[9] : Elok Malu

4 0 0
                                    

Suasana perpustakaan tampak sepi. Pada saat jam istirahat seperti ini, siswa-siswi lebih memilih untuk menghabiskan waktunya di kantin. Begitu juga dengan Elok, ia kesal pada Jihan yang memaksa untuk ditemani ke perpustakaan.

"Han, masih lama nggak sih? Gue laper banget nih." Elok memegang perutnya, sudah sejak tadi perutnya keroncongan minta diisi.

"Gue aja belum nemu buku yang gue cari." Jihan mengambil sebuah buku, ia kemudian duduk di kursi yang disediakan.

Elok mengikuti Jihan dan ikut duduk disebelahnya. "Hannnnn."

"Berisik deh." Jihan masih sibuk dengan buku yang baru saja diambilnya. "Lo kalo mau duluan aja."

"Tadi lo bilangnya mau nemenin gue ke kantin. Dasar tukang ngibul! Sebel gue sama lo!"

Jihan berdiri, ia mengembalikan buku yang tadi diambilnya. Saat membalikkan badan, tiba-tiba Elok sudah berada didepannya.

"Ayo sekarang gue temenin ke kantin." Jihan melangkah, namun Elok masih belum bergerak sama sekali.

Elok terlihat sedang berpikir. "Kita disini aja deh, Han."

"Lo kenapa mendadak berubah pikiran gitu sih?" Jihan heran.

"Ada Pram. Dia baru aja masuk perpus, Han." Elok berbisik kepada Jihan, takut ada yang mendengar.

"Mana?" Jihan celingukan.

"Itu." Elok menunjuk ke arah Pram. "Gue malu kalo lewat depan dia, kita disini aja deh sampe dia balik."

Jihan melongo. "Apaan. Gue juga laper mau ke kantin, udah ayo cepet keburu bel." Elok terpaksa mengikuti Jihan.

Saat lewat didepan Pram, tingkah usil Jihan yang sudah overdosis itu kambuh.
"Pram, Elok katanya mau jadi pacar lo, dia udah lama naksir sama lo." Jihan cengengesan.

Elok melongo mendengar ucapan Jihan. "E-enggak kok. Gaje banget lo, Han." Elok gelagapan.

"Ciee ciee cieee.. udah deh ngaku aja." Jihan masih menggoda Elok dan enggan meneruskan langkahnya.

"Buruan, Han. Gue laper." Elok mengalihkan pembicaraan, ia sudah seperti kepiting rebus saat ini, bahkan ia tidak menyangka Jihan se-tega itu mempermalukannya didepan cowok yang disukainya.

"Lo katanya naksir sama Pram, ayo ngomong dong, El." Jihan tidak berhenti menggoda Elok.

Elok kesal, ia menghentakkan kaki dan berniat meninggalkan Jihan. Namun, baru saja melangkah. "Elok."

Elok menghentikan langkahnya, namun ia tidak berani menoleh kebelakang.

"Beneran lo udah lama naksir sama gue?" Elok kaget. Tidak menyangka Pram begitu mudah percaya dengan kata-kata Jihan.

Elok membalikkan badannya, ia memandang ke arah Pram dan melirik Jihan yang sedang menahan tawa.

"Percaya diri banget lo, nanya kaya gitu ke gue." Elok membalikkan badan, ia melangkah meninggalkan Jihan dengan raut kesal.

Jihan tertawa pelan. "Jangan diambil hati. Gue cuma nggoda Elok aja tadi."
Ternyata reaksinya lucu banget.
"Gue nyusul Elok deh, bye.." Jihan menyusul Elok yang sudah terlebih dahulu keluar perpustakaan.
.
.
.

****

Secret Admirer√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang