"Jangan bercanda." Alih Chaerin sambil masuk pada pintu lift yang terbuka, dimana pijakan pada jalannya diikuti oleh Lee Tae yang tiba-tiba berdiri disampingnya tadi.
Apa-apaan ini, apa mungkin karena Lee Joony mengakusisi perusahaan LIBI lalu dia bisa datang dengan sangat tiba-tiba tanpa pemberitahuan? Walau bukan masalah sebenarnya siapa saja bisa datang jika ada kepentingan, tapi bukankah dia baru akan pulang besok malam? benar, mengapa jadwal kepulangannya seolah berubah jadi maju, baru Chaerin ingin menginap dihotel atau pulang kerumah Oma untuk malam ini.
"Mau ngapain kesini?." Tanya Chaerin sambil menatap Lee Tae yang berpakaian santai, dia mengenakan kaos hitam polos dan celana training abu muda yang mana stylenya terlihat seperti anak rumahan, bahkan sandal yang bermerek Guci itu membuat setengah dari tabungannya menjerit, belum lagi dengan jam tangan Cahtier yang ia gunakan.
Ternyata dalam kepura-puraannya ini, dia benar-benar menikahi lelaki kaya raya yang benar-benar kaya. Lucu sekali mengingat dirinya selalu terkejut, dengan barang-barang mahal yang Lee Tae kenakan atau miliki. Maklum, dia belum beradaptasi dengan baik untuk menyeimbangi dalam hal menjadi orang kaya baru.
"Tempat ini tidak ada larangan untuk tidak memperbolehkan seorang Lee Tae datang, jadi kenapa bertanya?."
"Bukannya gitu.."
"Apa kamu pikir, saya kesini itu buat nemuin kamu?."
Mendelik sebal, Chaerin memasang wajah malas. "Enggak pernah ada pikiran kaya gitu, ya."
Mengedik bahu acuh, Lee Tae menjawab. "Nah, berarti kalau sudah tahu, kenapa bertanya?."
"Basa-basi sama orang yang dikenal, masa iya aku hanya diam saja."
"Nggak usah lakuin hal kaya gitu, kalau kamu nggak mau."
"Terserah deh." heran Chaerin saat setiap kata yang keluar dari mulut Lee Tae itu, terdengar sangat menyebalkan sekali.
Ting!
Masuknya orang pada lift yang mereka berdua tempati, membawa diam pada dua mulut yang saling berceloteh tadi. Wajah kesalnya bahkan terkespresi dengan jelas, akibat omongan Lee Tae dan Soobin yang baru masuk kedalam lift. Jika dilihat, lelaki itu sepertinya akan datang keruang kerja bagiannya. Mengapa dia harus disatukan dengan dua lelaki ini ya, tidak bisakah ketenangan datang untuknya dihari ini.
"Dimana cincinnya?." Tanya Lee Tae yang tiba-tiba, membuat Chaerin melirik pada Soobin dan kembali menatap lelaki itu dengan malas. "Nggak tahu, ada dikamar mandi atau kamar tidur mungkin."
Apa tadi katanya, cincin? Bolehkah dia tertawa terbahak, bahkan ingat lelaki itu memberikannya saja tidak. Terus saat ini dia mengada-ngada pertanyaan dimana cincinnya? Apakah terlalu banyak beban pikiran sehingga membawa halusinasi akan realita dari angan-angan Lee Tae, bahwa lelaki itu pernah memberinya cincin. Lucu sekali. Dia tidak pernah menerima benda seperti itu, selama dinobatkan sebagai isteri pura-pura. Masih untung, dirinya pintar mengada-ngada jawaban.
"Bukannya memang sengaja tidak dipakai, biar kamu dikira masih lajang, kan? Sambil menyembunyikan fakta kalau saya itu suami kamu."
'Maksudnya?.' Itu jelas sekali pertanyaan yang muncul dalam pikiran Chaerin, bahkan tampang dari wajahnya bertanya, seolah tak paham maksud dari ucapan Lee Tae.
Ya Tuhan, tadi dia bilang bukannya nggak usah basa-basi? Terus tiba-tiba ributin soal cincin, yang benar saja, sikap yang datangnya entah dari mana itu membuat dirinya tidak mengerti.
"Sepulang kerja nanti aku cari, maaf ya suamiku." Huekk! Tidak, tolong saat ini dirinya sedang menyesali panggilan yang baru saja dia ucapkan.
Mengusap lembut kepala Chaerin dengan senyuman, entah mengapa sandiwara yang dilakukan Lee Tae saat ini membawa kekehan kecil dari Chaerin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Let It Be (REVISI)
RomanceChaerin tidak pernah terpikir akan terjebak dengan pekerjaan yang berhasil membawanya masuk kedalam jurang kebohongan yang dibuat Lee Tae. Lingkaran hitam sudah terlalu dalam menariknya masuk, sehingga dia tidak bisa keluar dari tempat itu. Lee Tae...