0.6

2.6K 294 35
                                    

Romeo membaringkan Gavi di kasur berukuran king size secara perlahan, anak itu nampak tertidur pulas dengan jejak air mata tersisa di pipi chubbynya. Entahlah dia merasa belakangan ini Gavi menjadi sangat sensitif sekali dan memang sepertinya ada yang disembunyikan cowok itu. Erick bersidekap dada di sofa yang lokasinya tak jauh dari kasur Gavi, sementara Abi nampak mendekati kasur sembari membawakan segelas susu yang baru saja diantarkan maid.

"Tertidur?"

Romeo mengangguk, "Taruh aja susunya dulu, nanti kalo keburu dingin, ya tinggal buatin lagi." balas Romeo menatap segelas susu di tangan Abi kemudian beralih memandang Gavi yang nampak gelisah dalam tidurnya. Romeo mengelus kening Gavi yang nampak berkerut hingga perlahan kerutan itu memudar, dan Gavi nampak damai lagi dalam tidurnya. Setelahnya Romeo menaikkan selimut tebal hingga sebatas dada Gavi guna menjaga anak itu tetap hangat.

"Bahkan dalam tidur dia gelisah, Gavi sebenarnya kenapa?" gumam Romeo. Sedikit merasa menyesal karena lepas dari Gavi dan berpikir supermarket tersebut aman karena ada bodyguard nya. Nyatanya Gavi mendapat hal tidak mengenakkan dan ia merasa tidak tau apapun tentang anak itu.

Abi tak punya jawaban apapun. "Jangan menambah beban pikirannya, kita akan mencari tau sendiri bila dia menyembunyikannya." balas Abi menatap lurus.

Abi meletakkan segelas susu vanilla itu di nakas dan kemudian mendudukkan diri di sebelah Erick.

"Aku sudah menyuruh orang suruhanku mengirimkan semua rekaman cctv di sekolah dan di rumah Gavi selama 1 bulan ini." ujar Abi menerawang jauh. Apakah dia terlalu bersikap lemah pada Gavi dan tidak bisa menjaganya dengan baik? Itulah yang ada di pikiran Abi saat ini.

"Gue setuju, jangan bikin Gavi ketrigger lagi dengan nanya hal yang percuma dan gaakan dia jawab. Dia itu tipe anak yang suka keep masalahnya sendiri. Terus ntar kalo dia tiba-tiba nangis, tau sendirikan jadi sesak napas begitu. " sambung Erick. "Mulai hari ini Gavi tinggal di mansion gue aja, keamanan dia bakalan gue jamin." Erick melanjutkan kalimatnya dengan tatapan serius.

Abi berdehem mengiyakan. Sementara itu Romeo yang setuju saja menghela napasnya pendek kemudian memulai pembicaraan baru.

"Di Jerman nanti kita tinggal di mansion bokap gue aja. Bokap juga udah ngurus rencana berobat Gavi di sana. Kalo penelitian Papa udah selesai, dia janji bakalan nengokin Gavi sama Mama sekalian." balas Romeo menatap Gavi yang tertidur pulas. Papanya itu menelponnya terus menerus belakangan ini lantaran mengkhawatirkan betul kondisi Gavi. Namun sangat disayangkan mereka belum bisa menjenguk lantaran sedang sibuk-sibuknya. Papanya tengah melakukan penelitian ilmiah berskala internasional sekaligus perjalanan bisnis, sementara Mamanya itu sedang punya banyak jadwal operasi di rumah sakitnya.

"Jet pribadi dan segala persuratan udah siap. Malam ini bakalan ada badai dan gue gamau ambil resiko apapun kalo kita harus terbang sekarang. Kalo nunda penerbangan yang terlalu lama juga, bisa dipastikan Gavi ngereog anjir. Jadi kita berangkat besok malam ya. Badainya diperkirakan terjadi paling lama itu sampe besok sore, so kalo malam aman aja sih menurut gue. Pokoknya sebelum Gavi ngereog ga sabaran." balas Erick menggelengkan kepalanya. Gavi itu gabisa dijanjiin, dia pasti akan selalu ingat, dan kalau ditunda ataupun orang berpura-pura tidak ingat, tentu dia akan melancarkan aksi yang di luar nalar dan memusingkan kepala. Lebih baik mencegah daripada terjadi.

"Gue oke aja. Berarti besok Gavi gausah sekolah kan daripada dia kecapean?" tanya Romeo.

"Ini yang mau gue bahas." ucap Erick serius. "Besok kita gak bisa berdiam diri di mansion gue."

"Kenapa?" Tanya Abi. Mansion Erick tergolong sangatlah aman dan mengapa mereka tidak menghabiskan waktu di sini saja dan menghindari bahaya di luar?

"Ada yang berusaha retas keamanan mansion gue tapi untungnya masih gagal. Mungkin besok orang ini bakalan lebih gencar lagi ngawasin mansion gue dan aktifitas kita. Gue masih gabisa dapatin identitas orang ini, sepertinya dia sangat hebat dan sulit untuk ditembus. " ucap Erick. Ia mendapatkan kabar tersebut saat perjalanan pulang tadi dan tentunya ia cukup terkejut.

Luminous YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang