Hembusan angin berhasil meniup spora-spora bunga dandelion yang rapuh dan membawanya terbang tak tau arah.
Menambah keindahan suasana bukit hijau nan asri tersebut..
Seorang gadis terlihat sedang duduk diatas rumput rumput hijau sembari memandang tempat itu dengan tatapan berkaca-kaca.
Dengan rambut panjang yang berkibar tertiup angin..Tak jauh darinya terlihat sosok laki-laki tampan yang tengah duduk sembari memandangi gadis itu dengan tatapan sendu..
"Jangan nangis!!aku nggak suka air mata,Jingga."
Ujar laki-laki itu.Tanpa menoleh gadis tersebut menjawab,
"Terus aku harus apa,Ka?Hidupku itu nggak jelas,sama dengan namaku:Jingga....nggak ada ke jelasan,merah? atau kuning?"
"Jingga itu bukan merah,juga bukan kuning...tapi dia jauh lebih indah dari keduanya...
Dan sebenarnya semua itu jelas,kamu sendiri yang membuatnya buram dengan terus menutup mata!"Setelah mendengar ucapan kedua darinya,gadis tersebut mulai menoleh...
"Nggak!itu cuma pikirmu Raka..tapi tidak dengan sebenarnya."
Ucapnya lesu..Tangan kanan laki-laki itu mulai bergerak mengelus surai hitam gadis dihadapannya.
"Sebenarnya memang begitu Jingga,kamu saja yang nggak mau buka mata.."
Dengan air mata yang masih mengalir, gadis itu kembali bicara..
"Apa sebenarnya maksudmu?"Laki-laki itu menarik tangan kanannya dari rambut sang gadis dan mulai menghembuskan nafas gusar.
"Kamu menangisi hal yang biasa, dan bukan lagi rahasia!
yaitu pertemuan sesaat antara mentari dengan senja..
Dari dulu memang begitu,Jingga..
Karena memang senja adalah kata selamat tinggal untuk mentari dan selamat datang untuk bulan!
Setelah bertemu sesaat,mentari akan meninggalkannya bersama kegelapan malam.
Tapi dia nggak pernah ninggalin senja sendirian,karena dia tau ada bulan yang akan bersamanya.
Ingat!
pertemuannya hanya sesaat!
Tolong lepaskan dia,biarkan dia menemukan fajarnya,seperti senja yang menemukan bulannya.
Jika kamu tanya kenapa begitu,
maka jawabannya adalah karena ini bukan cerita bulan,senja, dan matahari di angkasa,
tapi cerita bulan,senja,dan matahari dihidup Raka Anggara!"Kedua bola mata indah dengan semburat merah karena air mata tersebut manatap kearah laki-laki disebelahnya..
"Jadi menurutmu air mataku ini nggak ada gunanya?..
Dan apa maksud kalimat terakhirmu itu?""Ya lihat lihat untuk apa,kalau untuk menambah buruk keadaan, tentu air matamu itu sangat berguna,tapi jika untuk menyelesaikan derita, tentu saja nggak!!!!
Buka matamu Lebar-lebar,Jingga!
buat apa menangisi tempat persinggahan jika sudah berhadapan dengan tempatnya berpulang?"Gadis berkulit putih tersebut menatap kearah laki-laki tampan disampingnya dengan tatapan sendu.
Diam membisu..
Hanya itulah yang dapat ia lakukan,karena ia tak berhasil menemukan jawaban atas pertanyaan yang keluar dari mulut laki-laki disampingnya..
Senyuman manis terlukis jelas dibibir tebal laki-laki itu..
Ditatapnya lekat gadis manis yang duduk disebelahnya..
"Kamu pernah bilang kalau nama Aditya itu artinya mentari kan?...dan kamu adalah senja nya..
Kamu tau hal itu,tapi nggak pernah tau kalau bulanmu adalah aku"**
KAMU SEDANG MEMBACA
Kertas untuk Semesta (HIATUS)
Teen FictionHIATUS. Jangan dibaca, cerita ga di terusin. Dari pada nyesel. Baca ceritaku yang lain aja okee. Semesta memang tak selalu berpihak pada keinginan kita. Terkadang ia mendatangkan yang tak kita suka. Dan membawa pergi yang kita cinta. Tapi semua itu...