0.9

2.3K 180 58
                                    

"Lo main jitak aja. Ini kepala bukan bola bekel!" seru Gavi saat mendapatkan jitakan dari Romeo yang berkacak pinggang sambil menggendong tas sekolahnya dan juga tas sekolah Gavi.

"Yang bilang itu bola bekel siapa?! " balas Romeo bersungut-sungut. "Lagian ya bisa abis gue kalo Abi tau sempat-sempatnya lo ngajakin bolos. Tadi pagi aja kelihatannya lo serius mau menimba ilmu, sok sok bilang mau jadi anak baik di hari terakhir sekolah. Nyatanya?" cibir Romeo yang dibalas wajah malu-malu babi dari Gavi.

Erick mengangguk-angguk sambil menikmati suasana cheese cake terakhir di tangannya. "Kue dari Zea enak. Nanti belilah gue juga."

"OOT tolol!" kesal Romeo.

"Selow njir, mau gue beli tuh mulut?" tanya Erick dibalas tatapan dongkol Romeo. Oh Tuhan adakah yang waras di antara mereka?

"Ini namanya bukan bolos, ini meliburkan diri karena keterpaksaan dikejar-kejar orang gila. Ingat kita itu punya kewajiban melindungi diri sendiri dari bahaya dan ada hak untuk memilih pilihan menetap di kelas atau cabut dari orang gila." sahut Gavi membela diri. Tentu orang gila yang dia maksud adalah Zea.

Gak salah sih, karena memang Zea itu menguntitnya parah banget, sampai Gavi mau ke kamar mandi pun dibuntuti. Gavi jadi merasa perempuan itu sangat cabul dan isi otaknya gaada yang bekerja selain mengirim cengiran bodoh dan kadang agak mesum. Untungnya gadis itu sempat lengah saat ada telpon masuk. Gavi memanfaatkan kesempatan itu kabur tentunya, dibanding terjebak di sekolah bersama Zea dan tatapan aneh warga sekolah setelah kejadian di kantin. Dia juga ga mengindahkan titah Erick dan Romeo supaya berdiam diri aja di ruangan pribadi mereka padahal mah itu suruhan Abi.

Ya ngapain anjir, bolosnya nanggung begitu. Pikir Gavi.

"Ya tetap aja Argaviey, nanti kalo Abi marah gimana?"

Gavi memandang remeh. "Enggak bakal, hari ini bukan jadwalnya Abi PMS kok!"

Gemas sudah Romeo, dia menguyel-nguyel pipi tembam Gavi tanpa ampun. Bibir ranum berwarna ceri itu mempout kesal. Benar-benar menggemaskan.

Tak ingin wajah menggemaskan seperti itu dilihat banyak orang, Romeo langsung memeluk Gavi dengan erat seolah gaada yang boleh tau jika Gavinya semanis ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak ingin wajah menggemaskan seperti itu dilihat banyak orang, Romeo langsung memeluk Gavi dengan erat seolah gaada yang boleh tau jika Gavinya semanis ini. Walaupun mulut dan kelakuannya agak biadab.

"Dua orang narsis ini." celetuk Erick. Tapi tak ayal dia ikut membaur dalam pelukan itu dan mencubit gemas pipi Gavi.

"LEPAS BEGO! SESAK NAPAS GUE!" pekik Gavi histeris karena didekap erat banget. Romeo yang sadar duluan buru-buru melepaskan dekapannya dan tersenyum bodoh, senyum itu menyebalkan di mata Gavi. Erick pun ikut menyengir.

"Jangan teriak gitu anjir, dikira kita culik anak di bawah umur nanti!" seru Romeo kemudian. Dia menyadari orang yang berlalu lalang di jalan sempat menaruh atensi pada mereka. Ya tidak salah, mereka ada di pinggir jalan. Duduk di depan kursi warung yang lagi ga jualan alias tutup. Gavi gak tau juga kenapa dua bocah sultan yang bersamanya ini mau aja diajak ngemper tanpa tujuan dengannya, bukannya memilih diam di mobil saja dengan AC yang menyala.

Luminous YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang