9. Neun

2K 399 112
                                    

Teruntuk para pembaca,
Buat yg suka karya2ku dan blm follow, go follow account Lieber_aimer08 to get some informations about such amazing stories dari update-an cerita2 bru gue yaa guyss:)

Harap menekan tombol bintang dan memberi dukungan pada cerita ini sebagai feedback terhadap kerja keras Author. Trmksh,

~~~~•••~~~

Candice P.O.V

Bolehkah aku membenci diriku sendiri? Yang selalu lemah tak berdaya di hadapan mereka yang berusaha untuk menindasku. Aku seorang yang percaya pada kuasa Tuhan, aku yakin, Tuhan takkan pernah memberi cobaan di luar batas kemampuan umatnya, walau perih, kupikir semua yang kulalui adalah takdir menyakitkan yang Tuhan tahu aku pasti mampu melewatinya.

Aku seorang yang taat dan terbilang sangat religius, aku pun tak pernah meninggalkan kewajibanku pada-Nya yang Maha pengasih dan penyayang.  Namun terlepas dari kesabaranku selama ini, aku hanyalah manusia biasa yang punya naluri serba salah, aku bukan nabi yang bisa selamanya bersabar, aku bukan malaikat yang bisa menyelami hati setiap manusia dengan bisikkan kebaikan.

Aku hanyalah aku, manusia biasa yang dibatas keraguannya masih terselip sebuah keyakinan, sebuah harapan untuk menyongsong hidup yang lebih baik, sebuah motivasi untuk memaknai arti hidupku yang sesungguhnya. Dan kali ini, bolehkah aku berkeluh kesah? Bolehkah aku mengingkari nikmat hidup itu? Bolehkah aku merasa bahwa hidup itu tidak adil?

Demi Tuhan, aku sudah sangat lelah. Mungkin inilah batas kesanggupanku. Jika memang eksistensiku ini tak berkenan di hati banyak orang, apa lebih baik---kuakhiri saja semua ini? Terkadang kumerindukan ibu, apa aku pergi saja dari kehidupan ini?

Seiring dengan laju kendaraan yang membawaku diantara hiruk pikuk keramaian LA yang bahkan terasa hambar di hatiku, kupejamkan mata ini dan mencoba berdistraksi dengan sentuhan alam dan hati nurani yang sesungguhnya. Dimana setiap detik dan menitnya kunikmati dengan emosi, guncangan jiwa yang sempat membuatku geram dan patah arang, kini tampak semakin nyata dalam perenungan batinku.

Wajah lelaki itu, wajah Chiko Richardson Malfoy, bahkan tak mampu mengubah pikiranku untuk mengakhiri hidup. Kupikir semua yang kulakukan hanya akan sia-sia, dan selagi napas masih berembus, kuyakin hidupku ini akan semakin rumit dan menyedihkan.

Maafkan aku Tuhan, tapi kupikir, kematian itu akan jauh lebih baik ketimbang hidup bermandikan rasa sakit dan penyesalan.

Aku merasa tak berkawan, aku tak punya siapapun yang bisa kumintai pertolongan, orang tuaku telah tiada, tak seorangpun bisa kujadikan sandaran untuk berkeluh kesah.

Dan Chiko? Pria itu sama sekali tak kuanggap sebagai bagian dari hidupku ini. Dengan bagaimana caranya memperlakukanku tak acuh, dan sikap sedingin es-nya yang seringkali membuatku terusik, kupikir, memang tak ada alasan lagi bagiku untuk tetap hidup di sisinya.

Sekalipun aku mati, tak seorang pun akan merasa kehilangan, karena mereka tak peduli, termasuk juga pria itu. Ia takkan merasakan kehilangan yang begitu mendalam. Ia akan kembali pada rutinitasnya yang ia anggap normal, tanpa gadis asing yang baginya aneh dan sangat mengganggu, aku sadar, memang cinta tak pernah tumbuh di antara kami yang bisa dikatakan hidup dalam sebuah keterpaksaan.

Mungkin memang sebaiknya, akulah yang tahu diri, tahu kapan saatnya harus berhenti, untuk mengakhiri semua ini.

"Berhenti!" ucapku pada supir yang duduk di depan sana.

Candiko ( Candice & Chiko ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang