[10] : Rino Dihukum

19 0 0
                                    

Rino memasuki ruang kelasnya dengan membawa dua botol minuman dingin dan sebuah kamus bahasa inggris.

"Nih, kebetulan gue abis dari kantin." Rino menaruh sebotol minuman dingin ke meja Pram dan satu botol lagi ia teguk.

"Udah tau."

Rino menoleh kearah Pram sebelum kembali meneguk minumannya. "Itu bukan jawaban yang gue harapkan."

"Makasih." Pram menjawab datar dan membuat Rino kembali menoleh dengan ekspresi heran. "Kenapa? Itu kan jawaban yang lo harapin?" Pram bertanya masih dengan tampang datarnya.

"Heran gue sama lo, pantesan doi nggak peka peka." Rino berdecak.

"Bukan dia yang nggak peka, tapi gue yang belum ngode ke dia."

"Iya gue tau." Rino meneguk minumannya sebelum melanjutkan ucapannya. "Lo mana berani ngode ke dia. Lo kan cuma berani ngirim surat-surat gajelas lo itu tanpa berani nulis nama lo. Nggak gentle banget, Bro."

"Berani lo ngatain gue?" Pram tampaknya sedikit tidak terima dengan perkataan sahabatnya.

"Lo sampai kapan mau sembunyi kaya gini terus?"

"Ya sampai gue berani nyatain ke dia."

"Seenggaknya lo kasih kode dulu biar dia tau kalo lo suka sama dia."

"Gue nggak mau buru-buru, yang ada dia malah jauhin gue."

"Kalau ternyata dia juga suka sama lo gimana?" Rino menaik-turunkan alisnya berniat menggoda Pram.

"Bercanda lo nggak lucu."

"Emang muka gue ada tampang bercandanya? Gue serius." Rino menampakkan muka seriusnya.

"Apa itu cuma dugaan lo aja?"

"Abis dari kantin tadi gue minjem kamus ke kelasnya Bagas yang kebetulan sekelas sama doi lo, gue nggak sengaja denger pembicaraannya sama Jihan."

Pram makin dibuat penasaran. "Emang mereka ngomongin gue, No?"

"Iya kayaknya."

"Gue serius, No. Lo lagi nggak bercanda kan?" Pram mendesak jawaban dari Rino.

Sayangnya guru mapel masuk ke kelas sehingga pembicaraan mereka terpaksa tidak dilanjutkan.

"Diem! Bu Resi udah masuk."

Pram tepaksa diam, padahal dalam hati ia masih sangat penasaran. Antara percaya atau tidak percaya dengan ucapan sahabatnya barusan. Mau tidak percaya tapi muka Rino tampaknya serius, mau percaya tapi ragu mengingat kebiasaan Rino yang suka ngibul.

"Lo lagi nggak bohongin gue kan, No? Atau lo cuma mau nyenengin gue padahal itu cuma boongan?"

Rino tidak menyahut, ia sengaja ingin membuat Pram penasaran.

"No, gue butuh jawaban lo."

Rino melirik Pram. "Lo nggak lihat ada guru didepan, lo mau dihukum?"

"Lo mah bikin gue makin penasaran." Pram kesal dengan sahabatnya itu.

"Nanti gue jelasin pas istirahat, sekarang lo fokus sama pelajaran. Gue nggak mau dikira bawa pengaruh buruk buat lo."

"Itu cuma alibi lo." Pram kesal setengah mati, setiap jawaban dari Rino makin membuatnya penasaran.

Pram menghela napas.

"Nanti gue--" ucapan Rino terpotong karena Bu Resi tiba-tiba disamping Rino

"Nanti mau ngapain, Rino? Kenapa nggak sekarang aja." Guru cantik yang terkenal dengan ketegasannya itu menatap Rino dengan tatapan mengintimidasi.

"Sekarang kamu berdiri didepan kelas sampai jam saya selesai."

"Tapi bu--"

"Sekarang, Rino!" Guru itu rupanya tidak mau mendengar alasan apapun dari anak didiknya itu.

Rino bangkit berdiri setelah melirik orang yang duduk disebelahnya. Pram merasa bersalah, biar bagaimanapun itu juga salahnya yang terus mendesak Rino karena rasa penasarannya.

"Saya juga harus dihukum, Bu. Tadi sebenarnya saya yang mengajak Rino ngobrol, Bu." Pram melangkah keluar dari kelas sebelum mendapat persetujuan dari Bu Resi dan membuat guru itu terbengong namun tetap membiarkan anak didiknya yang terkenal pandai itu keluar di jam pelajarannya.

"Lo kenapa ikutan keluar sih, Pram." Rino bertanya setelah Pram sudah berdiri di sampingnya.

"Salah gue juga tadi. Sorry ya."

"Kalo gue malah seneng disuruh keluar. Harusnya lo nggak usah ikut keluar tadi."

"Nggak papa. Sekali-kali ngerasain dihukum." Pram terkekeh pelan. "Oh ya, gimana soal tadi? Gue bakal seneng banget kalo omongan lo tadi bukan cuma bercanda, No." Pram kembali meminta penjelasan kepada Rino.

Rino tertawa. "Sayangnya gue cuma bercanda tadi. Lo kaya nggak tau gue aja, Pram."

"Harusnya gue tadi nggak perlu nganggep omongan lo serius." Pram meninggalkan Rino setelah mengucapkan itu.

Rino melongo dibuatnya. "PMS kali ya, baperan amat."

.
.
.

****

Secret Admirer√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang