|| Hubungan Timbal Balik Versi Abi ||

4.6K 332 12
                                    

Jangan lupa vote sama komennya ...

***

Saat ini, Abi, Ace, dan Gino sedang bersantai di warung samping SMA Cendekia. Begitulah rutinitas mereka bertiga setelah jam sekolah usai.

Abi memainkan jemarinya di layar iPhone yang baru dibelikan Tante Mella dua hari lalu. Ini adalah hadiah untuk Abi karena sudah menemani Tante Mella arisan dan jalan-jalan ke mall.

Kening Ace mengerut saat melihat Abi senyum-senyum sendiri menatap layar ponselnya. "Kenapa lo, Ab?"

"Kenapa apanya?" jawab Abi tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel.

"Senyam-senyum sendiri?"

"Oh, ini." Abi menunjukan isi percakapannya pada Ace. "Nanti malam, Tante Ana ngajakin gue dinner."

Ace bergidik ngeri. "Selera lo aneh banget. Jangan-jangan lo udah nggak perjaka lagi?!"

Tawa kencang Abi terdengar menggema di segala sudut warung. "Lo pikir sendiri saja, Ace." Setelah menguasai tawanya, Abi bangkit. "Gue cabut dulu." Lebih dulu Abi membayar harga rokok dan kopi yang diminumnya pada Nenek Siti.

Vespa butut berwarna coklat terparkir manis di depan warung. Abi memasang helm dan segera melajukan motornya setelah melambai pada Ace dan Gino. Jarak dari warung dekat sekolah ke kostnya membutuhkan waktu dua puluh lima menit saja.

Abi mengernyitkan kening saat melihat mobil mewah terparkir di depan kostnya. Apa Tante Ana sudah datang? Tapi mereka berjanji untuk bertemu langsung di restoran yang sudah Tante Ana tentukan. Lalu itu mobil siapa? Apa mobil Tante Desi, Tante Fani, atau Tante Mella?

Dari pada menebak-nebak sendiri, bergegas Abi memarkirkan motor vesvanya di samping mobil BMW 520i Luxury Line. Di teras kost, Abi juga melihat cewek berseragam SMA Cendekia sedang mengintip kaca kostnya. Dari bentuk tubuh yang mungil itu, Abi juga tidak mengenalinya.

"Ngapain ngintip kost gue? Mau maling, ya?"

Cewek di depannya terperanjat kaget dan segera menoleh. "Yaampun, Kak Abi! Ngagetin Ami aja!"

Si Mungil ini lagi? "Jadi ngapain lo?"

"Eh, anu ..." Ami salah tingkah ditatap intens seperti itu. "A-Ami cuma pengen tau tempat tinggal Kak Abi."

"Dari mana lo tau nama dan tempat tinggal gue?"

"Ami tau dari Kak Ace dan Pak Kepala Sekolah."

"Kalau sudah tau mau apa? Mau ngasih gue uang?" Mata Abi menyipit, dia bersidekap sambil memandangi gadis yang merona di depannya ini. Sungguh, Abi tidak menyukai gadis polos, seleranya itu wanita dewasa, bukan yang mungil-mungil gemes.

"Apa Kak Abi sangat suka uang?" Ami balik bertanya, dia meremas kedua tangannya dengan cemas.

"Bukan hanya uang, gue juga suka wanita dewasa dan seksi."

"Kalau Ami bagaimana? Apa Ami tidak menarik?"

Mata Abi memindai Ami dari atas kepala sampai ujung kaki. "Lo terlalu datar buat gue."

"Tapi Ami suka Kak Abi. Kalau nggak jadi pacar, jadi teman boleh?"

Sesaat Abi berpikir sambil mengusap dagu. Kepalanya menoleh pada mobil dan Ami bergantian, lalu seringai muncul di bibir. "Boleh-boleh saja, tapi lo harus nurutin permintaan gue."

Tanpa berpikir, Ami langsung mengangguk. "Apa itu, Kak?"

"Tiap hari lo harus bawain bekal buat gue, harus ada kalau gue panggil, harus ngasih uang kalau gue minta, harus mau kalau gue suruh bersihin kost, harus ngurusin gue kalau sakit, harus hibur kalau gue sedih ..."

Abi untuk Ami (Move to Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang