1.0

3.4K 280 115
                                    

Special 6.000 word

Seiring peralihan ke musim dingin di Berlin (Jerman), udara terasa mulai memberikan petunjuknya melalui perubahan angin sepoi-sepoi sejuk menerpa wajah setiap orang yang melangkah keluar, membawa sensasi dingin yang menyegarkan. Pepohonan yang dulunya merdu berdaun, kini mulai melepaskan daun-daunnya yang kering, menciptakan panorama alam yang bertukar warna. Hal itulah yang dipandangi mata bulat Gavi dengan antusias. Senyum tak henti-henti terbit dari sudut bibirnya. Gavi berlari sambil berputar-putar senang sampai Erick menegurnya, anak itupun akhirnya berjalan normal dan memberikan cengiran kudanya. Netra itu menatap antusias ke sekeliling jalan.

Langit di sore hari terlihat cerah, kentara dengan warna oranye lembut yang memberikan suasana tenang sebelum malam tiba. Di pusat kota, lampu-lampu jalan yang bersinar mulai menciptakan cahaya temaram yang menari-nari di atas jalan. Orang-orang mulai mengganti pakaian mereka dengan mantel hangat dan syal, siap menyambut kesejukan musim dingin yang semakin dekat. Begitupun dengan Gavi yang saat ini sudah kembali dirangkul mesra oleh kedua sahabatnya yang tersenyum gemas melihat betapa lebarnya senyum Gavi. Tapi hal tersebut tak bertahan lama, Gavi melepaskan rangkulan kedua sahabatnya tersebut dan berjalan lebih cepat sembari merentangkan kedua tangannya.

 Tapi hal tersebut tak bertahan lama, Gavi melepaskan rangkulan kedua sahabatnya tersebut dan berjalan lebih cepat sembari merentangkan kedua tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"AAAAAA JERMAN, AKHIRNYA..." seru anak itu terpekik riang. Setelah duduk kurang lebih 16 jam di jet pribadi Erick, akhirnya dia menginjakkan kaki di negara ini. Pinggangnya udah kelampau sakit karena kebanyakan bermalas-malasan. Apalagi karena insiden semut rang-rang yang membuatnya terpaksa mematuhi Erick dan Romeo yang berjam-jam mengomel menyuruhnya ga bertingkah lagi selama di perjalanan. Dia disuruh rebahan melulu. Gavi sih aslinya gak masalah soalnya dia memang suka tidur. Yang penting ada susu hangat dan kasur empuk, udah. Kesadarannya hilang.

Warna matahari yang hangat dan gemerlap membuat kota terlihat lebih hidup. Di taman-taman kota, pepohonan menunjukkan perubahan warna yang indah, menciptakan palet musim gugur yang memukau. Orang-orang terlihat sibuk menikmati momen terakhir cuaca hangat, bersepeda atau sekadar duduk santai di tepi taman. Toko-toko dan toko kue mulai menampilkan dekorasi musim dingin, dengan jendela-jendela yang dihiasi hiasan-hiasan sederhana namun memikat.

Ketiga orang pemuda tersebut berjalan-jalan menyusuri kota. Menikmati cahaya sang surya selagi belum terbenam, menikmati suasana di kota tersebut sampai akhirnya hari mulai menggelap karena sudah cukup lama mereka berkelana

"Gue minta jemputan ya? Udah gelap, nanti bakalan dingin." ujar Romeo.

Gavi menggeleng tegas. "Bentar woy! Lagian enggak ada dingin-dinginnya ini." sahut anak itu masih memandangi pemandangan sekitar. Romeo menghela napas pasrah, enggan juga menghilangkan binar berkilau di mata Gavi. Terlebih jika harus beradu keras kepala dengan anak itu.

"Nanti kita jalan-jalan kemana aja?" tanya Gavi dengan nada antusias.

"Ke rumah sakit." balas Romeo serius dan tentunya membuat Gavi mencebikkan bibir. Namun karena suasana hati Gavi sedang baik, ia kembali tersenyum, terlebih saat mengingat-ingat 10 wishlist yang sempat ia tulis dan ingin sekali dia wujudkan.

Luminous YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang