New Member of Uchiha

1.8K 174 19
                                    



Happy Reading!!

Inilah saat-saat yang paling ditunggu Sakura setelah sekian lama mengalami penyiksaan lahir batin di penjara yang bernama 'Universitas'. Berlebihan memang, tapi itulah yang ia rasakan sekarang.

Ia sudah mempersiapkan segala hal untuk hari spesial ini. Memang acara wisudanya sama dengan acara perpisahan waktu sekolah menengah dulu. Akan tetapi, entahlah rasanya berbeda sekali. Lebih bersemangat, lebih antusias, dan lebih-lebih yang lain.

Ia sudah menyusun rencana untuk kedepannya jauh-jauh hari. Ia sudah membidik beberapa lowongan kerja yang sesuai dengannya. Orang tuanya pun mendukung apa yang ingin Sakura lakukan.

Tapi, berbeda dengan kekasihnya yang bersikeras melarang ia bekerja. Entah apa alasannya, ia tak mengerti. Tiap kali ia bertanya alasannya, dia selalu menjawab takut kecapean lah, takut dilirik bosnya lah, tapi yang paling konyol itu karena takut dirinya memakai rok span.

Bahkan pria dingin itu mengancam akan mogok bicara padanya. Haaahhh.... Sendirinya orang yang jarang bicara berniat tidak bicara.

"Melamun saja dari tadi. Acaranya sudah selesai tahu!" Tenten merangkul pundak Sakura karena dirasa temannya itu berdiam diri terlalu lama.

Mata Sakura terbelalak, "benarkah?" Ia menengok kesekeliling nya melihat semua orang mulai berpencar. Ada yang menemui orang tuanya, ada pula yang bercanda sambil berfoto.

"Kau ini terlalu fokus dengan dunia khayalan sampai lupa dunia nyata," ucap Tenten malas.

Sakura berdiri dan merapikan seragam wisudanya. "Kalau begitu kita pergi!" Kata Sakura dengan semangat. Sementara Tenten hanya terkekeh.


"Kaasan!" Sakura dengan segera menubruk tubuh ibunya yang hampir saja kehilangan keseimbangan karena terkejut. Ia mengabaikan dengusan keras ayahnya yang masih merentangkan tangannya untuk memeluknya.

"Oh malangnya nasibku, anakku tidak sayang padaku lagi," sindir ayahnya. Wajahnya cemberut yang dibuat-buat membuat Sakura dan ibunya terkekeh geli.

"Ululu... Tousanku ngambek. Saku juga sayang Tousan kok." Ia memeluk pria paruh baya yang menjadi kesayangannya itu dengan pelukan erat sambil menghirup  parfum khas yang menguasai indra penciumannya saat menenggelamkan kepalanya di dada yang selama ini menjadi berlabuhnya saat sedih.

Ia menikmati elusan lembut di kepalanya dari dua orang terkasihnya. Melepaskan pelukannya dan menatap mata teduh ayahnya membuatnya hampir meneteskan air matanya.

"Hei, ini hari bahagiamu. Seharusnya kau tersenyum kan." Ayahnya kembali mengelus kepalanya dan ia mulai tertawa kecil.

"Selamat untuk kelulusan mu Sakura sayang!" Sakura menoleh mencari asal suara yang tidak asing di telinganya.

"Sasori!" Ia otomatis menubruk tubuh tegap sepupunya mengabaikan buket bunga yang diulurkan padanya. Sasori hanya tersenyum dan membalas pelukan itu. Jujur ia sangat merindukan sepupu merah mudanya yang sangat ia sayangi. Mungkin efek selalu bersama sejak kecil membuat hubungan mereka sangat dekat.

"Lihatlah, Sakura ku sudah jadi seorang sarjana sekarang." Sakura makin mempererat pelukannya tanpa memikirkan pendapat teman satu angkatannya gara-gara ia sudah memberi tontonan gratis pada mereka.

Sasori menghembuskan nafasnya, "Sakura ku yang cengeng dan manja mungkin sudah hilang," ia terdiam sebentar "kecuali sifat manjanya yang makin menjadi." Ia mendengus geli dan setelahnya merintih kesakitan karena cubitan keras di pinggangnya.

Sakura melepaskan pelukannya menahan senyum melihat sepupunya yang kini cengengesan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan melirik kanan kirinya yang dipenuhi para gadis yang terkikik dan merona memandang kearahnya dan dibalas kedipan mata olehnya mengakibatkan jeritan tertahan dari mereka.

My Lovely TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang