PART 5

553 30 0
                                    

HAPPY READING, GUYS 😘

Puter playlistnya.

Lagu ini menggambarkan cerita yang aku buat. Nggak tahu kenapa kayak kebetulan gitu. Tapi sebenarnya aku buat cerita ini nggak berdasarkan lagu itu, sih. Cuma kemarin aku denger dan waowww...liriknya cocok banget buat bikin imajinasi 😂😂

Oke..let's read the story
.
.
.
.
.
.
.

"SEJAK KAPAN KAMU BEKERJA DI SINI? Masih tidak dengar?!" bentak Valerie marah. Wajahnya benar-benar merah padam.

Dan sukses membuat Pak Andi berdiri tegak menghampiri Valerie diikuti Vian dan Eva.

"Valerie, kamu kenapa?" Pak Andi menyentuh bahu Valerie sejenak.

Selanjutnya mampu membuat Valerie terdiam di tempat. Sial! Dia sendiri yang justru membuka sandiwaranya.

✓✓✓

Oh God! Ceburkan saja Valerie di rawa-rawa. Valerie selalu tidak bisa mengontrol emosi jika sedang marah. Dan saat ini, Valerie begitu marah melihat wanita tidak tahu sopan santun itu. Dan sialnya, dia adalah sekretaris James! Valerie katakan lagi, sekretaris James!
Apa mereka diam- diam bermain di belakangku? Batin Valerie.
Tarik napas. Hembuskan.
Valerie mencoba menenangkan pikirannya.

Berbalik badan. Valerie memasang senyuman tipis. Demi Tuhan, lidah Valerie bahkan sudah kelu untuk sekedar mengucap kata.

"Tidak ada apa-apa, Pak." Valerie mencoba menyangkal.

"Nggak kenapa-napa gimana?! Lo teriak-teriak nggak jelas gitu," cibir Eva sinis.

Valerie bergerak gelisah.

"Apa sebenarnya maksud kamu, Anak Kecil?" Terdengar suara dari belakang punggung Valerie yang memang membelakangi meja sekretaris itu.
Memutar badannya. Mendengar dirinya disebut anak kecil entah kenapa menyulut emosi Valerie lagi. Hilang sudah kesabarannya.

"Anak kecil kamu bilang?" bentaknya marah.

"Kamu bahkan masih memakai seragam, Anak Kecil!" ujarnya disertai seringai sinis.

Pak Andi menepuk bahu Valerie pelan, "Sudah, Valerie. Kamu jangan membuat malu sekolah kita," ucapnya.

Menyempatkan diri untuk menoleh dan berkata, "Sebentar, Pak!"

"Gue emang anak kecil. Terus lo mau apa?" tantang Valerie.

"Anak kecil yang tidak tahu sopan santun," ujarnya meremehkan.

"Hahhh ... wanita seperti kamu minta disopan santunin?" jawab Valerie sambil mengamati penampilan wanita itu dari atas ke bawah. Tentu saja membuat wanita itu naik darah.

"Memangnya kenapa? Ada masalah?" ujarnya memajukan kepalanya hingga belahan dadanya terekspos.

"Jelas! Karena kamu bekerja di sini."

"Lalu, apa urusannya denganmu, Anak Kecil?" ucapnya masih disertai seringai sinis.

Valerie yakin. Jika dia tokoh di kartun-kartun maka kepala Valerie pasti sudah dipenuhi asap merah.

"Sudah Valerie!" Pak Andi yang sedari tadi mendengar perdebatan itu tentu saja jengah, "Kita datang ke sini baik-baik. Kamu jangan berulah seakan-akan kamu berada di sekolahan."

Valerie mencoba mengontrol emosinya. Tapi ternyata terlambat. Pintu kokoh yang berada persis di depan Valerie terbuka. Menampilkan sosok James dengan balutan jas mahalnya disertai wajah tegas. Auranya bahkan mampu membuat sekelilingnya membisu. Valerie menundukkan kepalanya.

VALERIE SECRET'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang