Emmhh, belum genap satu bulan Delota sudah duduk di ruang bimbingan konseling dengan kondisi rambut cukup acak-acakan, dan rok yang panjangnya se-bawah paha terlihat kusut sedangkan bagian belakang hampir bolong karena kursi yang diduduki telah dilapisi lem. Untung saja tidak sampai tembus pandang. Tetapi tetap saja membuatnya malu, bahkan ia harus menutupi pantatnya dengan tas sembari jalan menuju ruangan tersebut.
Seharusnya bukan hanya Delota yang dipanggil di ruang ini, tetapi Juliet dan teman-teman juga. Karena mereka lah yang membuat dirinya seperti ini. Sayangnya, tak ada satu pun yang membela Delota. Semuanya berpihak kepada tiga gadis menyebalkan itu dengan tuduhan menjambak dan menimpuk wajah Juliet dengan buku.
Yah, memang benar begitu. Tetapi perbuatan Delota adalah salah satu bentuk dari pembelaan diri.
Huufft, apalah daya. Tak ada satupun yang mau membantu menegakkan keadilan disini. Dan akhirnya, berakhirlah Delota di ruangan ini sendiri.Sementara di halaman sekolah, Hannah dan Amanda yang membantu merapikan dandanan Juliet, mereka berdua juga bersumpah serapah yang ditujukan untuk Delota.
"Sepertinya kita harus tendang dia di sekolahan ini." Ketus Hannah.
"Iya. Dengan adanya dia disini membuat reputasi sekolah kita turun." Timbal Amanda. "Yah... Meskipun dia memiliki black card yang entah berantah dapat dari mana anak yatim itu." Bibirnya sedikit mencibir karena tak menyangka anak panti memiliki kartu yang dimiliki maminya juga.
"Kita harus buat perhitungan sama dia." Lanjut Juliet. "Kita kerahkan semua siswa sekolah ini dan..." Ia tidak melanjutkan lagi ucapannya ketika melihat seseorang di halaman parkir sekolah.
Bahkan Juliet sampai terbengong dengan jantung yang berpacu kencang melihat pria itu berjalan mengarah kearahnya.
Dia...? Juliet yakin, pria itu adalah pria yang sama tempo hari yang tak sengaja berpapasan didepan restoran.
"Juliet?!" Tegur Hannah dengan nada cukup kencang sehingga membubarkan alam bawah Juliet yang sedang terpesona.
"Emh, ya?"
"Kamu kenapa? Tiba-tiba berhenti bicara." Sahut Amanda.
Sementara mata Juliet tidak fokus pada mereka berdua, ia justru memperhatikan pria itu yang berjalan begitu cool-nya disana dan lagi-lagi melewati dirinya begitu saja tanpa melirik sedikit pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iam Not Romeo - End
RomanceGadis yang baru menginjak usia 18 tahun, sudah tergila-gila dengan seorang pria dewasa yang notabenenya bukanlah kategori pria baik-baik. Tetapi gadis itu malah menganggap pria tersebut adalah Romeo-nya.