Suara keyboard tiada hentinya membawa satu ekspresi yang serius dari Chaerin, dirinya tidak membiarkan celah sedikit pun untuk orang lain mengganggu sekadar bertanya. Halaman pada wordnya sudah mencapai angka 10, tulisan yang terdapat dilembar polos tersebut adalah sebuah pernyataan dari ketidak hadiran dalam cuti yang diambil. Dimana, hal tersebut tiba-tiba saja diminta oleh Owner yang tidak seperti biasanya datang ke perusahaan lalu berpapasan dengannya sambil berkata.
"Tuliskan surat pernyataan mu, saya tunggu sampai jam makan siang." Itulah yang diucapkan Pak Henry, pemilik perusahaan LIBI GROUP.
Memang, sangat tidak diherankan jika dirinya dimintai surat pernyataan tersebut. Karena dia juga sadar bahwa cuti yang disambili dengan bolos, karena berpikir ingin resign dari tempat kerjanya mengajak kemalasan dalam diri untuk tidak masuk dalam bekerja. Terlebih lagi pekerjaan tambahan yang diberikan oleh Oma untuknya menjadi kemalasan lainnya muncul, saat uang yang dimiliki sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Banyak sekali panggilan telepon masuk saat dia mengambil masa rehatnya, dari rekan kerja sampai Direkturnya menghubungi dan menanyakan mau sampai kapan masa cuti yang hampir 2 bulan itu dia lakukan, dan jawaban seperti 'loh, bukannya aku sudah resign?' yang selalu disampaikan dengan tanpa sadar membawa penolakan dari respon mereka dimana kata 'kita akan tunggu' dan 'segeralah masuk' terucap dari kata diujung telepon.
Walau tidak sedikit Chaerin memiliki musuh ditempat kerjanya, tapi mereka menjadi musuh yang bersaing secara sehat dalam bekerja, cacian dan makian sampai sumpah serapah juga suka mereka saling lontarkan, tapi kalau sudah keluar dari jam pada kerjanya semua yang terjadi seolah lenyap dengan candaan serta permintaan maaf. Mungkin, itulah salah satu dari sedikit rasa keinginan dia untuk tetap bertahan, karena tidak banyak perusahaan yang memilik sifat seperti rekan-rekannya. LIBI Group memang yang terbaik.
"Perusahaan sialan!!."
Chaerin terlonjak kaget saat satu buah map terjatuh dimejanya, bahkan hal yang sedang ia pikirkan buyar semua saat melihat Ellie memasang wajah kesal memerah seperti tomat. Memutar kursinya menghadap perempuan yang berdiri sambil bersandar pada meja kerjanya, Chaerin bersuara. "Kamu kenapa, Ell? Masih dipagi buta sudah bersumpah serapah aja."
"Si bangsat Soobin ngapain disuruh masuk ke tim pemasaran sih? Ya Tuhan, Chaer, lihat mukanya saja sudah muak aku!."
"Heh! Kamu itu kalau ngomong." Bangun Chaerin sambil membekap mulut temannya yang sudah berkata terlalu fulgar. Astaga, lihat betapa malunya dia saat karyawan lain menatapnya sambil menggeleng dan bahkan tertawa kecil karena ucapan Ellie tanpa rasa bersalah.
"Iya, sudah. Tinggal kerjain aja dia, suruh bikinin kopi atau beli makan siang kan jadi, jangan teriak-teriak gitu." Pelotot Chaerin sambil memperingati agar tidak berteriak saat berbicara.
"Bukannya gitu, memangnya kamu baik-baik aja Chaer? Pasti nggak terima kan, lagi, siapa juga yang beritahu info lowongan kerja ke dia sih?! Ya Tuhan, pasti si Pak tua yang suruh dia masuk kan? Coba Chaer tanya, nggak mungkin si brengsek itu bisa masuk ke LIBI kalau tidak ada surat rekomendasi dari orang dalam."
Menarik Ellie pergi dari ruang tempatnya bekerja, Chaerin menghela napas kasar sambil melirik pada jendela yang memperlihatkan ruangan yang mereka tinggali.
"Ell.. Sialan memang!." Lepas Chaerin sambil bertolak pinggang, akhirnya dia bisa mengumpat dengan baik dan benar didepan orang yang sering mengumpat kata-kata kasar.
"Apa kamu tahu seberapa jengkelnya tadi waktu Pak tua suruh kita salaman untuk berkenalan?! Ya Tuhan, kalau bukan karena paksaan dari si Pak tua aku nggak akan mau buat nyentuh dia!."
Ellie berdecak sebal, dia menyenggol lengan Clarissa sambil melotot tidak percaya, "Chaer tunggu, lihat siapa yang lagi jalan kesini!." Pekik Ellie saat melihat orang yang familiar bagi dia maupun sahabatnya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Let It Be (REVISI)
RomanceChaerin tidak pernah terpikir akan terjebak dengan pekerjaan yang berhasil membawanya masuk kedalam jurang kebohongan yang dibuat Lee Tae. Lingkaran hitam sudah terlalu dalam menariknya masuk, sehingga dia tidak bisa keluar dari tempat itu. Lee Tae...