Bagian 1. Tuan Lee

1.5K 162 11
                                    

Suara langkah yang terdengar disepanjang trotoar jalan menuju Hotel bintang 5 didepannya terdengar cukup agresif, seperti hitungan detik yang berganti menjadi menit dengan rencana yang sudah disusun baik saat tadi sore ternyata berjalan sangat mulus, bahkan saat ini jam menunjukan pukul 10.45 malam dimana ia sudah sangat terlambat dari janji temu yang dijadwalkan oleh Omanya.

Setelan dress hitam V-neck seatas lutut dengan heels 5 centi yang dikenakannya membawa helaan napas panjang saat kaki berhenti tepat didepan pintu utama hotel bernama Serenity. Dua orang penjaga lelaki dengan setelan hitam rapih yang sedang berdiri disisi pintu sebagai petugas dari tempat tersebut menyapa dengan tersenyum ramah, dia masuk dan menunggu dilobi dimana banyak sekali orang yang berlalu lalang disekelilingnya.

Herannya, dia tidak habis pikir mengapa Kakek-kakek tua bangka itu memiliki uang yang tiada habisnya diumur yang bisa dikatakan harus beristirahat dan menyiapi diri untuk bertemu sang pencipta. Astaga. Sungguh dia sangat kasar sekali kalau sudah merutuk dalam hati, gelengnya sambil berdehem kecil melangkah menuju satu lukisan yang dipajang pada lobi utama hotel ini.

"Kau datang sendiri?." Pertanyaan itu yang muncul tepat disampingnya membuat ia merinding, suara dengan serak-serak menggoda berhasil memicu debar pada detak jantungnya. "Betul." Jawab singkatnya sambil mengalihkan pandangan.

"Ayok." Ajak pria yang berdiri disampingnya itu sambil tersenyum kecil, "Ya? Apanya yang ayok?." Tanya Chaerin tidak paham maksud dari ajakan yang dilakukannya.

Menelisik pada paras yang tampan dengan rambut koma hair, setelan jas abu muda dengan kemeja putih didalamnya, dua kancing pada setelan kemeja yang mungkin sengaja ia tidak tutup sepenuhnya itu, membuat Chaerin Kembali memalingkan wajah dari tatapan secara terang-terangan yang dilakukannya.

Bukankah pria ini tidak sopan? Mengajaknya begitu saja pergi didalam hotel bintang 5 ini. Kemana memang dia mau mengajaknya pergi sampai memasang senyum kecil yang menggoda seperti itu tadi? Cih, dia pikir paras dan senyuman yang dilakukan oleh pria tersebut dapat menggoyahkan hatinya? Tentu saja dia pasti akan... berdehem kecil sambil menyelipkan rambut pada sisi kiri daun telinganya seraya berkata.

"Kemana memang kamu mau mengajakku pergi?."

"Kemana lagi menurut mu, selain saya bawa masuk tamu yang datang terlambat sampai lewat dari empat puluh lima menit?."

Mengerjap beberapa kali, Chaerin dengan pikiran yang sangat sadarnya memekik, oh shit! Kenapa dia melewatkan kesempatan yang bagai bunga bermekaran ini!.

"Jadi anda, Tuan Lee?." Tanya Chaerin dengan wajah merasa bersalahnya, bukan karena apa, sungguh jika yang ditemui seperti ini bentukannya dia sudah datang 30 menit sebelum janji temu. "Ah! Kenapa Oma tidak beritahu bentuk spesifik orangnya dulu!." Ucap pelannya sambil memalingkan wajah.

"Apa? Saya kurang dengar?." Tanya pria tersebut yang langsung mendapat gelengan kaget Chaerin, "Bukan apa-apa kok, jadi kamu benar Tuan Lee?." Lagi, dia menanyakan untuk memastikan.

"Ya, saya Lee Tae. Senang bertemu dengan mu, Ryu Chaerin." Katanya sambil tersenyum kecil, satu tangan yang mengajak salam membawa tangan lain menerima jabatan tersebut, anggukan dari Chaerin sambil tersenyum juga membawa giringan langkah menuju tempat dimana kehadiran mereka sudah ditunggu oleh orang-orang dalam satu tempat.

Tidak ada yang bisa didiskusikan pada perjalanan mereka menuju satu ruangan dengan penjagaan ketat didepan pintu pada kedua sisinya itu, karena selama perjalanan menuju ruang ini terdapat satu sekretaris yang mengikuti dibelakang. Jika Chaerin bisa tebak, lelaki dengan rambut hitam gondrong sebahu yang sengaja dikuncir rapi dengan tattoo bertuliskan 'fear of god' dibelakang telinga kanannya itu seorang asistennya Lee Tae.

Let It Be (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang