Tak terasa sudah hari Jumat saja. Kayaknya kemarin baru hari Senin. Huft.
Pagi-pagi seperti biasa, kebiasaan setiap pagi, aku menidurkan kepala ku di meja sampai tertidur lelap. Menunggu 40 menit sampai bel berbunyi itu membosankan guys. Makanya tiap pagi aku selalu tidur. Bahkan teman-teman ku sudah biasa melihatnya.
Setiap Jumat disekolah ku ada Pembiasaan. Jumat ini, kami Senam bersama. Kelas 9 berada di tengah-tengah, antara kelas 7 dan 8. Dari tempat ku berdiri, kurang jelas melihat Ednan atau Babas. Mereka berada di sebelah kanan belakang ku. Yaaah.
Aku mengikuti senam dari awal sampai akhir. Tapi aku tidak pernah mengikuti dengan serius. Kadang malah aku diam ditempat tak mengikuti gerakannya. Emang Alen tu orangnya gitu.
Akhirnya senam pun selesai dan dilanjutkan doa mau belajar. Semua anak merapat dan menghadap kearah tangga kantin. Aku bisa melihat jelas Ednan dan Babas yang berada di sebelah kiri ku. Ya walau sebentar, setidaknya jadi semangat buat belajar selanjutnya hehehe.
Sebelum belajar, kami diberi waktu istirahat 10 menit. Aku memanfaatkan waktu itu untuk minum dan meluruskan kaki ku. Akhirnya pelajaran dimulai.
Setelah melewati pelajaran yang membosankan sepert IPS dan Bahasa Sunda, akhirnya waktu pulang sekolah yang ku tunggu datang juga. Setelah berdoa dan salim ke guru, aku segera turun ke bawah bersama Catlyn. Lalu kami duduk di bangku panjang depan gerbang sekolah sambil menunggu jemputan.
Aku mengobrol dengan teman-teman yang biasa mengobrol denganku. Ya biasa, cewek kalau udah ngumpul apa aja bisa diomongin haha. Begitu banyak yang kami ber-8 obrolkan. Apalagi ditambah cerewetnya Catlyn dan Jesi yang memecah suasana.
Sementara kami mengobrol dengan canda tawa di bangku itu. Disebrang kami terlihat jelas Ednan dan Babas juga teman-teman nya yang lain sedang berdiri di depan gerbang. Mereka mengobrol tapi bisa didengar olehku.
"Bas, jadi ga? Ayo sih. Mumpung emak gue ga ada." kata Ednan."Iya jadi. Ayo deh, gue ga boleh pulang sore-sore." jawab Babas.
"Jadinya ke rumah lu Tino?" tanya temannya Ednan.
"Iya. Berarti lu semua ya yang main. Oke deh ayo." jawab Tino.
Lalu mereka ber-5 menghilang dari tempat itu dan sepertinya akan main dirumah Tino. Tino itu anak kelas 8 yang rumahnya dekat dengan rumah ku. Hanya beda beberapa blok. Berarti Ednan dan Babas akan bermain di lingkungan ku dong! Wahhh siapa tau nanti bisa melihat mereka hehe.
Tak lama kemudian, akhirnya aku pun berpamitan sambil tos-tos an dengan teman-teman ku. Diperjalanan pulang aku berpikir, "Mainnya deket rumah gua dong. Biar gampang ngelihatnya haha."
Saat sampai dirumah. Aku terhenti karna melihat segerombol anak laki-laki yang tadi kulihat di gerbang, sedang memarkirkan sepeda mereka didepan rumah Tino. Tak kusangka Ednan dan Babas melihat ke arah ku dan melambaikan tangan. Aku pun melambaikan tangan ku dengan canggung. Aku pun langsung masuk ke rumah karena malu.
Sekarang siang sudah berganti sore. Langit sudah menampakan senja oranye nya yang indah. Aku sedang memotret langit dari jendela kamar ku. Lalu aku melihat Ednan dan Babas yang bersepeda melewati rumah ku. Sepertinya mereka akan pulang. Senangnya sore ini melihat senja yang indah, juga DeGem yang...... gitulah. Hehehhe. Hati-hati ya dijalan!
Tak terasa ya sudah hari Minggu. Aku pun berangkat ke Gereja seperti biasanya. Saat ingin masuk, tak sengaja aku menabrak anak laki-laki yang sedang berjalan dan membawa banyak barang. Aku segera membantunya membereskan dan meminta maaf,
"Aduuh, maaf ya, ga sengaja. Sini-sini dibantu." kata ku."Iya gapapa kok. Lo yang anak baru kan? Kenalin gue Adam." katanya sambil menjulurkan tangannya.
"Oooh iya, gua Alenna. Salam kenal." jawab ku sambil menjabat tangannya juga. Aku tau namanya Adam, dia salah satu anak hitz di gereja. Dia anak kelas 8 yang biasa melayani jadi WL di ibadah remaja. Dan sepertinya, dia orang pertama yang mengajakku kenalan di gereja ini.
"Oh iya Alenna, lo jangan suka menyendiri gitu ya. Gabung aja sama yang lain. Kami ga gigit kok. Sebenernya banyak yang pengen temenan dan ngobrol sama lo, cuma kelihatannya lo orangnya ga suka diganggu ya? Pendiem banget hehe." kata nya canggung.
"Ehh, iya. Maaf ya. Sebenernya gua ga pendiem, cuma pemalu aja sama orang yang baru dikenal. Tolong bantuannya ya hehe." kata ku.
Sementara aku dan Adam sedang mengobrol, aku melihat Ednan yang masuk dari pintu. Dia melihat ke arah ku dengan tatapan yang datar. Mungkin dia masih ngantuk. Aku tak berani menyapa nya. Baiklah tak apa.
Lalu, Adam mengajak ku kenalan dengan teman-teman yang lain. Mereka menyambutku dengan ramah. Akhirnya berkenalan dengan mereka. Terimakasih Adam!
Setelah pulang gereja, aku mengobrol dengan Adam dan teman-teman yang lain. Aku melihat Ednan yang berdiri sendiri di dekat pohon. Dia melihat ke arah ku terus. Duh, jangan gitu donk Nan! Nanti aku Baper gimana hehehe. Entah hanya perasaan ku yang ke-geer-an atau memang benar, Ednan menatap ku dengan tatapan kesal. Mungkin dia cemburu melihatku mengobrol dengan Adam dan teman laki-laki yang lain. Ah mungkin aku nya aja yang ke-geer-an hehe.
Tapi sampai dirumah pun aku masih terpikirkan hal itu. Apa Ednan cemburu? Kalau dia cemburu berarti dia(?)...............
KAMU SEDANG MEMBACA
Them
Short StoryAlenna. Si gadis berwajah imut nan gemas yang selalu memasang muka jutek. Selalu tidak peduli dengan hal-hal disekitar nya. Di masa-masa akhir Putih Biru nya, ia bisa mengenal beberapa laki-laki yang berhasil menerobos sifat cuek dan hati kerasnya i...