0.7

2K 177 56
                                    

"Ingat! Nanti malam tidurnya harus cepat ya! Besok kalo sekolah gaboleh jauh-jauh dari gue! Gaboleh cari masalah! Paginya harus sarapan sama minum vitamin! Obatnya jangan sengaja ditinggal! Kalo ke meja makan jangan lari dan tunggu gue! Awas sampe lewat tangga! Jangan godain cewek! Jangan ngobrol sama orang gak jelas! Jangan--"

Wing wing wing...

Suara Romeo terdengar bagaikan lebah, mau sampai kapan cowok itu mengoceh pikir Gavi.

"Berisik amat." celetuk Gavi. Romeo yang naik pitam segera menjewer telinga anak itu hingga Gavi meringis.

"Lepas woy! Ini telinga bukan tali jemuran!"

"Dengar gak gue ngomong apa tadi! Gak jadi ke Jerman mauu!"

"Iya dengar!!" seru Gavi. Romeo melepaskan jewerannya pada kuping Gavi dan sang empu pun mengusap kupingnya yang sudah memerah.

"Kalo dikasih tau dengarin. Demi kebaikan lo!"

Gavi tak menjawab.

"Didengerin kalo gue ngomong Argaviey..."

"Emang gue seburuk itu di mata lo sampe wejangannya banyak banget?" tanya Gavi dengan nada pura-pura bloon.

Romeo bertopang dagu dengan wajah sok mikir keras. "Yaa eum--" jedanya. "MIKIR DONG! UDAH CEROBOH, NAKAL, BADUNG GABISA DIKASIH TAU! " teriak Romeo kemudian. Kesabarannya menipis saat melihat Gavi justru terlihat mencibir.

Nye nye Nye

"Viey..." geram Romeo.

"Iyaa..." sahut Gavi nampak malas.

"Jangan buat ulah! Nanti malam gaada acara begadang ya! Habis makan malam tidur!"

Gavi sudah terbiasa menjalani hari seperti ini. Selain ahli gizi gadungan, Romeo juga suka sekali mengomel seperti emak-emak dan menjadwalkan kegiatan hariannya.

"Haduh haduh Meo, gimana coba kalo gue udah ngaak ada di dunia." gumam Gavi merasa miris yang sialnya didengar oleh Romeo yang langsung menatapnya tajam. "Mending lo cari kebahagiaan lo." sambung Gavi bergumam pelan.

"Ya lo mikir anjing, gimana caranya gue bahagia di dunia yang gaada elo, TOLOL!" teriak Romeo di akhir kalimatnya. Gavi mengusap telinganya karena Romeo berteriak sangat nyaring tepat di samping telinganya. Wah nyawanya kayak ketarik rasanya.

1...2...3...

Gavi berlari secepat kilat sebelum Romeo menyimburkan lahar panas dari tubuh cowok itu yang sepertinya sudah kesal di ubun-ubun.

"JANGAN LARI!!" teriak Romeo. Cowok itu berkacak pinggang saat tau kemana Gavi menuju.

Kolam ikan...

Romeo ingin mengikuti namun indra pendengarnya menangkap suara tembakan yang beradu dan berasal dari luar mansion. Tatap matanya menajam.

"Pastikan Gavi aman! Bawa dia ke kamar!"
•••

"WUHUUUU, SERUNYAAAA..."

"WAHAHAHA, MUKA LO BUNNY JELEK AMAT MELONGO GITU LIHATIN GUE!'

Para maid dan bodyguard yang ada di sana menatap prihatin dan takut terkena imbas serta simbur dari Tuannya karena membiarkan pemuda dengan pipi chubby itu menyemplung ke kolam ikan. Memang, tingginya hanya selutut. Tapi tetap saja mereka diperintahkan menjaga cowok itu untuk bersikap normal dan mengarahkannya ke hal-hal baik misalnya duduk anteng di ruang televisi, memakan camilan, pergi bermain game atau sebagainya yang merupakan aktivitas normal.

"Tuan muda Gavi, tolong ampuni kesalahan kami. Naiklah! Kami diperintahkan membawamu ke kamar, kumohon..." rayu seorang pemuda yang sudah memijit pelipisnya pusing.

Luminous YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang