Gwen mengangguk sebelum Halsey pergi. Diletakkannya alat penyiramnya setelah semua tanaman mawarnya dia mandikan.
"Besok udah belajar belum ya?" Dia menggumam. Ini sudah hari ketiga masuk sekolah setelah liburan kenaikan kelas, namun kelasnya belum juga memulai pelajaran aktif seperti biasa.
Gwen memandangi tanaman mawarnya kembali. Seketika dia merinding. Dengan cepat, kakinya segera berlari. Membawanya pergi dari sana. Pintu depan rumah dibantingnya dengan keras, hingga beberapa tetangganya melihat rumah cewek itu sekilas, sekedar memeriksa, lalu kembali lagi melanjutkan kegiatan mereka masing-masing.
"Itu hanya mawar." Gwen mencoba mengatur nafas. Keringat dingin mulai bercucuran dari pelipisnya.
"Masih belum berubah juga?" Sebuah suara cewek tiba-tiba mengagetkannya.
"Gaby!"
"Minum dulu sana di dapur. Ntar kalo sesak nafas bingung mau ngapain." Kali ini suara cowok yang terdengar.
"Liam? Kalian berdua ngapain di sini?" Gwen bertanya jengkel pada dua makhluk yang tiba-tiba sudah ada di rumahnya tanpa diundang.
"Nemenin lo 'lah. Emang ngapain lagi?" Jawab Gaby. Cewek itu berjalan ke sofa di ruangan itu tanpa berbicara lagi. Dia memang tidak terlalu suka basa-basi.
"Ganggu. Sana-sana pulang. Kayak nggak ada kerjaan lain aja," ucap Gwen sewot, lalu pergi ke dapur untuk minum. Mungkin sekalian mencicipi pancake jeruk buatan Halsey tadi.
Liam mengikuti cewek itu ke dapur. "Eh, Gwen. Ngomong-ngomong lo cantik 'deh hari ini," gombalnya dengan suara agak dibesar-besarkan.
"KALO MATA LO MAU DICOLOK GARPU, GUE BISA LAKUIN SEKARANG!" Gaby berteriak garang dari ruang tamu. Keliatan banget cemburunya.
"Nggak usah manas-manasin cewek lo. Tuh mata dicolok garpu beneran baru tau rasa," sebal Gwen. Dia duduk di meja makan seraya menikmati pancake-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bye Bye Yesterday
Teen Fiction{Update setiap Sabtu} "Aku bilang kamu itu spesial, saat orang lain anggap kamu aneh." (✿❛◡❛) Dunia seorang Gweny Arbell hanya penuh dengan kesunyian. Lebih parahnya, dia tidak bisa berlama-lama berurusan dengan mawar merah, walau dia menyukainya. H...