Chaerin tidak pernah terpikir akan terjebak dengan pekerjaan yang berhasil membawanya masuk kedalam jurang kebohongan yang dibuat Lee Tae. Lingkaran hitam sudah terlalu dalam menariknya masuk, sehingga dia tidak bisa keluar dari tempat itu.
Lee Tae...
Luasnya ruang pada pemandangan didepannya membawa satu ingatan merayap dengan kenangan masa lalu, senyum getir dengan rasa sesak dihati menjalar tanpa permisi seolah mengoyak kerinduan yang sudah lama ia tahan hingga terurai melalui tetesan air mata. Duduknya pada pinggir telaga danau yang tidak jauh dari rumahnya membawa kesendirian dari pukul 3 sore tadi sampai 5 sore ini.
Entah pikiran apa yang sedang mengganggu dirinya, perempuan bernama Ryu Chaerin ini yang senang dipanggiL Chaeri, melakukan me time dengan menikmati sunyi telaga danau pada musim semi seorang diri. Cuaca yang tidak panas dan tidak juga dingin sangat disukai Chaerin, angin yang bertiup kearahnya membawa tetes yang keluar tanpa sadar ia hapus.
Terlalu berlebihan dalam menyikapi situasi juga tidaklah baik, dia tidak mau mengambil resiko pada diri yang dijaga dengan sangat sehat ini. Sangat sayang dan rugi jika dia mendapati stress dimasa muda karena memikirkan kisah masalalunya.
"Hahhhh.."
Hembusan napas panjangnya membawa tubuh berbaring menatap langit yang dihiasi awan yang bertumpuk, lengan kirinya menjadi bantalan akan kepalanya yang berbaring, satu tangan menaik keatas, membuat bentuk pada awan yang terlihat seperti ikan hiu.
"Ryu Chaerin!."
"Chaerin!."
Tuk!!
"Aw!." Pukulan telak yang dilayangkan Ellie pada jidatnya membawa bangun dari posisi tidurannya.
Sambil mengusap kening yang terasa kebas, Chaerin menatap dengan memasang wajah kesal pada sahabat yang berambut pendek kecoklatan itu. Sangat tidak bisa disangka dan diduga memang, kelakuan sahabatnya yang berumur 24 tahun, dimana lebih tua 2 tahun darinya itu saat ini mengenakan baju crop berkarakter hellokitty dengan legging hitam Panjang.
"Ada apa sih, Ell?." Tanya Chaerin tidak terima mendapati perlakuan seperti itu, dimana jidatnya terkena timpuk pada botol kemasan mineral ukuran 330ml dengan berlabelkan hellokitty.
"Sepertinya kamu agak tuli ya, Chaer. Sahabat karib mu ini sudah memanggil dari ujung telaga sampai dua meter dekat sini, tetep saja kamu pura-pura nggak dengar!."
"Bukannya pura-pura, Ell. Memang tidak denger." Jujur Chaerin saat sahabatnya itu mengambil duduk tepat disamping dirinya. "Bohong." Samber Ellie sambil mengeluarkan ponsel pada tas kecil yang dibawanya.
"Nihlihat. Oma tadi kirim undangan yang harus dihadiri oleh mu." Katanyasambil menyodorkan ponsel yang menyala, dimana terdapat sebuah foto satu amplopbewarna hitam polos dengan lambang ditengahnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sumber foto: pints
"Terlihat cukup suram." Decak Chaerin sambil membaringkan tubuh kembali pada posisi sebelum Ellie datang, satu pukulan kecil pada pahanya membuat ia yang mengenakan celana bahan bewarna abu-abu muda meringis.
"Akan semakin suram kalau kamu nggak datang ya, cantik. Bisa-bisa nanti Ibu Negara marah." Sebuah peringatan kecil dengan senyum manis layaknya gulali, membawa decakan malas dari Chaerin.
"Kemarin habis ada job kan, kenapa harus lagi? Bukannya kamu free, Ell." Lirikan matanya menatap tepat pada perempuan yang duduk dengan bahu tidak bersemangat itu, terlihat jelas oleh Chaerin, bahwa bukan hanya diri dia saja yang mendapati undangan dari Oma.
"Kata siapa Free? Diatas kiriman amplop yang Oma kirim, ada undangan pernikana yang harus Aku datangi juga." Memutar bola matanya Ellie berkata dengan sedikit nada tidak terima, semuanya jika sudah mendapat satu pekerjaan dari sang Oma, pasti akan melibatkan lebih dari satu orang dalam tugas yang diambil.
"Ya, tapi kan seminggu ini dirimu baru bekerja dua kali." Jelas Chaerin saat mengetahui jadwal pertemuan Ellie yang dilakukannya dalam satu minggu terakhir.
Ikut membaringkan tubuhnya, Ellie memiringkan badan menghadap Chaerin dengan tangan sebagai tumpuan kepalanya. "Iyadeh yang paling banyak dapet kerjaan, jangan lupa bagi-bagi bonus, ya?." Kekeh Ellie setelah ucapannya selesai.
"Sudah pasti kalau hal itu bukan? Siapa lagi yang menghabiskan uangku kalau bukan kamu, Ell?." Ellie tersenyum sumringah, "Nggak ada lagi, Cuma aku." Jawabnya sambil mengubah posisinya menjadi berbaring.
Menatap kosong pada langit yang berada jauh diatasnya, Chaerin menghirup dalam-dalam pada udara disore hari ini. Suara dedaun yang terkena angin bergesakan satu dengan lainnya, mengisi kesunyian beberapa saat sampai pada hembusan napas kecil membawa tanya pada Ellie.
"Jam berapa?." Otoritas waktu yang ditanyakan mengarah pada pembahasan dimana undangan yang dikirimkan Oma untuk dirinya. "Sepuluh malam, bisa kamu perlambat jika memang tidak berniat untuk datang." Jawab malas Ellie dengan mata yang terpejam. "itu saran yang harus dilakuin atau tidak?." Tanya Chaerin yang membuat Ellie membuka mata dan melirik cukup serius pada sahabatnya itu.
"Seterah Chaer, tapi aku hanya mau infokan saja kalau hari ini kamu akan bertemu dengan Tuan Lee." Mendengar penuturan itu membuat Chaerin bangun dari duduknya, dia menatap Ellie sebal. "Ell, aku sudah beritahu kedirimu ataupun Oma, kalau nggak ada lagi pertemuan kedua atau ketiga untuk si Kakek-kakek mesum itu!."
"Ya, mana Aku tau! Oma yang memberikan informasinya. Coba berpikir positif saja, siapa tahu yang ditemuin itu bukan Kakek mesum Lee yang sama."
"Bukannya gitu, memang ada orang bawaan Oma yang kita nggak kenal?."
Bangun dari posisi tidurannya, Ellie menunjukan informasi tambahan dari Oma pada pesan teks yang ditunjukan pada Chaerin dengan isi; 'Pembayaran sudah ditransfer sebelum pertemuan, jadi tidak ada yang tidak bisa menolak untuk tidak datang. Kalau ada dari kalian yang sengaja tidak hadir, saya akan beri sanksi++ sebesar bayaran yang mereka kirimkan.'
"Memang dasar Oma-oma mata duitan." rutuknya sambil bangun berdiri, dia menatap Ellie yang masih duduk ditempatnya. "Ayok pulang, kita siap-siap!."
"Syukurlah! Aku pikir kamu bakal nggak mau dateng, Chaer!." Pekik girang Ellie sambil merangkul sahabatnya itu, menyalurkan rasa senangnya.
"Hmm." Jawabnya dengan deheman, membawa langkah pergi dari telaga danau ini menuju rumah yang terlihat tidak jauh dari pandangan mereka.
Sebenarnya kalau boleh jujur, dirinya sangat malas sekali untuk bertemu dengan Tuan Lee, karena orang itu suka berbicara yang sangat fulgar dan membuatnya tidak nyaman, sangat sering ia menggerutu dalam hati merutuki sifat jelek lelaki tua bangka itu. Tapi, mau bagaimana lagi kalau permintaan sudah dibayar sebelum pertemuan, tidak ada yang bisa ia tolak selain melakukan pertunjukan drama dalam hidupnya dengan melakukan kepura-puraan pada peran yang diinginkan lawan mainnya.
Melirikpada arloji yang dikenakan, Chaerin masuk kedalam rumahnya dengan sangat malas.Mungkin ia akan melakukan sebuah aksi keterlambatan dengan alasan tidakmemiliki kendaraan dirumah atau alasan dimana sangat sulit mencari taxi dimalamhari. Ya, sepertinya itu cara terbaik dia untuk mempercepat waktu agarmeminimalisir pertemuan mereka.