[4] : Elok Jihan Debat

10 0 0
                                    

Hari ini, Elok pulang bersama Jihan. Ia berjanji akan mampir ke rumah makan yang baru beberapa hari resmi dibuka.
Sudah setengah jam ia menunggu, namun orang itu belum juga datang.

"Sorry, lama. Tadi gue nyapunya menghayati banget soalnya." Jihan muncul dari belakang.

"Ngagetin aja, lo." Elok berdiri sambil menepuk roknya yang berdebu karena ia duduk di kursi semen di samping motor Jihan. "Yukk cusss.. laper gue." Lanjutnya.

"Kayaknya gue mau ke toilet dulu deh, kebelet nih." Jihan memasang muka melas. "Bentar doang kok."

"Buruan." Elok menghela napas kemudian duduk di atas jok motor Jihan sambil bermain ponsel.

"Belum pulang, lo?"

Elok menoleh. "Eh, belum Pram."

"Nunggu jemputan? Mau gue anter?"

"Gue nungguin temen kok, tadi janji mau pulang bareng." Elok tersenyum manis.

"Yaudah, lo hati-hati pulangnya. Gue pulang duluan."

Pram berlalu dengan motor ninja merahnya.

"Lo juga hati-hati." Percuma, Pram tidak mendengarnya meskipun ia sedikit berteriak, karena Pram memakai helm full face.

Namun, dibalik helm full facenya, Pram tersenyum. Ternyata ia mendengar ucapan Elok.

"Ngomong sama siapa, lo?"

"Lo tahu ngg--"

"Nggak. Orang lo belum ngomong."

"Gue belum selesai ngomong, Jihan!" Geram Elok karena Jihan memotong ucapannya.

"Yaudah lanjutin. Lo mau ngomong apaan?"

"Gue seneng banget, Han."

"Seneng kenapa?"

"Tadi dia nyapa gue." Elok kembali menerawang saat Pram menyapanya. "Ihh, pokoknya hari ini bakal jadi hari terindah gue, Han." Elok tidak berhenti tersenyum.

"Dia?" Jihan menautkan alisnya. "Maksud lo Pra--"

Elok menutup mulut Jihan dengan telapak tangannya.
"Jangan sebut namanya, nanti gue ketahuan naksir Pramoedya!"

Jihan menyingkirkan tangan Elok dari mulutnya, ia memandang Elok dengan tatapan malas. "Terus kenapa malah lo yang nyebut namanya sambil teriak, PINTER?"

Elok meringis. Apalagi saat beberapa siswa yang lewat meliriknya sambil berbisik-bisik. "Sial."

"Lagian malah bagus dong, kalo orang-orang tahu lo naksir Pram."

"Bagus gimana maksud, lo?"

"Ya bagus, itu artinya mereka pasti bakalan mundur."

"Mundur pala lo! Yang ada gue dihujat habis-habisan!"

"Lah kok ngegass, Mbak?" Jihan sok dramatis.

"Lagian oon lo tuh, nggak ketulungan!"

"Kaya lo pinter aja, pake ngatain gue oon!"

"Setidaknya gue masih sedikit di atas lo!"

"Diem lo! Kita sama-sama oon. Nggak usah sok pinter, lo!"

Elok memutar bola matanya jengah. Ini kenapa malah Jihan yang makin ngegas.
.
.
.

****

Secret Admirer√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang