Kenangan yang telah membeku pada miliaran detik yang telah berlalu...
Dan sungguh, saya mencintainya karena-Mu... Tetapi dia tidak tahu tentang perasaan ini.
Saya mohon beritahu kepadanya Ya Allah... Karena saya tidak tahu bagaimana cara mendekatinya, kecuali mendekat kepada Rabb-Nya.***
Assalamu'alaikum. Perkenalkan, nama lelaki itu Jafar Dzikri Rabbani. Eits, tunggu! Jangan kalian pikir nama Rabbani itu dari sebuah merek fashion muslim yang terkenal itu ya. Rabbani itu artinya Arif; Sholeh.
Eh, kenapa malah bahas arti nama dia?
Sudah lah, tidak perlu dipikirkan lagi. Saya ingin bercerita... menurut kalian, cinta itu apa? Ya, saya tahu kalau pembahasan ini termasuk sesuatu yang kuno. Tapi, bagi saya cinta itu mengagumkan.
Kenapa?
Karena, dengan satu kata itu --cinta... mampu mengartikan banyak makna. Cinta terhadap orang tua. Cinta kepada saudara. Cinta pada sahabat atau teman. Dan cinta dengan lawan jenis?
Saya mau tanya boleh? Lebih baik mencintai atau dicintai? Alasannya apa?
Contohnya Jafar...
Jafar pernah menyukai seseorang yang begitu istimewa di matanya. Mungkin sampai saat ini, rasa itu masih ada. Jafar tidak tahu bagaimana penilaian sosoknya di mata kalian. Nanti bisa kalian nilai sendiri dengan berjalannya seiring cerita ini.
Nama perempuan itu... Nayyara Alvaretta Azzahra. Panggilannya, Nayya atau Nay.
Sebenarnya sudah lama Jafar menyukai Nayya. Tapi, belum ada keberanian seperti Jeffry yang lebih memilih ta'aruf dengan Khuma --sepupu Jafar.
Kalian ingin tahu cerita mereka berdua --Jeffry dan Khuma? Ada di cerita dengan judul Ta'aruf. Bukan, saya bukan bermaksud mempromosikan cerita tersebut. Hanya saja, siapa tahu ada yang ingin membacanya karena penasaran.
"Jaaaf! Ada Azzam," teriak Mama Jafar.
Azzam Rafasya Raditya, teman Jafar sejak di bangku sekolah menengah atas. Pasti kalian berpikir kalau Jafar dan Azzam sangat dekat seperti sahabat. Ti.dak! Azzam salah satu saingan Jafar untuk mendapatkan Nayya, dulu. (Ada di cerita 'AZZAM' kisah mereka jaman sekolah)
Sebab, Nayya terlihat nyaman saat mengobrol dengan Azzam tanpa memerdulikan Jafar yang selalu tertuju padanya. Begini lah kalau menyukai seseorang dalam diam. Jafar termasuk orang yang pengecut 'kan?
"Iya Ma, sebentar..." sahut Jafar.
Jafar turun dari ranjang dan bergegas menghampiri Mamanya yang ada di depan pintu kamar.
"Mau ngapain Azzam ke sini? Jafar males nemuinnya Ma." Itu kata Jafar.
"Kamu tuh ya! Nggak boleh gitu, Azzam itu tamu loh," sahut Mama Farah.
Menghela napas, akhirnya Jafar bersedia untuk menemui Azzam.
"Langsung aja Zam, ada apa?"
Jafar duduk di sofa seberang Azzam. Sedangkan laki-laki pemilik lesung pipi itu hanya terdiam. Sepertinya Azzam sedang berkutat dengan pikirannya sendiri.
Sudah cukup lama Jafar tidak berjumpa dengan laki-laki yang ada di hadapannya ini. Sekitar... setengah tahun? Sebab, setelah lulus sekolah Azzam melanjutkan pendidikannya ke Turki dan hanya beberapa kali pulang ke Tanah Air.
"Zam!" seru Jafar pada akhirnya.
Terlihat Azzam sedikit terkejut. "Iya Jaf. Saya mau ngasih kabar buat kamu." Dia langsung to the point.
"Kabar apa? Saya kira udah nggak ada yang perlu dibicarakan lagi kan? Terakhir kali, saya memilih menyerah."
"Kamu harus tau, kalau bulan depan Nayya akan menikah dengan Fakhri. Dan kamu diundang oleh keduanya."
Hah? Demi apa? Nayya dan Fakhri?
Kok bisa?
"Kamu serius Zam? Nayya sama Fakhri?"
Azzam mengangguk cepat. "Iya, ini undangannya. Saya diminta sama Fakhri untuk nganterin ini ke kamu. Dia nggak sempet karna masih di Turki."
Azzam memberikan sebuah undangan berwarna gold dengan design yang sederhana namun terlihat sangat elegant. "Saya juga titip untuk Annas ya."
"Nayya... akan menikah?" gumam Jafar yang mungkin dapat didengar oleh Azzam.
Jafar melihat Azzam mengangguk. "Saya juga nggak tau gimana ceritanya, Nayya dan Fakhri bisa menikah. Mungkin dijodohkan atau ta'aruf?"
"Mungkin, Zam... tapi bukannya Nayya itu sukanya sama kamu ya?"
"Kamu nggak pernah berubah ya... tetap kayak dulu. Seenaknya aja ngambil kesimpulan. Saya dan Nayya hanya sebatas sahabat. Lagipula, saya udah mengkhitbah Fatimah... adik Fakhri."
Hhh... haruskah Jafar sedih? Tapi ini adalah kabar bahagia. Mungkin Jafar harus ikut senang.
Jafar yakin hampir semua orang yang pernah jatuh cinta tahu apa makna dari kata kenangan.
Bagi Jafar, kenangan itu adalah Nayyara. Kenangan yang telah membeku pada miliaran detik yang telah berlalu. Sebuah memori yang tertinggal di masa lalu dan masih membekas di ingatan hingga saat ini. Entah itu kenangan manis atau pahit.
Mengangumi Nayya kini hanyalah kenangan yang tak mungkin dapat terulang.
Jafar mencoba untuk tersenyum, walau ada perasaan yang begitu mengganjal di hatinya. "Makasih banyak Zam. Tolong sampaikan salam saya untuk Fakhri dan... Nayya. Selamat untuk mereka. BarakAllahu lakuma wa baraka'alaikuma..."
"Nggak perlu ditutupi Jaf. Saya tau gimana perasaan kamu saat ini." Azzam sangat paham bagaimana dulu Jafar begitu mengagumi Nayya.
"Mungkin Nayya bukan jodoh saya. Saya hanya diberi kesempatan untuk mengaguminya, bukan memilikinya," sahut Jafar.
Terlihat Azzam menganggukkan kepala, seperti mengerti apa yang Jafar ucapkan. Ya, mungkin Nayya hanyalah satu dari banyaknya orang yang singgah di hidup Jafar untuk mengajarkan banyak hal. Berani mencintai berarti harus siap untuk patah hati.
InsyaAllah Jafar siap menjalani hidup ke depannya. Walau agak sulit tapi Jafar yakin bahwa Allah sudah menyiapkan sesuatu yang lebih baik untuknya.
***
Dibatas keraguanku, tersimpan keyakinan tentang cerita ini. Jadi tolong nantikan kelanjutannya, minggu depan :)
Ada yang udah save di library atau readinglist?
Untuk membuka chapter selanjutnya, ayo spam komentar ehehe :v
©®ayspcy, 2k21
KAMU SEDANG MEMBACA
Jafar | Na Jaemin ✓
FanfictionJafar hanya tahu, kalau mencintai seseorang itu harus dengan cara yang keren. Seperti yang dilakukan oleh Jeffry, yang mendekati sepupunya --Khuma dengan cara ta'aruf. Proses ta'aruf yang begitu romantis. Mangaguminya dalam diam. Menyayanginya dalam...