MAVIN SANJAYA
Jadwal latihan kami makin menipis, pensi sebentar lagi. But, nope! Kami berhasil menyelesaikan setengah koreo dalam waktu singkat. Like… it is just cover dance, right? Siapapun bisa melakukan itu. Apalagi kami ini para antek-anteknya dunia per-KPOP-an. Anyway, kami meng-cover co-ed group bernama KARD. Yawlaaaaa, itu aja udah mending. Tadinya kami ingin meng-cover co-ed group yang ada Hyuna-nya.
Siapa yang bakal jadi Hyuna?
Aku lah!
Anyway, ngomongin soal latihan, aku nggak sering ketemu Teo seperti dulu. Jadwal kami mulai berseberangan. Kayaknya dia ambil jam siang, sedangkan aku agak maleman karena anak-anak bisanya jam segitu. But bitch! Who cares lah ya?
Siangnya aku disuruh ke lapangan. Kumpul bareng anak-anak OSIS dan Paskriba. Well, aku dapet jatah baca-baca lagi. Something I couldn’t refuse for some reasons. Ya iyalah. Nolak tugas negara sama aja minta dihukum! Minimal minta ganti, itu pun tetep nggak jauh-jauh amat dari kata “kerja”. Well, bukannya aku males. But I’m human too! I need a break! Satu upacara aja! Sekali-kali jadi peserta, kek?
“Mavin udah jago lah pasti!” puji Pak Warso, yang nyatanya nggak bikin bungah sama sekali. Aku sih berharap, beliau bakal bilang: berhubung kamu udah jago, mending gantian sama yang lain? Gitu!
But who the hell gonna say so?
Well, akhirnya aku mangkir. Sendirian. Di pinggir lapangan mirip kambing cengo. Pak Warso bilang aku udah jago. Memisahkanku dari anak-anak yang masih sibuk latihan. But I don’t care sih, Pak! Anak SD juga bisa baca ginian! Meh!
At least, aku nggak menyesali keputusan Pak Warso memisahkanku dari kelompok.
Kayaknya, keberuntungan sedang berpihak padaku. Langit menuliskan takdir dimana kali ini aku harus merasa bahagia. Feel happy gitu, loh!
I’m not gonna lie, kalo aku beneran exiting banget ketika mendapati figur yang tengah berjalan di koridor ruang guru itu. Koridor yang persis bersebelahan denganku. Sampe-sampe aku bertanya sendiri dalam hati.
Kapan, sih? Kak Tampan berhenti ganteng?
“Kak Tampan, ngapain?” sapaku, ketika Kak Tampan mulai berpapasan dari arah depan. Gila, auranya bikin pening, shay! Gilingan! Unch!
“Lewat aja. Jadi petugas baca-baca lagi?” well, I never thought kalo dia bakal seperhatian itu. Like… he knows kalo aku ini petugas baca-baca. Berarti dia memang sudah memperhatikanku, kan?
“Iya, nih. Bosen!” gurauku. Nyatanya nggak bikin dia ngakak. At least, sunggingan tipis tercipta di bibirnya. Fuck! Cipok sekarang boleh?
“Kak Tampan udah sembuhan?” tanyaku, melancarkan jurus caring-caring manjah! Nyatanya keningnya udah nggak lagi berbalut kain kasa, melainkan plaster luka biasa.
Lagian siapa sih yang bakal mau ngelewatin momen ini begitu aja?
“Lumayan.” Jawabnya. Singkat. Please, Kak, gimme answer yang lebih panjang dari ituuu!
But diriku mendadak hopeless.
Kak Tampan pergi begitu aja seusai mengucapkan kata pamit. Menghilang di tikungan tembok. Latihan berlangsung singkat. Ternyata, Pak Warso puas hanya dengan dua kali latihan.
As usual, ponselku berdering. Kali ini dari group OSIS. Menyuruh kami untuk dispen dari jam ke keenam. It means, seusai istirahat panjang siang nanti kami sudah kudu mengantongi surat dispen bertanda tangan guru pengajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU DAN DIAMU
Romance[BxB 17+] [ON GOING] [SEQUEL] [TAMPANTEO pt.2] Copyright © 2019 Original story by Naarenn 10 April 2019 Karena cinta tak selamanya berjalan mulus