"Pantai bukanlah tempat yang buruk. Selain melihat ombak yang berkejaran, ada hal lain yang membuat tempat itu terlihat spesial."
~Steve Ivander~
Ombak.
Bisakah gue ngeliat cewek itu hanyut di sana? batin Gwen tak berperasaan.
"Lo?" Cessa yang baru memasuki ruangan UKS menunjuk tepat di depan wajah Gwen. "Ngapain lo di sini?"
"Lo yang ngapain di sini? Gangguin orang aja," sahut Gwen rada malas.
"Steve, honey. Cewek weird ini nggak ngapa-ngapain kamu, kan?" Cessa tidak menggubris gerutuan Gwen barusan dan malah beralih memeluk Steve dengan manja.
"Ihh, apaan, sih! Ini, tuh di sekolah. Sembarangan aja meluk orang." Steve mendengus pelan.
Suasana di ruangan itu seketika menjadi panas sejak kedatangan Cessa. Siapa juga orang yang kurang kerjaan dengan mengatakan kalau Steve masuk UKS pada cewek sableng ini?
"Nggak usah jadi pelakor. Suka banget, sih, gangguin pacar orang?" Gwen mendelik.
"Emangnya Steve punya paca-"
"Gue pacarnya. Kenapa? Masalah?" potong Gwen tidak sabaran.
Cessa membulatkan matanya. "What?" Matanya menatap Steve dan Gwen bergantian. "Gue nggak percaya. Bukannya waktu itu lo pernah bilang nggak punya hubungan apa-apa sama honey gue?"
"Kalo gue nggak punya hubungan apa-apa sama dia, ngapain juga dia repot-repot nganterin gue ke sini?"
Steve menahan tawanya. Dia tidak menyangka kalau Gwen juga pandai berakting.
"Honey, yang dia bilang nggak bener, kan? Itu boongan, kan?" Kali ini Cessa beralih pada Steve yang sejak tadi menonton drama dadakan mereka.
"Bener, kok. Aku udah sebulan jalan sama dia," Steve menjawab malu-malu.
"Dengerin, tuh!"
Cessa memasang wajah syok. Dengan kesal, dia segera pergi dari sana setelah sebelumnya mengatakan, "Steve cuma punya gue."
Steve mengintip ke luar ruangan, memastikan kalau Cessa sudah benar-benar pergi.
"Clear," ujar cowok itu lega. Dia kembali duduk di samping Gwen yang kini sudah kembali berbaring.
"Lo berhutang sama gue." Gwen menyeringai licik.
"Udah gue duga lo bakalan bilang gitu."
"Emangnya di dunia ini ada yang gratis?"
Steve terkekeh. Hening sejenak, sebelum dia melanjutkan ucapannya, "Tapi gue nggak nyangka kalo lo beneran mau jadi pacar gue."
Gwen menatapnya dengan tatapan mengoreksi.
"Maksud gue jadi pacar pura-pura," ralat Steve sebelum terjadi kesalahpahaman.
"Jangan salah ya, sebenarnya gue nggak mau. Gue cuma malas liat cewek nyebelin itu di sini." Gwen menghela nafas pelan.
Steve tersenyum samar. Cewek yang satu ini tetap saja bersikap seperti biasa padanya.
"Oh, ya. Nanti gimana kalo gue traktir makan?"
"Hah?"
"Gue cuma nggak mau berhutang sama lo."
"Sebenernya gue malas makan bareng cowok nyebelin. Orang-orang pasti pada ngira kalo lo itu cowok gue. Ogah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bye Bye Yesterday
Jugendliteratur{Update setiap Sabtu} "Aku bilang kamu itu spesial, saat orang lain anggap kamu aneh." (✿❛◡❛) Dunia seorang Gweny Arbell hanya penuh dengan kesunyian. Lebih parahnya, dia tidak bisa berlama-lama berurusan dengan mawar merah, walau dia menyukainya. H...