12. Zwölf

2.1K 406 158
                                    

Teruntuk para pembaca,
Buat yg suka karya2ku dan blm follow, go follow account Lieber_aimer08 to get some informations about such amazing stories dari update-an cerita2 bru gue yaa guyss:)

Harap menekan tombol bintang dan memberi dukungan pada cerita ini sebagai feedback terhadap kerja keras Author. Trmksh,

______________

Dia, merenung dalam kesendirian. Dia berbicara pada dirinya sendiri, bahwa tak lama lagi, mimpi buruk ini akan segera berakhir. Yah, dia akan segera keluar dari kesukaran dan mulai menata masa depannya dengan lebih baik dari apa yang ia rasakan dan ia peroleh saat ini.

"Aku pasti bisa, aku akan melewati semua ini, aku akan baik-baik saja meski tanpa orang itu, aku yakin, aku harus bisa, demi hidupku, demi masa depanku, dan demi apa yang kuyakini, aku..., harus pergi dari kehidupan Chiko, bagaimanapun caranya..., " lirih gadis itu sambil menyeka airmatanya.

Candice menangis dalam kesendirian nya, hatinya begitu ingin melepaskan diri, raganya begitu ingin pergi jauh dari ingar bingar kehidupan yang tak pernah ia impikan dalam hidupnya.

Gadis itu terisak,

Isakan yang pilu menyentuh hingga ke relung hatinya yang paling dalam.

Candice tahu, sejak awal semua ini sudah salah,

Tak seharusnya ia hadir dalam kehidupan pria itu, yang mana alur kehidupannya menjadi semakin sulit dengan semakin banyaknya orang yang membencinya.

Candice pikir, dia benar-benar tak memiliki siapapun di dunia ini selain dirinya sendiri yang harus tetap bertahan. Bukan Chiko, bukan lelaki itu yang bisa ia jadikan sandaran hati.  Baginya, pertemuan mereka hanyalah sepintas scene drama dalam dimensi hidupnya. Dengan Chiko yang hidup sebagai pemeran utama di dunianya yang berbeda, beserta Candice yang berperan sebagai figuran tak berarti dalam dimensi yang klise ini.

Candice mengerti sekarang, hatinya sudah mantap untuk memilih, seperti apa alur cerita selanjutnya, dalam kisah kasih antara dirinya dan Chiko yang nyatanya semu. Tak ada rasa yang tertinggal sama sekali, Candice pikir, ia akan segera pergi dari hidup Chiko dan mengajukan gugatan cerai.

Tok.. Tok..

Suara ketukan itu mengejutkannya. Refleks gadis ini kembali berbaring di atas tempat tidurnya dengan kedua mata terpejam. Candice merasa Chiko akan datang dan kembali membuat dirinya merasa serba salah. Gadis itu pura-pura terlelap, begitu tak ingin melihat wajahnya, sampai akhirnya ia mendengar suara derap langkah kaki yang tengah berjalan sigap kearahnya lalu berdiri tepat di sisi ranjang gadis itu tanpa suara.

Candice masih pura-pura terlelap dan bersikap seolah dirinya masih sangat lemah. Gadis itu baru saja siuman pagi ini, rasa letihnya bukanlah sandiwara, meski ketidaksadaran nya saat ini begitu dibuat-buat.

Candice tak mendengar apapun selain suara krasak krusuk seperti bungkus pelastik yang diremas dan ditaruh di atas nakas. Candice masih tak berniat untuk menyambutnya dan membuka mata, hingga suara maskulin bernada bariton itu terdengar lebih lembut dari biasanya,

"Kau pasti masih sangat lemah, aku mengerti, sebaiknya kau lebih banyak beristirahat sampai kondisimu benar benar pulih, "

Mendengar suara itu, otomatis kedua mata Candice terbuka. Suara itu, suara yang jelas berbeda dari yang biasa ia dengar. Dan benar saja. Gadis itu tak mendapati Chiko di sana, tapi seseorang berjas maroon yang datang dengan membawa sebuket bunga lili putih.

Candiko ( Candice & Chiko ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang