"We all live under the same sky, but we all don't have the same life."
~Gweny Arbell~
Langit.
Warnanya biru cerah layaknya warna kertas origami yang dilipat oleh Gwen saat ini untuk membuat pembatas novel yang sedang dibacanya.
"Maaf ya, gue ngilangin pembatasnya kemarin karena terlalu fokus baca," suara tanpa rasa bersalah terdengar menjengkelkan di telinga Gwen.
Gwen hanya mengangguk pelan setelah menatap teman sekelasnya itu sekilas. Namanya Cessa. Lebih tepatnya Princessa Selya. Dia adalah seorang idola di kelas ini, yang bahkan terkenal juga sampai seluruh sekolah dan beberapa kota di Bali ini. Maklum saja, tahun lalu, wajahnya yang terbilang bak putri itu berhasil menjadi pusat perhatian para fotografer untuk dijadikan model majalah.
Namun, hal itu tidak membuat Gwen kagum. Wajah siapapun bisa disulap menjadi lebih cantik hanya dengan menggunakan make up. Yup, benar sekali. Kebetulan jurusan yang mereka ambil di sekolah ini adalah Tata Kecantikan. Jadi maklum.
"Oh ya. Lo masih punya novel lain nggak selain yang ini? Soalnya gue sering liat lo baca novel. Udah jelas kalo lo punya koleksi novel yang banyak, kan?"
Gwen mengumpat dalam hati. Kalo mau minjem sih langsung bilang aja. Nggak usah belit-belit kayak gitu. "Mau minjam lagi?" Tanyanya to the point.
Cessa terkekeh. "Tau aja lo. Gue janji nggak bakalan ngilangin pembatasnya lagi."
Gwen berpikir sebentar, kemudian mencari sesuatu dalam tasnya. Sebuah novel baru bersampul biru muda dikeluarkannya dari sana. Dia tidak ingin dibilang pelit karena tidak mau berbagi. Jadi, walau dengan berat hati, dia meminjamkan novel itu pada Cessa.
"Masih baru ya?"
Gwen mengangguk. "Belum baca juga. Soalnya sibuk. Nggak pa-pa deh kalo orang lain yang baca duluan."
"Thank you," seru Cessa dengan mata berbinar setelah novel itu berada di tangannya. Lalu segera berlalu dari sana.
"Ngapain dikasih pinjam?" Kali ini yang bersuara adalah Halsey. Wajahnya tampak jengkel saat Gwen memberikan novel itu pada Cessa.
"Biarin aja. Lagian cuma minjem doang, kan? Bukan minta."
"Iya, sih. Tapi seenggaknya kamu yang baca duluan sebelum ngasih ke orang lain."
Gwen menghela nafas pelan. Novel berjudul 'Give Me A Clue' itu adalah hadiah ulang tahunnya yang ke-16 dari kakaknya yang bekerja di Los Angeles saat ini. Novel itu diterimanya sebulan yang lalu, setelah ada terjemahan bahasa Indonesianya tentu saja. Tapi, Gwen belum sempat membacanya hingga sekarang. Padahal benda itu selalu dia bawa ke sekolah.
"Nanti aja aku baca, kalo udah balik pastinya."
Halsey mengangguk. Dia no comment lagi soal itu.
"Bagus kalo cuacanya cerah begini," Gwen tersenyum. Awal menjalani kelas 11 dengan hari cerah plus langit biru adalah permulaan yang bagus. Dia malas jika harus melihat awan mendung di awal masuk. Ini adalah hari keempat masuk sekolah setelah liburan kenaikan kelas. Suasananya tetap sama saja. Tatapan-tatapan benci, iri atau semacamnya dari teman-teman perempuan sekelasnya, lalu tatapan-tatapan genit dari para laki-laki di luar sana.
"Ya," jawab Halsey juga tersenyum. Dia adalah satu-satunya perempuan di kelasnya yang mengerti dan mau berteman dengan Gwen. Yang lainnya malah menjauhinya. Selain iri karena gadis itu pintar dan juga cantik, dia juga dianggap aneh oleh sekelasnya. Pasalnya, Gwen sering senyum-senyum sendiri atau berbicara sendiri saat berada di tempat sepi dan kebetulan ada yang melihatnya. Itu sebabnya dia lebih sering berdiam diri. Duduk manis di kursinya sambil membaca novel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bye Bye Yesterday
Teen Fiction{Update setiap Sabtu} "Aku bilang kamu itu spesial, saat orang lain anggap kamu aneh." (✿❛◡❛) Dunia seorang Gweny Arbell hanya penuh dengan kesunyian. Lebih parahnya, dia tidak bisa berlama-lama berurusan dengan mawar merah, walau dia menyukainya. H...