Delapan

517 19 3
                                    

Danish berjalan menyusuri ruangan demi ruangan. Melangkahkan kakinya satu persatu untuk menuju ke kelasnya. Raut wajahnya terlihat datar tidak seperti biasa dirinya yang selalu ceria sepanjang hari. Mungkin ia masih sakit hati dengan sikap Rain kemarin. Mungkin.

Saat ingin menapaki satu persatu anak tangga, seseorang memanggil dirinya. Spontan cowok itu memutar tubuhnya ke belakang untuk melihat siapa orang tersebut.

"Woi Danish! tunggu," wajah cowok itu sangat familiar bagi Danish.

"Eh lo rupanya. Baru sampai juga lo?" ucap Danish sambil merangkul Daniel dan berjalan ke kelas.

Daniel Ferdian adalah teman sekelas Danish. Cowok itu duduk tepat di belakang kursi Danish Dan Rain. Daniel termasuk salah satu orang yang hampir setiap hari menyaksikan pertengkaran kecil yang sering terjadi antara Rain dan Danish

"Lo ngga sama Rain?" tanya Daniel dengan rasa penasaran.

Danish tersenyum kecut."Rain itu temen gue dari smp. Lagian dia juga bukan siapa-siapa gue kok, jadi ngapain juga harus sama dia terus."

Tidak lama setelah mereka masuk ke dalam kelas, bel masuk berbunyi. Semu murid sibuk berhamburan memasukkin ruangan yang disusul oleh seorang guru yang tidak mereka kenali. Mereka berpendapat bahwa guru itu yang akan menjadi wali kelas mereka.

Tok tok tok

"Permisi pak, maaf saya terlambat," ucap gadis cantik itu hingga membuat seluruh pasang mataa mengarah ke arahnya.

Guru itu memandang gadis itu sebentar. "Masuk. Siapa nama kamu? Kenapa kamu terlambat?" pertanyaan guru itu membuat seseorang di hadapannya sedikit ketakutan.

Gadis itu menggigit bibir bawahnya. "Saya Rain Anggraini pak, maaf saya terlambat karena bis saya lama datangnya pak," ia sangat malas kalau harus dihukum berjemur di lapangan.

Sosok pria yang kini berada di hadapan Rain melihat jam yang melingkar di tangannya. Rain hanya terlambat 5 menit saja. Walaupun harusnya ia tetap mendapat hukuman tetapi karena wali kelasnya itu keturunan malaikat, jadi ia hanya diberi nasihat kemudian disuruh duduk saja.

"Terima kasih,pak."

Rain menghela nafas lega ketika mengetahui bahwa ia tidak mendapat hukuman. Ia berjalan menuju tempat duduknya dan mendapati seorang Danish di sana. Tapi sepertinya Danish tidak menghiraukan kedatangan sahabat yang sangat ia cintai itu. Cowok itu sibuk memperhatikan wali kelasnya, padahal wali kelasnya belum berbicara sedikitpun

Ini aneh.

"Oke anak-anak. Perkenalkan nama bapak Dafa Narendra, saya yang akan menjadi wali kelas kalian. Saya tidak suka banyak basa basi jadi langsung saja, saya mau kita tentukan perangkat kelas. Tapi saya ngga mau saya yang memilih, jadi yang mau menjadi ketua kelas, wakil ketua, sekretaris, dan bendahara saya persilahkan maju ke depan."

Tapi tidak ada satu orang pun yang mau maju. Pak Dafa masih diam sampai menunggu ada yang mengajukan diri secara suka rela, sehingga hampir beberapa menit kelas itu hening

Tiba- tiba Rain berjalan ke arah wali kelasnya itu."Saya akan menjadi ketua kelas pak." Ucap nya hingga membuat teman sebangkunya itu tak percaya.

Pak Dafa hanya mengangguk. "Kalau gitu kamu tunjuk untuk wakil, sekretaris dan bendahara. Saya mau kamu bertanggung jawab atas orang orang yang kamu pilih," ucap pak Dafa tegas.

Rain merasa takut dengan perkataan pak Dafa, tapi dia yakin bisa mengatasinnya.

Rain menghela nafas pelan. "Danish kamu jadi wakil saya, Keisha kamu jadi sekretaris, dan Tasya kamu jadi bendahara. Saya minta Daniel menjadi wakil keisha dan Tasya wakil kamu adalah saya, kenapa? karena uang gak bisa dipegang oleh banyak tangan. Nanti saya yg akan bantu kamu menyusun konsep keuangannya." ucap Rain dengan lantang dan sangat berwibawa.

Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang