•Extra Part : The Pregnancy•

185 9 0
                                    

Steffi menatap cermin di depannya nanar. Muntah berpuluh-puluh kali membuat sekujur tubuhnya melemas tanpa energi sama sekali.

"Nyonya,ayo berbaring dulu. Saya akan memijat tengkuk nyonya biar lebih enak." bujuk seorang pelayan sambil menggandeng tangan steffi untuk berbaring di tempat tidurnya.

Setelah pelayan itu memijat tengkuk steffi,pelayan itu keluar kamarnya dan mempersilahkan steffi untuk tidur.

Seluruh tubuhnya benar-benar mati rasa sekarang. Seolah puluhan batu sedang menghantam badannya.

Belum lagi rasa mual yang terus menderanya sehingga membuat kepalanya sangat pusing. Dia sangat bingung,penyakit apa yang kini sedang menderanya. Dia belum pernah merasakan sakit sampai begitu tersiksa seperti ini.

Karena sakit kepala yang terus-menerus menderanya,steffi tertidur dan sejenak merasakan sakitnya sudah hilang.

Ketika ia bangun,langit sudah terlihat gelap. Dia melihat jam di ponselnya,ternyata sudah jam delapan malam. Dia tidur selama tujuh jam dan sekarang perutnya meronta untuk makan.

Dengan sakit kepala yang menyerangnya,dia berjalan ke ruang makan untuk memakan sesuatu karena laparnya sudah tidak bisa dikompromi lagi.

Setelah makan,dia berniat untuk kembali ke kamarnya. Tetapi sepertinya Tuhan berkehendak lain. Dia mendadak mual dan perutnya sangat sakit. Sampai-sampai dia merintih kesakitan.

"Argh,bi tolong saya bi. Argh,bi!" rintihnya sambil memanggil pelayan pribadinya.

"Nyonya! Yaampun,nyonya kenapa? Sini saya bantu." kata pelayan itu dan mencoba menggotong steffi menuju sofa ruang tengah.

"Nyonya,kita ke rumah sakit aja ya? Sakitnya udah parah banget ini." bujuknya. Tapi lagi dan lagi steffi hanya menjawab dengan gelengan.

"Nggak usah,ini cuma masuk angin doang paling." balasnya sambil terus memegang perutnya yang masih sakit.

"Masuk angin gimana? Buktinya perut nyonya sakit,ini pasti bukan penyakit biasa." bantah sang pelayan. Tiba-tiba pelayan itu melebarkan matanya. "Apa jangan-jangan,nyonya hamil!?" kata pelayan itu dengan sangat keras.

Steffi melotot,"Heh! Jangan ambil keputusan dulu!" bantah steffi.

"Nyonya cek aja dulu pake test pack. Gimana?"

"Yaudah,sekarang suruh pelayan yang lain beliin benda itu. Kamu tolongin saya ke kamar." perintah steffi yang langsung dijawab anggukan oleh pelayan pribadinya.

Deg!

Rasanya jantung steffi berhenti berdetak sekarang juga. Terkejut akan benda di depannya. Test pack itu menyatakan garis dua. Itu artinya,steffi positif hamil.

Senyum bahagia terpatri di wajah steffi. Dia tak bisa menahan kegembiraannya sekarang. Akhirnya setelah berusaha selama kurang lebih satu tahun,Tuhan mempercayakan steffi untuk mengandung anak pertamanya.

Bagaimana nanti reaksi marcello ketika mendengar kabar bahwa dirinya sedang mengandung? Steffi bahkan tidak bisa membayangkan itu. Pasti marcello sangat senang mendengarnya.

Cklek

Suara pintu terbuka menandakan ada orang masuk ke kamarnya. Steffi tersenyum,mengingat siapa yang masuk ke kamarnya. Pasti marcello,suaminya.

"Steffi?" panggil marcello dari luar kamar mandi.

"Iya,tunggu sebentar."

Steffi keluar dari kamar mandi dengan wajah sumringah dan menghampiri suaminya yang sedang duduk di pinggir ranjangnya.

"Sayang." panggil steffi sambil mengaitkan tangannya ke tangan marcello.

"Kenapa? Tumben manja gini." tanya marcello yang heran akan perubahan tingkah istrinya.

"Ada sesuatu yang aku mau omongin ke kamu."

"Omongin apa?" tanya marcello dengan penasaran.

"Kamu bakal jadi ayah." jelas steffi yang berhasil membuat marcello membeku

3 detik

5 detik

10 detik

"Sayang?" steffi melambaikan tangannya di depan wajah marcello.

"Kamu serius?" tanya marcello,lagi.

"Iya. Kenapa? Kamu nggak suka?" seketika raut wajah steffi berubah menjadi tidak menyenangkan.

"Nggak,bukan itu. Aku bahkan seneng banget,sampe bingung mau ekspresiin kayak gimana lagi."

"Aku serius sayang,ini test packnya." kata steffi dan menyodorkan sebuah test pack.

Detik itu juga,marcello mengeluarkan air matanya. Masih tak percaya akan apa yang barusan terjadi.

"Makasih sayang,kamu udah memberikan aku harta terindah." ucap marcello sambil memeluk steffi erat,sangat erat.

"Sama-sama sayang. Aku nggak bakal bisa menanggung semua ini,kalo bukan dukungan dari kamu." balas steffi.

Dan akhirnya hari itu mereka habiskan dengan tangis-menangis karena masih nggak percaya akan mujizat Tuhan.

Dan akhirnya hari itu mereka habiskan dengan tangis-menangis karena masih nggak percaya akan mujizat Tuhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Extra part tamat! Sampai jumpa di cerita lain!

STELLO [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang