No Voice-9

5.6K 566 25
                                    

Pagi ini semuanya tampak normal. David yang memakan sarapan buatan Alanis terlihat lebih bahagia. Entah karena pembicaraan malam tadi atau karena hal lain. Alanis hanya dapat tersenyum miris sambil mengunyah waffle buatannya.

Lebih dari tujuh bulan menikah, ternyata hanya kata perceraian yang mampu membuat David sebahagia ini.

Menarik nafas lalu menghembuskannya pelan, Alanis lakukan untuk mengurangi rasa sesak di hati. Andai ia tau akhirnya begini, tak akan ia biarkan David menerima perjodohan mereka.

"Aku berangkat."

Hanya sesingkat itu ucapan David padanya. Tanpa senyum tulus, tanpa tatapan penuh cinta, apalagi sebuah kecupan manis di kening. Saat rumah tangga mereka normal pun, David tidak akan melakukannya, apalagi dengan keadaan mereka saat ini. Tentu sangat mustahil.

Tapi... biarlah, ia hanya perlu bertahan hingga beberapa bulan ke depan. Setelah ia melahirkan, ia akan kembali pada kehidupannya yang dulu. Sendiri.

Alanis menyelesaikan sarapannya dengan lambat. Memikirkan banyak kemungkinan yang bisa saja terjadi saat ia memutuskan berteman dengan David.

Dan pemikiran yang paling menyakitkan adalah, David akan bebas berkencan dengan wanita yang beberapa kali ia lihat berdua dengan David.

Menyakitkan sesungguhnya.
Namun, apa yang bisa ia lakukan? Meskipun status mereka kuat dimata hukum, tetapi tidak ada rasa menginginkan satu sama lain. Atau lebih tepatnya hanya Alanis yang berharap perasaan mereka saling terikat, saling membutuhkan.

Lagi-lagi arus takdir membawanya pada muara kesakitan.

Apakah ketidaksempurnaan akan selalu bersanding dengan kesakitan?

Untuk kesekian kalinya, Alanis menangis. Menangis akan takdir Tuhan yang dirasa terlalu menyakitkan.

***

"Aku tidak akan pulang malam ini."

Pesan singkat dari David itu memperjelas semuanya. Waktu yang terbuang untuk menanti David pulang nyatanya sia-sia. Makan malam yang ia buat pun nasibnya tak kalah miris dengan orang yang memasak makanan itu.

Terbuang, dan tak dihargai.

Dan yang paling menyedihkan, ditinggalkan lalu dilupakan.

Alanis membalas pesan David secara singkat.

Menaruh begitu saja ponselnya di atas meja makan. Alanis menuju ke arah kamar tidur untuk mengistirahatkan tubuh dan hatinya yang lelah.

Baru satu hari ia berteman dengan suaminya, namun hatinya yang tak utuh kian tercabik.

Andai...

Andai dulu ia tidak menolong Daniel dalam kecelakaan itu, mungkin pernikahan ini tidak akan terjadi.

Alanis menggeleng akan pemikiran itu. Jika saat itu ia tidak menolong Daniel bisa saja nyawa ayah mertuanya tak tertolong. Kathrine dan David pasti amat sangat terpukul jika itu terjadi. Sama seperti dirinya yang dulu juga merasakan dunianya seakan runtuh ketika kehilangan orangtuanya.

Pergerakan halus dari perutnya menyadarkan Alanis bahwa takdir Tuhan tidaklah semenyedihkan itu. Buktinya meski pernikahnnya nanti akan berakhir perceraian, namun Tuhan telah titipkan suatu anugerah untuknya.

***

Alanis meringkuk dalam keheningan. Mencari kehangatan dibawah selimut yang menutupi tubuhnya. Ingatannya melayang pada awal ia dan David pindah ke apartemen ini. Ia yang masih cannggung akan memilih meringkuk di balik selimut ketika David membersihkan diri di kamar mandi. Jantungnya akan berdetak tak karuan ketika mendengar pintu kamar mandi terbuka dan langkah David yang mendekat. Lalu selanjutnya, selimut yang ia pakai disingkap bersamaan dengan suara David yang mengatakan bahwa laki-laki itu menginginkannya lagi, entah untuk yang keberapa kalinya setelah mereka resmi menikah.

Sangat berbeda dengannya, sejak awal David selalu bersikap santai. Laki-laki itu tidak terlihat sangat menginginkan pernikahan ini namun tidak juga terlihat membenci.

Jadi Alanis pikir, tak masalah meskipun tidak pernah ada cinta yang terpancar dari kedua mata David. Bahkan meskipun mereka menghabiskan malam-malam panas bersama. Cinta bukanlah hal utama yang perlu diucapakan.

Padahal kenyataannya cinta itu memang tak ingin David ucapkan. Karena kata cinta bukanlah pondasi untuk rumah tangga mereka.

***

Ada banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan malam ini karena setelah makan siang tadi, waktu kerjanya ia habiskan untuk bertemu dengan Cecilie di kafe favorit mereka.

Membahas rencana perceraiannya dengan Alanis yang disambut begitu bahagia oleh Cecilie. David tahu perceraian ini pastilah membuat Alanis sedih atau setidaknya kecewa. Namun, jika terus dibiarkan tidak menutup kemungkinan Alanis akan lebih tersiksa jika harus menghabiskan sisa umurnya terikat pernikahan dengan laki-laki yang tak mengharapkannya.

Maka jalan satu-satunya adalah perceraian. Dan beruntungnya, wanita itu sendiri yang memilih untuk mengakhiri semuanya. Bahkan dengan baik hati mau memikirkan alasan yang akan disampaikan kepada orangtua David yang kemungkinan besar tidak terima akan keputusan berpisah mereka.

David menghela nafas dan merenggangkan otot ketika pekerjaannya selesai. Membuka ponsel untuk melihat notifikasi yang masuk ke benda pipih tersebut.

Beberapa notifikasi email, pesan dari Cecilie dan satu pesan Alanis. Tanpa membuka pesan dari Alanis, David segera membaca dan membalas pesan-pesan bernada manja dari Cacilie. Sesekali tersenyum ketika mengetikkan balasan.

Sebegini indahnya jatuh cinta. Dulu sekali, ia pernah merasakannya pada seorang perempuan yang menurut David hampir sempurna. Cantik, cerdas dan memiliki derajat sosial yang setara dengannya. Namun, apa mau dikata. Perempuan itu lebih memilih menikah dengan laki-laki lain.

Sekarang ketika ia mulai merasa bahwa pernikahannya terasa hambar, Cecilie datang mencuri perhatiannya. Dengan wajah cantik dan penampilan berkelas, serta wawasannya tentang dunia perbisnisan membuat David mau tak mau bertekuk lutut. Tak sulit untuk jatuh hati pada seorang wanita seperti Cecilie dengan segala yang melekat pada diri perempuan itu, tentulah sangat pas jika bersanding dengannya kelak.

Membereskan sedikit pekerjaannya, David lalu beranjak dan berniat menghabiskan malam ini untuk tidur di hotel yang tak jauh dari kantor. Besok pagi-pagi sekali ia harus ke pelabuhan untuk meninjau kapal-kapal tanker miliknya.




Tbc~

Makasih untuk kalian yang masih setia nunggu cerita ini💕💕💕

No Voice [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang