PART 18

460 24 4
                                    

HAPPY READING, GUYS 😘

Valerie menatap nanar seorang gadis yang tengah duduk termenung di atas brankar sebuah ruang rawat. Pandangan gadis itu kosong. Tidak ada binar keceriaan yang selama ini Valerie lihat. Walaupun Yola bukan termasuk gadis petingkah seperti dirinya dan Sella, namun dengan sikapnya yang seperti ini justru membuat Valerie takut.

"Mom, apa Yola bisa sembuh?" tanya Valerie tanpa mengalihkan pandangannya.

"Untuk saat ini, dokter pun belum bisa memastikan kondisinya, Sayang."

Menyembuhkan luka batin seseorang memang tidak semudah mengeringkan luka pada tubuh. Butuh banyak dorongan yang kuat, agar si penderita mampu melawan rasa takut itu. Dan dokter pun hanya bisa membantu dengan cara terapi. Mesugesti pasien agar melupakan kejadian yang menimpanya dan menggantikan dengan kenangan yang baru. Dan hal itu bahkan tidak bisa menyembuhkan dengan tuntas. Ada bagian tubuh dari pasien yang secara otomatis mengingat bahkan merasakan apa yang pernah terjadi pada tubuh itu ketika kejadian yang sama akan terulang kembali, dan sebisa mungkin menolaknya.

Valerie mendorong kursi rodanya mendekati Yola. Valerie adalah gadis kuat sepanjang hidupnya, kecuali saat itu, namun melihat seseorang yang ia sayangi berpandangan kosong seperti ini seolah tidak memiliki semangat hidup, tentu cukup mampu membuat kedua matanya memanas.

Dan gadis itu tidak sanggup, sebelum ia meremukkan laki - laki penyebab trauma Yola dengan tangannya sendiri.

"Kita kembali, Mom," ucap Valerie pelan. Lena pun segera membalik kursi roda yang ditumpangi Valerie dan berpamitan.

Ada ibu Yola yang setia menemani putrinya. Walaupun sang putri bahkan tidak bergerak seinci pun dari tempat dia duduk. Terlihat mata ibu Yola memerah dan bengkak. Entah berapa lama beliau menangisi putrinya yang cantik itu. Tidak menyangka bahwa ada seseorang yang begitu jahat pada putrinya yang ia sendiri tahu, bahwa Yola tidak secantik gadis - gadis lain, contohnya saja Valerie. Tidak pernah terpikir jika putrinya yang pendiam ini akan menjadi sasaran kejahatan.

"Kami pamit dulu, Bu. Sepertinya putri saya terlalu shock dan butuh istirahat."

Lena berpamitan pada Rena, ibu Yola, kemudian mereka berpelukan, membisikkan kata - kata semangat untuk kesembuhan putri masing - masing.

*****

Sepanjang perjalanan menuju ruangannya, Valerie diam. Gadis itu terlalu shock, atau sedikit tidak percaya jika Yola akan berakhir seperti ini. Dalam hati pun, dia mengumpati lelaki yang telah berbuat hal keji itu.

Ketika melintasi lorong rumah sakit yang sisi kirinya dibuat sebuah taman. Mata Valerie terpaku pada sosok wanita yang tengah berjalan berlawanan arah darinya di seberang lainnya. Sosok wanita yang dulu begitu ia sayangi dan kagumi.

Namun itu dulu, sebelum Valerie merasakan sendiri betapa liciknya perempuan itu.

Napas Valerie memburu. Valerie begitu membenci wanita itu, hingga rasanya ingin menghabisi wanita itu dengan tangannya sendiri. Entah di mana urat malu wanita itu berada.

"Kamu kenapa, Sayang?"

Lena bertanya sambil membungkukkan badannya sedikit. Dilihatnya wajah Valerie yang terlihat menahan amarah. Tatapannya lurus ke depan.

Mengembuskan napas pelan sebelum menjawab pertanyaan ibunya.

"I'm fine, Mom," jawab Valerie tersenyum menenangkan.

Kembali Lena mendorong kursi roda Valerie setelah sebelumnya berhenti sejenak.

Valerie sudah berusaha melupakan kejadian yang begitu ingin ia lupakan. Namun sekarang justru masa lalu itu berada tepat di depannya. Seolah-olah mengejek Valerie jika kenangan itu tidak akan pernah berpaling darinya. Sampai kapanpun.

"Kamu lapar, Sayang?"

Lena melontarkan pertanyaan sesaat setelah mereka tiba kembali di ruang rawat Valerie.

"Nanti saja, Mom," balas Valerie seraya memejamkan matanya sejenak. Tiba-tiba saja kepalanya berdenyut nyeri. Memikirkan apa yang dilakukan wanita itu di sini.

"Ada yang mengganggu pikiranmu, Sayang?" Lena bertanya.

"Tidak ada, Mom," jawab Valerie pelan.

Lena hanya bisa mengelus pelan rambut Valerie. Wanita itu tahu, ada yang disembunyikan putrinya, dan hanya dengan Jameslah Valerie akan bercerita.

Lalu pertanyaannya, di mana lelaki itu sekarang? Entah ke mana perginya lelaki itu akhir-akhir ini. Sosoknya selalu menghilang dan dalam waktu yang lama.

Cklek...

Pintu terbuka dari luar menampakkan sesosok pria yang baru saja dibicarakan.

Melihat itu, Valerie segera memalingkan wajahnya. Enggan menatap James. Gadis itu marah. Dan James tahu itu.

"Mom keluar dulu, Sayang."

Lena yang merasa mereka membutuhkan waktu berdua memilih untuk segera keluar dari ruangan ini. Memberi waktu pada mereka agar membicarakan permasalahannya.

Valerie yang ingin protes segera dipelototi Lena. Diam di sini.

Setelah Lena benar-benar keluar, barulah James berjalan mendekati Valerie yang masih saja memalingkan wajahnya.

"Maafkan aku, Sayang," ucap James pelan. Tangan kekarnya terulur menyingkirkan helaian rambut Valerie yang menutupi sebagian wajahnya. 

Valerie masih bungkam. Enggan membuka mulut untuk membalas permohonan James.

James mengembuskan napas lelah.

Mungkin sekarang gadisnya benar-benar marah. Dan James berusaha memahami itu.

                                     ****

Pendek lagi, ya? Hahaha ...

Update kali ini butuh perjuaaaaangannn banget ... Jadi, nikmatin aja, ya, gaesss....

Love you buat kalian yang udah lama nungguuu...

Muahhhhhh....😘😘😘😘

VALERIE SECRET'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang