"Tidak ada yang lebih menyebalkan dari dia di dunia ini."
~Gweny Arbell~
Rumput.
Seandainya saja itu bisa Gwen jadikan sebagai cotton bud karena berpikir telinganya sudah tuli mendadak karena mendengar pertanyaan Steve. Matanya mendelik sempurna, menandakan keterkejutan yang benar-benar menghantamnya bak ditimpa papan bangunan.
Steve berdehem pelan. Dia sudah menduga akan mendapatkan respon seperti itu dari cewek menyebalkan ini. "Jangan salah paham dulu. Maksud gue pura-pura doang."
"Eh?"
Cowok itu menghela nafas panjang. "Gue minta bantuan lo buat jadi pacar boongan. Plisss, mau ya?" mohonnya.
"Alasan?"
"Hm, gimana cara bilangnya ya?" Steve berpikir sebentar. "Soalnya lo langka kayak bunga bangkai. Gue belum pernah nemuin cewek kayak lo sebelumnya."
Gwen langsung drop. Dari banyaknya hal-hal langka lainnya, haruskah dia disamakan dengan bunga bangkai? Oke, dia harus selalu ingat kalau cowok ini memang butuh digranat sekali-sekali, jadi maklumi aja.
"Jadi gini, lo tahu, kan, temen lo yang centil itu?" lanjut Steve tanpa memikirkan kata-katanya tadi.
"Siapa? Kalo lo bilang Halsey centil, berarti otak lo udah bolong."
"Bukan, bego. Maksud gue yang suka meluk gue sembarangan."
"Cessa?"
"Iya itu."
"DIA BUKAN TEMEN GUE! AMIT-AMIT JABANG BAYI, YA AMPUN!!!" bantah Gwen seraya mendelik tajam pada cowok itu.
"Kenapa? Bukannya kalian sekelas?"
"Gue akuin dari hati yang paling dalam, lo itu emang nyebelin. Tapi, dia lebih nyebelin sepuluh kali lipat dari lo." Mata Gwen menerawang. Steve bisa menangkap ada gurat kesedihan di sana.
"Lo punya dendam sama dia?"
Gwen menatap cowok itu heran. "Sejak kapan lo jadi wartawan gitu? Atau emang udah cita-cita?"
Steve mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih jauh lagi. Mungkin hal itu adalah privasi. Namun, dia tetap saja penasaran. "Lupain aja pertanyaan gue barusan."
"Lo ada masalah apa sama dia, sampai gue harus pura-pura jadi pacar lo?" cewek itu berusaha memecahkan kecanggungan yang ada.
"Kayak yang lo bilang tadi. Dia itu nyebelin. Gue nggak suka aja kalo dia ngebucin terus ama gue."
"Bukannya lo tadi juga bilang pengen direbutin sama cewek-cewek? Harusnya seneng dong?"
Ada nada terpaksa dari kata-kata Gwen barusan. Bodo amatlah. Mungkin sejak awal dia memang selalu terpaksa saat berbicara dengan Steve.
"Tapi nggak gitu juga. Gue malah ilfil jadinya." Steve bergidik ngeri. Dia menatap cewek itu dengan tatapan memohon. "Jadi gimana? Lo mau bantuin gue?"
"NGGAK!" spontan Gwen menjawab, yang kemungkinan besar membuat hati Steve retak sesaat. Memangnya cowok itu seburuk apa, sampai harus ditolak mentah-mentah begitu? Padahal ini hanya akting semata.
"Kenapa? Kan, cuma boongan."
"Ogah banget jadi pacar lo. Nggak mau. Bisa-bisa kepala gue meledak dalam hitungan detik."
Steve mencari alasan lain. "Gimana kalo pas ada dia doang?"
"Nggak! Gue nggak mau punya urusan sama dia. Malas banget!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bye Bye Yesterday
Teen Fiction{Update setiap Sabtu} "Aku bilang kamu itu spesial, saat orang lain anggap kamu aneh." (✿❛◡❛) Dunia seorang Gweny Arbell hanya penuh dengan kesunyian. Lebih parahnya, dia tidak bisa berlama-lama berurusan dengan mawar merah, walau dia menyukainya. H...