"Jangan berpikir kalau tempat itu terang seperti negeri di balik awan. Gue ragu lo bisa nyelesaiin tantangan ini."
~Steve Ivander~
Awan.
Sesaat Gwen hanya melihat itu. Entah mungkin karena dirinya membayangkan di dalam sana putih seperti gumpalan uap air tersebut. Namun bayangannya segera buyar saat mendengar jeritan seorang cewek.
"KYAAAA! GUE MASIH MAU IDUP! LEPASIN KAKI GUE! UJANG TUNGGUIN!"
Gwen meneguk ludahnya susah payah. Seseram itukah di dalam sana? Tidak. Mungkin lebih dari perkiraannya.
Steve yang berdiri di samping Gwen tersenyum samar. Nampaknya dia menyadari kalau cewek itu benar-benar takut, namun berusaha untuk tetap tegar.
"VALAK! GYAAHHH! JANGAN MAKAN GUE!" Suara teriakan kembali terdengar.
"Dia pilek. Kok setan bisa pilek?"
"Itu bukan Valak, tapi Vilek!" ujar temannya yang satu lagi.
Bahu Gwen sedikit gemetar. Dilihatnya wajah pengunjung yang baru keluar dari rumah hantu itu memucat. Ada juga yang matanya hampir terbalik karena berpikir dirinya kesurupan.
Layar di atas pintu masuk rumah hantu itu menunjukkan nomor antrian 664. Kini giliran Halsey dan Sam yang masuk.
Steve terkekeh geli melihat wajah Sam yang sudah memucat. Rasain. Makan, tuh setan, batinnya geli.
Sayo yang mengantri bersama Cessa di depan Gwen dan Steve juga nampak pucat. Dia sampai memeluk lengan Cessa gemetaran.
"Oi, lo bisa tenang nggak, sih?" umpat Cessa risih.
"Ces, gue mau pulang," rengek Sayo.
"Nggak usah manja. Itu aja takut."
Gwen menghela nafas pelan. Mencoba menenangkan diri sebelum mendapat giliran masuk ke dalam tantangan mengerikan.
"SETAN!!!" Tiba-tiba terdengar teriakan keras Sam dari dalam, yang spontan membuat Gwen berjengit dan secara tidak sadar tangannya meraih tangan Steve, lalu menggenggamnya erat.
"Lo bisa lebih kalem nggak?" bentak Halsey kesal. Dipikirnya Sam adalah seorang pemberani.
Steve yang merasa ada genggaman di tangannya reflek menoleh. Cewek di sampingnya menutup wajah dengan tangannya yang lain. Cowok itu ingin tertawa, namun ditahannya. "Takut lo?"
Gwen tersadar. Dia segera melepaskan tangannya. "Nggak. Siapa bilang gue takut?"
"Gitu?" Steve meneliti wajah cewek itu dengan senyuman nakalnya.
"Kalo mata lo mau gue colok bilang," Gwen menatapnya tajam.
Steve terkekeh geli, lalu kembali menatap fokus ke depan.
Entah sudah berapa kali Gwen menyumpahinya dalam hati, seperti kecebur got, digigit lebah, dikejar banci, atau lainnya. Dirinya sampai berpikir untuk pergi ke dukun setelah pulang dari tempat ini.
"ANNABELLE!!!" pekik Sam lagi, diikuti Halsey yang mencak-mencak karena kesal.
Sayo kini duduk di lantai seraya menutup wajah. Penjaga stand tiket masuk sampai sakit perut karena menahan tawa.
Hening sesaat. Tidak ada suara yang terdengar lagi dari sana. Yang terdengar hanya suara AC di tempat itu, membuat beberapa orang yang mengantri menelan ludah. Kira-kira apa yang terjadi di dalam sana?
"MAK LAMPIR!!! WAAAAA SUNDEL BOLONG!!!"
"Gue lakban mulut lo ntar!"
"GYAHHH SUSTER KERAMAS! MAAAK, ANAKMU INI JANJI NGGAK BAKAL NONTON 'BAPAK DARI BAPAKMU ADALAH SUAMI IBUKU' LAGI!!!" jerit Sam ngawur. Para pengunjung mall yang kebetulan lewat sampai tertawa terpingkal-pingkal mendengar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bye Bye Yesterday
Fiksi Remaja{Update setiap Sabtu} "Aku bilang kamu itu spesial, saat orang lain anggap kamu aneh." (✿❛◡❛) Dunia seorang Gweny Arbell hanya penuh dengan kesunyian. Lebih parahnya, dia tidak bisa berlama-lama berurusan dengan mawar merah, walau dia menyukainya. H...