Saat matahari pagi mulai bersinar, Alanis sudah menyelesaikan sarapan yang ia buat. Semalaman ia memilih tidur di sofa ruang tamu karena kamar lain yang ada di apartemen David telah laki-laki itu ubah menjadi ruang kerja.Dan saat ini, Alanis tengah menimbang-nimbang apakah ia harus masuk untuk membangunkan David seperti pagi biasa atau membiarkan laki-laki itu bangun dengan sendirinya.
Alanis menggeleng dengan pemikirannya sendiri. Selama menikah, David belum pernah bangun lebih awal dari Alanis. Jadi rasanya tidak mungkin menunggu laki-laki itu bangun dengan sendirinya. Saat Alanis masih kebingungan, tiba-tiba David muncul dari dalam kamar mereka dengan penampilan rapi. Tidak ada perkataan apapun yang laki-laki itu keluarkan. Mengacuhkan Alanis yang sudah berdiri dari duduknya dengan buku kecil yang berisi tulisan, David memilih langsung keluar dari apartemen.
Alanis terdiam menatap buku kecil dalam genggaman. Andai dia buka seorang tunawicara, mungkin ia bisa memanggil David dengan jelas. Menanyakan langsung pada laki-laki itu apakah ia tidak mau sarapan sebelum pergi ke kantor, atau kalau ia bisa bicara Alanis akan minta maaf karena telah mengandung...
anak suaminya.------------------------------------------------------
Tidak banyak pekerjaan yang David miliki di kantornya. Siang nanti ia hanya perlu meninjau langsung ke armada kapal tanker minyak miliknya. Memastikan semua kondisi langsung dilapangan.
Lagi-lagi perasaan kesal David rasakan. Ia tidak habis pikir kenapa istri gagunya bisa hamil disaat ia sudah memiliki niat untuk menceraikan wanita itu. Saking kesalnya semalaman David tidak bisa tidur. Tidak ada yang istimewa dari Alanis, tentu akan mudah bagi David untuk menceraikannya. Tapi melihat bagaimana raut kebahagiaan terpancar begitu nyata dari wajah kedua orangtuanya membuat David tidak tega. Mungkin ia harus mencari cara lain agar bisa terlepas dari wanita yang saat ini masih sah menyandang status sebagai istrinya.
Sebuah pesan masuk diponselnya mengalihkan fokus David. Tersenyum kecil David lalu mengetikan balasan singkat untuk Cecilie. Mudah sekali jatuh cinta pada wanita secantik dan secerdas Cecilie, kalau dipikir-pikir untuk apa ia berlarut dalam kesedihan karena ditinggal cinta pertamanya dulu hingga membuat ia harus dijodohkan dengan Alanis. Padahal ada wanita semenyenangkan Cecilie untuk dijadikan istri.
------------------------------------------------------
Datanglah ke The Balti House bawakan salah satu jas terbaikku
Alanis membaca ulang pesan yang masuk ke ponselnya. Setengah tidak percaya, David menyuruhnya untuk pergi ke sebuah restoran terbagus di Nottingham. Meskipun tidak pernah kesana, tapi Alanis tau restoran yang David sebutkan adalah tempat paling cocok untuk makan malam romantis.
Untuk alasan yang tidak Alanis sadari hatinya berdegup lebih cepat. Apakah sikap David semalam hanyalah salah satu dari rencana David untuk memberikannya kejutan?
Dengan perasaan senang Alanis buru-buru masuk ke kamar mandi, membersihkan diri dan setelah itu ia memakai gaun terbaiknya. Memoles wajah dengan riasan tipis. Alanis telah siap hanya dengan menghabiskan waktu tiga puluh menit.
Di lain tempat, David terus saja melihat jam tangannya dengan gelisah, malam ini ia akan makan malam dengan salah satu klien penting. Tapi karena cukup mendadak David tidak sempat pulang dan memilih mandi di kantor. Beruntung ia memiliki kemeja dan celana panjang yang ia simpan di kantor, hanya saja ia lupa bahwa jas terbaik yang ia punya masih ada di rumah. Jadilah Alanis ia suruh untuk mengantarkannya.
"Jangan menunjukkan ekspresi seperti itu, Sayang. Atau Tuan Paul akan tersinggung." Cecilie berbisik pada David ketika klien bernama Paul meninggalkan mereka untuk ke toilet.
David menoleh pada wanita di sampingnya dan tersenyum bersalah,"maaf." Malam ini ia datang bersama Cecilie karena ia pikir wanita secerdas Cecilie akan bisa membawa diri dalam obrolan bisnis dengan kliennya.
"Oh itu dia!" David mengalihkan tatapannya ke arah yang Cecilie tunjuk. sedikit terkejut melihat Alanis yang datang dengan penampilan berbeda dari biasanya. Sebuah tas kertas ia jinjing ditangan kanan.
Pandangan Alanis berubah bingung saat melihat David duduk berdua dengan seorang perempuan. Makin dekat jaraknya dengan meja David, Alanis makin sadar juga akan semua spekulasinya yang salah.
"Ah... jadi ini asisten yang kau tunggu-tunggu." Perkataan dari seorang lelaki paruh baya saat Alanis sudah berdiri di samping meja yang David tempati membuatnya sedih bercampur malu.
"Siapa namamu?" Paul mencoba beramah-tamah pada Alanis.
"Tuan Paul, dia seorang tunawicara." Cecilie menyelak. Berharap Tuan Paul tidak bertanya macam-macam dan Alanis cepat pergi.
Tuan Paul menatap iba pada Alanis yang ia tau adalah asisten David. Dipikirannya ia kagum seorang pengusahan muda yang cukup diperhitungkan seperti David mau mempekerjakan orang tanpa memandang kekurangannya.
Dengan tangan bergetar Alanis memberikan tas berisi jas David. Tanpa menatap siapapun Alanis membungkuk dan segera pergi dari tempat itu.
David terus menatap punggung Alanis sampai perempuan itu tak terlihat. Entah mengapa ia merasa tak tega. Namun ia ingin Alanis sadar bahwa ia tidak ingin lagi hidup berumah tangga dengan wanita itu.
"Hah~" helaan nafas terdengar dari seorang wanita dengan gaun selutut berwana pink pastel. Rambut pirangnya ia biarkan tergerai.
Alanis menatapa kosong jalanan dari jendela bus yang ia tumpangi. Sesekali tangannya menghapus air mata yang mengalir di sudut mata. Ia sangat malu datang ke sebuah restoran karena berpikir bahwa David ingin mengajaknya makan malam romantis. Padahal ia hanya sebagai pesuruh yang bertugas membawakan jas. sedangkan suaminya sedang makan malam dengan seorang wanita yang lebih cantik darinya, jelas sekali jika disuruh memilih laki-laki itu pasti akan memilih makan malam dengan wanita cantik yang duduk disampingnya. Selain cantik, tentu wanita itu tidak seperti dirinya dan bisa diajak bicara.
Alanis mengelus perutnya pelan. Jadi ini, alasan kenapa sejak awal menikah David tidak ingin memiliki anak dengannya. Bukan karena ingin lebih saling mengenal, melainkan David tidak mau terikat selamanya dengan wanita cacat seperti dirinya. Kini Alanis benar-benar sadar, pernikahannya akan segera berakhir. Hanya tinggal menunggu waktu sampai ia ditendang dari apartemen David yang ia tempati.
Semua ini... kenapa harus terjadi setelah ia telah jatuh cinta pada seorang David Matthew?
------------------------------------------------------
"Aku pulang lebih dulu Dad, hmm... baiklah."
Sambungan telepon itu berakhir, David masuk kedalam lift yang akan membawanya menuju lantai apartemennya. Saat akan keluar dari lift David melihat Alanis berdiri dengan seorang laki-laki hendak masuk ke dalam unit apartemennya. Mereka terlihat akrab bahkan laki-laki itu mengerti bahasa isyarat yang Alanis guanakan.
Mengabaikan rasa penasarannya, David tersenyum tipis. Akhirnya ia mendapatkan cara agar dapat bercerai dengan Alanis. Orangtuanya pasti setuju jika mereka tahu apa yang menantu kesayangannya lakukan. Berduaan dengan seorang laki-laki di dalam apartemen.
David yakin Alanis berselingkuh.Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
No Voice [Complete]
General FictionSeorang pengusaha di Nottingham terpaksa menikah dengan seorang perempuan tunawicara yang telah menyelamatkan ayahnya dari kecelakaan mobil. Pernikahan mereka terlihat baik-baik saja dari luar, namun siapa sangka justru terdapat banyak masalah di da...