03

4K 335 79
                                    

MAVIN SANJAYA

Setelah beberapa hari menunggu,

akhirnya aku di-ACC Kak Tampan!

Aku jantungan bukan main. Dengan girang aku langsung mangkir dari kelas dan mencari spot aman buat stalking. Di bar notifikasi tertera Kak Tampan menerima request-ku setengah jam yang lalu. Dan terbukti, ketika aku cek di bar DM-nya…

Dia online!

Entah kenapa hatiku berbunga. Sebuah kombo yang nggak bisa diduga-duga! Secara gitu, Mavin Sanjaya! Nggak akan melewatkan kesempatan ini sia-sia!

Aku langsung nge-DM Kak Tampan.

Mavin_muffin
Thanks kak dah acc.


Well, itu dulu. Aku nggak mau langsung sok-sok deket. Gimana kalo dia curiga? Gimana kalo dia ngeblok aku ketika tahu aku belok juga? Secara gitu, ngapain ada homo ngedeketin dia secara dia udah ada pegangan?

Selagi menunggu, aku memeriksa personal feeds Insta-nya. Yang hanya memajang belasan foto yang sebagian besar merupakan foto lawas, alias di-upload dalam kurun waktu lama. Nggak ada foto Teo di sana. Cih! Syukurin!

Tapi ada yang berhasil menarik perhatianku. Ada satu foto. Salah satu foto lawas. Dimana dia berfoto bersama seorang wanita. Umur mereka terlihat jauh. Dalam foto itu mereka tampak akrab.

Ibu? Bisa jadi kali, ya?

TampanRupawan
Sama-sama

Aku melotot. Kak Tampan membalas DM-ku!! Likebitch! Aku nggak bisa berhenti tersenyum. Satu detik yang lalu, pertanda dia masih membuka aplikasi instanya! Mmm… kira-kira tanya apa lagi, yah?

Udah dulu, deh.

Well, aku nggak mau bikin Kak Tampan curiga. Gimana pun ini masih terlalu awal. Dia baru aja nge-Acc, tapi aku udah sok-sok kepo dan melontarkan banyak pertanyaan. Aku nggak mau terlalu kentara! Sabarr Mavinn.

Dan ponselku berbunyi lagi. Kali ini dari grup OSIS. Yang menyuruh kami supaya jangan pulang dulu dan berkumpul di ruang OSIS. Nggak ada rapat, hanya ada sedikit pemberitahuan.

“Ini dari kelas XI IPS 1. Katanya mau nampilin tari berpasangan.” Ucapku pada Fanti, Seksi Acara, yang tugasnya menyiapkan segala sesuatunya ketika hari H, salah satunya rundown.

“Berapa menit?” sial, yang itu aku lupa menanyakannya.

“Aduh, lupa nggak tanya.” Well, lagian yang kemarin itu ruing! Literally! Memangnya mereka nggak ada persiapan apa? Intinya mereka saling tunjuk, dan yang ditunjuk nggak mau, alhasil mereka saling beradu argumen. Terlebih salah satu siswi penghuni kelas itu, aku nggak tahu namanya siapa, siswi tomboy yang mulutnya mirip toa masjid!

Dan akhirnya diambil keputusan bahwa mereka akan maju dua orang. Tetap menari. Dan salah satunya adalah siswa yang paling kubenci. Teo.

Unluckily aku adik kelas. Aku nggak bisa terang-terangan kalau aku benar-benar benci padanya. Jadinya waktu itu aku sok-sok baik. Ala-ala adik kelas yang menghormati kakelnya. Bodohnya lagi aku sempat memperkenalkan namaku, sesuatu yang kusesali hingga saat ini!

“Coba besok kesana lagi. Tanya kira-kira bakal manggung berapa menit.”

“Minimal berapa menit, maksimal berapa menit?”

“Minimal tiga menit, maksimal sepuluh menit. Tapi kalo bisa sih lima menitan aja. Soalnya rundown kita buat siang udah sumpek. Takutnya malah nyampe Maghrib nanti.”

AKU DAN DIAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang