Dengan ditemani segelas Vodka, Frans duduk sendiri di tengah pesta. Ia meratapi cintanya yang bertepuk sebelah tangan, dan mencari cara supaya mendapatkan apa yang ia inginkan.
"Sepertinya aku tahu siapa yang sudah membuatmu frustasi." Ericsson muncul begitu saja dan duduk sambil meraih sebotol Vodka untuk dituangkan pada gelas kosong diatas meja.
Frans hanya menoleh sekilas lalu kembali meneguk vodka-nya.
"Jika benar, Derrick adalah sainganmu..." Ericsson meneguk Vodka. "Sebaiknya, kamu merelakan gadis itu." Lanjutnya mencoba memberi saran.
Seketika tatapan Frans mampu menusuk mata Ericsson saat mendengar ucapan keputusasaan itu.
"Oh, come on. Jangan tersinggung." Ericsson berusaha meredam amarah yang mulai tersulut. "Frans, aku mengenal siapa Derrick. Dia orang yang sangat berbahaya. Aku tidak ingin kamu berurusan dengan pria psikopat itu." Tutur Ericsson membuat mata Frans melebar sambil memposisikan duduknya menghadap lawan bicaranya dengan penuh rasa penasaran. "Percayalah. Jika kamu mengusik ketenangannya maka hancurlah sudah semua. Termasuk yang kita miliki." Ericsson menunjukkan kemewahan yang ada didepan mata.
"Apa Juliet..." Frans menoleh penuh kecemasan menatap Ericsson.
"Juliet akan baik-baik saja. Kamu tidak perlu mencemaskan gadis itu. Justru aku mencemaskan dirimu jika kamu terlibat cinta segitiga dengannya." Ericsson menepuk kecil pundak Frans sebelum akhirnya harus kembali kedalam pesta menyambut para tamu yang hadir.
*
Alunan musik energik DJ pun mampu menyihir semua orang yang berada didalam club'. Begitu pula Juliet dan kedua temannya yang hanyut menikmati setiap dentuman. Mereka begitu lihai melenggak-lenggokkan tubuh dengan lentur disana.Awalnya tak ada niat Juliet untuk pergi ke club', tetapi saat itu setelah Derrick mengantarnya pulang ternyata dia kembali ke rumah sakit untuk melihat kondisi wanita yang dipanggil 'Katrine' itu.
Dan Juliet tidak mau terlalu tenggelam dalam pernikahan yang tidak jelas ini sehingga ia memutuskan untuk bersenang-senang tanpa memperdulikan apa yang dilakukan Derrick dengan wanita seksi itu.Entah sudah berapa lama mereka bersenang-senang, dan sekarang berakhir di meja bar yang penuhi minuman non alkohol dan beberapa cemilan kecil. Meski sudah tak lagi di lantai dansa, tetapi kepala mereka tiada henti bergerak seolah mengikuti alunan musik yang terus menghipnotis alam bawah sadar mereka. Beberapa saat kemudian Hannah merogoh tasnya dan mengeluarkan sesuatu dari dalam sana.
"What's that?" Tanya Amanda memperhatikan bubuk putih yang terbungkus plastik klip berukuran kecil.
"Are you kidding me?" Seru Juliet yang tahu benda apa itu. Dan Amanda menjadi mengerti setelah mendengar ucapan Juliet.
"Darimana kamu mendapatkan benda itu?" Tekan Amanda sambil mengedarkan pandangannya memastikan tak ada yang memperhatikan mereka. Bukannya menjawab Hannah malah cengengesan tidak jelas.
Melihat salah satu temannya sudah keluar jalur kesenangan. Juliet pun angkat bicara. "Alright, I'm done. I have go home." mengangkat kedua tangannya ketika menebak Hannah dalam pengaruh obat.
"Oh, come on. Jangan bersikap membosankan begitu." Seru Hannah merusak suasana.
"Hannah, kamu dapat dari mana??" Delik Amanda penuh selidik. Sementara Hannah hanya tersenyum lebar. "Apa kamu sudah memakainya???" Lanjutnya.
Dengan senyum manja, Hannah menjawab. "A little."
Juliet menghela napas panjang tak percaya. "Ok, aku benar-benar harus pulang sekarang." Ia memutuskan keluar dari keramaian yang sudah tidak kondusif lagi. Juliet paling tidak suka dengan barang-barang haram seperti itu, atau pergaulan bebas yang dilakukan temannya. Yang ia mau adalah bersenang-senang tanpa harus melanggar hukum apapun. Itu baru namanya bersenang-senang bagi Juliet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iam Not Romeo - End
RomanceGadis yang baru menginjak usia 18 tahun, sudah tergila-gila dengan seorang pria dewasa yang notabenenya bukanlah kategori pria baik-baik. Tetapi gadis itu malah menganggap pria tersebut adalah Romeo-nya.