0.5

2.4K 270 58
                                    


Kini telah tiba waktu yang teramat dinantikan oleh Gavi yakni waktu kepulangannya dari rumah sakit. Pagi ini mereka sudah dalam perjalanan menuju mansion Erick. Dan tebak apa yang paling penting? Yap berarti tak lama lagi mereka akan melakukan penerbangan ke Jerman. Hari yang begitu membahagiakan untuk Gavi yang sedari bangun sudah tersenyum-senyum sendiri. Tidak sabar menunggu pergantian hari katanya.

Abi nampak menyetir dengan fokus, laju kendaraan yang dibawanya tidak begitu cepat dan juga tidak begitu lamban, mementingkan keselamatan, ia mengendara dengan hati-hati. Sementara Erick dan Romeo nampak sibuk memegang tabletnya masing-masing, entah mengurus apa, Gavi tak mau tau.

Gavi memandang jalanan yang terhampar lantaran jendela mobil yang diturunkan setengah. Huft, angin Indonesia. Gue bakalan merindukan angin Indonesia setelah di Jerman, jadi sekarang hirup sepuasnya. Batin Gavi dramatis.

Ada angin yang bikin adem, ada yang bikin kebelet berak...

"Berangin Viey, tutup. Nanti masuk angin." titah Romeo mengamati Gavi yang sedang melamun dan menikmati hembusan angin yang terasa semilir-semilir.

Gavi membuka matanya mendengar titah Romeo. Ia mengernyit tak percaya. "Woy ini namanya angin alami dari alam, masuk angin darimana coba?! Udah deh diem, gue lagi menikmati pemandangan!" seru Gavi. "Tukar posisi yok, masa gue di tengah gini. Gue mau di pojok biar bisa ngerasain angin. Awas Meo..."

"Lo kalo udah sembuh aja, melupakan jasa-jasa gue. Ingat lo siapa yang kemarin nolongin lo dari Zea, muka lo pucat kayak dikejar monster noh." cibir Romeo. "Kalo sakit aja manjanya minta ampun nanti kalo udah sembuh guenya dibuang."

Gavi mendengus kesal, tanpa aba-aba dia memberikan jitakan tak dikira-kira pada Romeo. Romeo meringis dan menatap kaget bercampur kesal ke arah Gavi yang kalo sama dia tu gemar sekali KDRT.

"LO--"

"Meo marah? Meo udah ga peduli sama mental health gue lagi ya? Udah ga memikirkan hati mungil gue?" tanya Gavi mengeluarkan puppy eyesnya, jurus andalannya saat memelas. Abi melirik sekilas dari kaca pun tersenyum tipis. Begitupun Erick yang melihat hal tersebut.

Anjing lucu banget, gimana mau marah. batin Romeo misuh-misuh.

"Oke, gaboleh marah. Kalo gini boleh kan?"

Dengan gesit Romeo langsung memeluk Gavi dengan sangat erat, membuat cowok itu meronta-ronta tidak jelas. "AAAAAA NAJIS MEOOO, NAJONG BANGET SIH KAYAK HOMO!!" teriak Gavi.

Romeo menabok pelan bibir Gavi. "Mulutnya yang sopan!"

Gavi menggembungkan pipinya kesal. "Ih anjing juga--"

Tuk

Erick bergabung menjitak Gavi. "Mau dihukum hah? Mulutnya!"

Gavi mencebikkan bibirnya jengkel sambil mengelus keningnya yang tidak berdosa. "ERICK KOK IKUT MENISTAKAN GUE SIH?!"

"Berarti maunya disayang hm?" tanya Erick menatap lekat sahabatnya itu.

Gavi mendengus kecil saat berhadapan dengan wajah tampan Erick, batinnya sudah menghujat karena pahatan wajah tampan Erick membuatnya iri sekaligus salting, bagaimana bisa cowok itu punya tatapan tajam namun tetap lembut? Rasanya anjing banget guys, sahabatnya jelmaan dewa Yunani, sementara dia jelmaan Spongebob Squarepants.

"Kok bengong? Sini peluk, gue kangen. Biasanya nyandar di sini kan?" tanya Erick menepuk kecil dada bidangnya sendiri. Romeo langsung merinding mendengarnya.

"Mending mah sama gue, sini gue peluk dengan penuh kehangatan. Dia itu butuh kasih sayang, bukan tingkah kaku lo itu. Gue mah sefrekuensi sama Gavi." balas Romeo menatap sinis menghunus pada Erick yang menganggu moment nya dengan Gavi.

Luminous YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang