Sudah sekitar 1 bulan lebih Alenna duduk sebangku dengan Kayla. Alen senang bisa mengenalnya lebih dekat. Kayla menganggap Alenna sebagai teman dekatnya, padahal mereka baru saja kenal.
Tapi Alen juga senang dianggap sebagai teman dekatnya. Kayla sering bercerita hal pribadinya alias curhat pada Alen. Alen pun mendengarkannya dengan senang hati. Dia percaya pada Alen. Alen tak ingin membuat nya kecewa. Alenna pun sering curhat pada Kayla. Tapi hanya tentang hal-hal yang wajar saja seperti nilai dan pelajaran. Kayla sering sekali curhat pada Alen, biasanya tentang cowok yang disukainya, nilainya, juga tentang teman-temannya.
Suatu saat, mereka mengobrol"Len, cerita-cerita lagi donk tentang diri lu. Gue kan penasaran."
"Ceritain tentang apa? Kisah gua ga semenarik kisah lo, Kay"
"Pasti menarik ah. Masa hidup lo flat-flat aja. Pasti ada alasan yang membuat lo pindah sekolah kan? Kenapa tuh? Atau cerita yang lain deh. Lo mah banyak diem nya. Gue kan juga pengen kenal lo lebih jauh, Len."
"Iyaiya, Kay. Kalo alasan gua pindah sekolah mah cuma karena pindah rumah si Kay. Tapi sebenernya ada alasan lain sih yang ga bisa gua ceritain. Terlalu gimana ya untuk diceritain." jawab Alenna ragu-ragu.
"Aduuuh, Len!! Lo jangan bikin gue penasaran dong! Gue orangnya kan kepo parah. Ayolah ceritain.."
"Aduuh, Kay. Tapi jangan kasih tau siapa-siapa ya? Janji!"
"iya, Len. Sans aja kenapa. Janji!"
"Jadi alasan pertama karena pindah rumah dan sekolah ini yang paling dekat. Terus selain ituuu.. Gua punya masa lalu yang bener-bener buruk sepanjang gua sekolah. Sebenernya sakit kalo diinget-inget, Kay." jelas Alenna dengan mata hampir menangis. Dia sesungguhnya tidak kuat menceritakan masa lalu nya yang kelam itu. Sungguh, terlalu berat untuknya bercerita.
Memang Kayla anak yang baik dan dia sudah berjanji. Tetapi, tetap saja Alenna baru mengenalnya. Tidak bisa ia percaya begitu saja. Bagaimana kalau Kayla ember? Lalu semua orang tahu? Makin kacau sudah hidupnya.
"Aduh, Len.. Jangan nangis dong. Kalau terlalu sulit buat cerita gapapa kok gausah sekarang. Tenang ya. Jangan nangis ada gue disini. Lo bisa cerita apa aja, gue janji bakalan dengerin dan kasih saran kalo gue bisa, Len. Mending kita bahas yang lain ya? Maaf, Len" kata Kayla khawatir.
"Iya, Kay. Gapapa kok, Kay. Makasih ya udah kuatin gua. Lo temen yang baik."
"Iya. Oh iya. Disini lu udh ada doi belom???"
"Doi? Aduh belom lah haha. Gua ga ada mikirin kesitu. Ga penting banget tau ga"
"Yaelah. Bohong kan lu? Ga mungkin ga ada yang lu suka. Udahlah bilang aja sama gue, ga bakal cepu kok, lu percaya kan sama gue. Ntar gue bantuin deket malah."
"Apaansi lo Kay, ngawur aja. Beneran gua ga suka sama siapa-siapa. Ga tertarik juga"
Obrolan itu membuat Alen sedikit berpikir walau tidak penting. Awal masuk sekolah, Alen sempat memperhatikan salah satu teman cowok sekelas nya, namanya Indra. Dia tinggi dan lumayan ganteng sih. Ntah mengapa Alen sering memperhatikan dia diam-diam. Alen pikir, apakah dia suka sama Indra? Atau ini hanya hal wajar saja. Dia pun coba bilang pada Kayla.
"Tapi Kay, gua pikir ini bukan perasaan suka sih. Tapi gua sering merhatiin si Indra. Menurut gua dia lumayan cakep dari awal masuk ke kelas."
"Wah, Len, fix banget lu itu udah suka sama si Indra tanpa lu sadari."
"Ah apaansih, Kay. Lo terlalu cepat menyimpulkan. Gua ga tertarik kok. Cuma sering merhatiin. Karena kalo dia ketawa tuh lucu gitu. Tapi menurut lu Indra orangnya gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Them
Kısa HikayeAlenna. Si gadis berwajah imut nan gemas yang selalu memasang muka jutek. Selalu tidak peduli dengan hal-hal disekitar nya. Di masa-masa akhir Putih Biru nya, ia bisa mengenal beberapa laki-laki yang berhasil menerobos sifat cuek dan hati kerasnya i...