No Voice-19

3.2K 402 49
                                    

Hayyy... nggak lama kan ya😅

Saya up lebih awal dari target karena apresiasi sama kalian yang dengan pengertiannya gak nagih up karena udah tahu ketentuan yang saya tulis di part kemarin^^

Makasih untuk yang masih setia sama No Voice, selalu dukung baik dari akun lama hanamidijepang sampai pindah ke akun ini. Makasihhh💛💛
.
.
.
.

"Jadi ... Kau menikmati peranmu saat perempuan bisu itu hadir di pesta perusahaanmu dan melupakan aku?"

Nada dingin Cecilie membuat David tak enak hati, jelas saja wanita pujaannya ini cemburu karena saat perayaan ulang tahun perusahaan kemarin malam ia tak sekalipun menemui bahkan menyapa Cecilie.

Alasannya tentu saja karena kehadiran orangtuanya. Ia juga berusaha menghalangi Alanis dari pandangan Cecilie yang belum mengetahui kehamilan sang istri.

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk acuh padamu. Saat acara malam itu aku hanya fokus pada jalannya acara agar tidak ada kesalahan apapun yang dapat membuat tamu undangan kecewa."

Mendengkus dengan raut kesal, Cecilie lebih memilih membuka buku menu di depannya. Makan siang berdua dengan David si sebuah resto yang cukup jauh dari kantor keduanya.

"Aku akan memaafkanmu jika kau meneraktirku makan siang ini."

David tersenyum, tanpa diminta ia pasti yang akan berinisiatif membayar semua makanan mereka. "Baiklah, apapun yang kau ingin, bisa kau pesan. Bahkan meski kau ingin aku membayar semua makanan di restoran ini hanya untukmu, aku bersedia."

Senyum kecil terbit menghiasi wajah Cecilia yang bagi David sangat cantik dengan polesan makeup tegas khas seorang wanita kantor pekerja keras, juga pintar.

"Kau teramat pandai menahlukkan hati wanita. Mustahil rasanya kau tidak pernah berkencan sebelum dipaksa terikat oleh pernikahan."

Meski wanita, Cecilie tidak menutupi bahwa ia tertarik lebih dulu pada lelaki di depannya ini. Bahkan ia sedikit mencari tahu tentang kehidupan seorang David Matthew. Laki-laki pekerja keras yang kini dapat membuktikan kesuksesannya. Anak dari keluarga cukup ternama dalam dunia bisnis juga jangan lupakan wajah tampan dan tubuh gagah menggoda. Meski sayangnya kini telah menikah, tidak ada alasan yang dapat membuat ia menjauh. Dari pesona pria ini.

"Aku memang tidak pernah berkencan dengan wanita manapun. Sekali saat masih menempuh masa kuliah setelah itu aku fokus mengembangkan bisnisku."

"Sayang sekali, padahal aku yakin jika kau meluangkan waktu untuk memperhatikan sekitar, akan ada banyak perempuan yang bersedia berkencan denganmu atau menjadi teman satu malam." Nada menggoda Cecilie keluarkan hanya untuk membuat David sedikit peka bahwa ada yang rela untuk memberikan apapun untuk lelaki paket komplit itu termasuk memenuhi semua kebutuhan prianya.

"Aku tidak tertarik dengan sembarang orang, hanya wanita seperti dirimu yang membuatku seperti ini. Berbeda dari aku yang biasanya." Aku David.

Sejak awal penilaian tentang David di mata seorang Cecilie memanglah laki-laki dingin nan kaku. Jadi saat perlahan ia masuk dalam kehidupan pria itu hingga saat ini Cecilie juga tak mengira pesonanya mampu membuat David tergila-gila dalam waktu singkat.

Dan Cecilie berjanji begitu surat gugatan perceraian David masuk ke pengadilan. Ia akan membuat David semakin terikat dengannya dan menjadikan ia sebagai kebutuhan laki-laki itu yang tidak bisa membuatnya pergi atau menjauh.

"Kau benar-benar perayu ulung. Lebih baik panggil pelayan aku ingin memesan sekarang."

Bersikap malu-malu sepertinya adalah sifat yang disukai oleh David, jadi ia akan melakukannya agar rasa penasaran dan tertarik itu semakin besar berkembang.

Seorang pelayan perempuan datang dan mencatat pesanan mereka. Setelah pelayan itu meningalkan mereka, baik David dan Cecilie saling menatap lekat. Andai ini di kantor atau ruang tertutup lainnya, ia tak segan untuk kembali mencium lelaki tampan itu untuk kedua kalinya.

Tidak apa menunggu lebih lama lagi, asal David beserta segala yang lelaki itu miliki ikut menjadi miliknya.

*.*.*.*.*.*.

"Kau sudah pulang?"

Ragu, Alanis menunjukkan buku kecilnya pada David yang baru pulang. Sejak memilih berteman, wanita hamil itu sudah mengurangi banyak hal yang dulu sering ia lakukan saat masih merasa bahwa posisinya adalah seorang istri.

"Hmm ..." Gumaman singkat menjadi jawaban untuk Alanis. Tanpa melanjutkan pertanyaan yang lain lagi, ia lebih memilih membantu membawakan tas kerja David ke dalam.

Setelah ini, pasti David akan memilih mandi seperti biasanya lalu pergi ke dapur untuk makan malam. Meskipun hafal akan kebiasaan sang calon mantan suami, anehnya sejak dulu Alanis selalu menanyakan apakah lelaki itu ingin mandi atau makan terlebih dahulu.

Wajar kalau David terkadang sebal dan menjawab ketus pertanyaannya yang setiap hari selalu ia dapatkan ketika pulang dalam keadaan lelah bekerja.

"Alanis? Hey!"

Mengerjap beberapa kali, Alanis tak sadar jika David berdiri cukup dekat di hadapannya.

"Apa yang kau masak malam ini?"

Jari-jari lentiknya dengan cepat menuliskan sebaris kata lalu menunjukkannya pada David.

Mengagguk dengan dahi sedikit mengerut, lelaki yang masih menggunakan baju kerja lengkap dengan jasnya tampak seperti sedang menimbang sesuatu.

Alanis hanya diam meperhatikan. Ini pertama kalinya David bersikap seperti ini. Kebiasaan yang Alanis sudah sangat ingat adalah David akan makan setelah mandi tanpa menanyakan menu makan malam mereka.

"Aku akan makan lebih dulu, tolong kau bawa jas dan tasku ke dalam." David menyodorkan jas hitam yang sudah ia lepas pada Alanis. Dengan kikuk wanita hamil itu menerimanya dan membawakan ke kamar mereka sedangkan David memilih menuju ruang makan yang digabung dengan dapur.

Untuk pertama kalinya David memilih makan malam lebih dahulu daripada mandi.

Memandang bagaimana cara Alanis menyiapkan hidangan malam itu, David sejenak berpikir akan seperti apa saat mereka berpisah nanti?

Apakah Alanis akan melakukan hal seperti ini juga pada laki-laki yang akan menjadi suaminya setelah berpisah dengannya?

Dan ... apakah ia sendiri dapat melihat dan merasakan momen seperti ini dalam pernikahannya dengan Cecilie nanti, mengingat putri dari Tuan Stuart itu adalah wanita karir nan sibuk. Sempatkah ia untuk memasak makanan untuk sarapan dan makan malam mereka?

*.*.*.*.*.

Mungkin hanya perasaan saja atau memang malam ini ada yang berbeda dari David.

Sejak makan malam hingga menjelang tidur sudah berkali-kali Alanis mendengar helaan nafas yang cukup keras.

Apa lelaki itu memiliki masalah?

Ingin bertanya tapi ragu. Alanis memilih untuk meminum susu hamilnya pelan-pelan sembari duduk bersandar pada kepala ranjang.

"Apa dia sudah mulai bergerak?"

"Uhukk!" Alanis seketika terbatuk bukan karena pertanyaan dari David melainkan karena sentuhan telapak tangan lelaki itu pada permukaan perutnya.

"Kau baik-baik saja?" Tanya David sembari menepuk pelan punggung Alanis.

Mengangguk, Alanis juga mengambil tisu yang David sodorkan padanya.

"Aku hanya bertanya, kenapa kau bisa sekaget itu?"

Andai bisa, Alanis ingin langsung memberitahu kalau dia terkejut bukan karena pertanyaan David, melainkan sentuhan tangannya yang baru kedua kalinya dilakukan saat mereka hanya berdua. Padahal usia kandungannya telah memasuki bulan keenam.

Biasanya David hanya akan mengusap perutnya ketika ada Kathrine.

.
.
.
.
.
.

Parah nih David galaunya usap-usap🤭

Sebenarnya tuh catatan No Voice saya ilang, jadi saya gak tau di part ini Alanis udah hamil berapa bulan😭😅

Okeyy see u next part👋

No Voice [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang