11

25.9K 1.2K 167
                                    

Jika saja diatas tadi Juliet tidak menyuruh Hannah menghentikan pestanya dalam waktu lima belas menit, mungkin saja Delota telah dibawa ke kamar dan digilir oleh empat lelaki asing itu. Oh, sungguh miris. Apalagi kalau Delota sudah dibawa ke kamar pasti akan tambah sangat mengenaskan.

"Delota..." Suara serak Derrick terdengar berusaha tenang tetapi menyimpan amarah yang membara didepan pintu kamar Delota.

Tak ada jawaban dari dalam kecuali hanya isakan tangis. "Delota, biarkan kakak masuk..." Bujuk Derrick.

Tak lama kemudian, suara pintu terbuka mempersilahkan Derrick masuk tetapi Delota tak menunjukkan diri, ia bersembunyi dibalik pintu. Dan setelah Derrick masuk ia menutupnya kembali.

Derrick dipamerkan pemandangan kamar Delota yang mengenaskan. Pecahan kaca dimana-mana, selimut serta sprei berserakan tak karuan, dan semua isi lemari terlihat berantakan tak karuan. Mata yang membara berusaha terlihat lembut ketika kepalanya menoleh kearah Delota yang mengenakan jaket berlapis-lapis untuk menutupi dirinya.

Mata lebam dan cucuran air mata masih terlihat jelas di wajah cantik Delota. Belum sampai Derrick bertanya Delota sudah lebih dulu memeluk Derrick bersamaan tangisnya yang memecah.

"Kakak...." Panggilnya ditengah histerisnya.

"Katakan, apa yang terjadi?" Balas Derrick memeluk Delota yang masih menangis.

Karena tak kunjung mendapat jawaban, Derrick membawa Delota untuk duduk di tepi kasur yang mengenaskan. "Apa yang terjadi Delota?" Tanya Derrick lagi.

Pelan-pelan Delota melepas pelukannya kemudian melepas jaket dengan tangisan yang tak bisa terhenti.

Betapa terkejutnya Derrick melihat pakaian yang dikenakan Delota, ditambah lagi Derrick tahu jelas bekas merah yang menyebar di area leher hingga pundak itu adalah kissmark dan bekas cakaran di lengan hingga pergelangan tangan Delota.

Amarah Derrick seketika melejit bak roket hingga tubuhnya berdiri tegap melihat sekujur tubuh Delota. Lalu ia memegang kedua lengan Delota supaya adiknya berdiri didepannya.

"Siapa yang melakukan semua ini?!" Derrick menggoyah kedua lengan Delota karena sangking terbawa emosi yang membludak-bludak. "Katakan Delota?!!!" Suara Derrick itu sampai mampu membuat beberapa orang yang menunggu diluar kamar tersentak kaget.

Tangis Delota semakin pecah saja ketika ia menggeleng kepala lalu berkata. "Aku tidak mengenal mereka kakak...ak, aku tidak tahu siapa mereka..."

Derrick yang semakin kalut sepertinya sudah tak bisa menahan diri lagi untuk membunuh lelaki itu. Tapi ketika mendengar Delota berkata 'mereka' emosi Derrick semakin membabi buta.

"Me, Meraka?!! Apa maksud kamu dengan 'mereka'!!?? Katakan Delota!!" Suara Derrick semakin mengeras dan membuat yang diluar kamar semakin kawatir.

Delota sendiri merasakan amarah besar yang sedang menyelimuti Derrick  "Ada empat orang yang melakukan ini kepadaku, kakak..." Meski berkali-kali Delota mengusap air matanya, tetap saja tak kering-kering.

Mata Derrick membulat ketika mendengar kenyataan yang dialami Delota semakin pahit karena digilir empat orang sekaligus. Muka Derrick sudah merah hitam dan matanya memancarkan mata pembunuh. "Apa lagi yang mereka lakukan? Katakan!! Apa mereka memperkosa mu?" Derrick berharap dirinya belum terlambat untuk menyelamatkan keperawanan adiknya.

Dengan tertunduk Delota menggelengkan kepala. Derrick mendongakkan kepala sembari memejamkan mata sesaat.

"Delota." Derrick mengangkat dagu Delota dengan jemarinya. "Dimana? Dimana mereka melakukan ini kepadamu?" Bola api di mata Derrick seakan semakin membara dan akan memberi pelajaran kepada siapapun yang telah membuat adiknya seperti ini.

Iam Not Romeo - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang