Dua

70 11 0
                                    

Holla, aku balik lagi guys...
Jangan bosen2 ya sama ceritaku..
Maaf kalo gaje n banyak typo 🙏
Jangan lupa sentuh bintang n comment..
Part ini agak panjang dikit tapi, jadi siapin camilan atau pop corn dech biar bacanya nggak garing...
Apa perlu aku siram biar basah ? Wkwkwkwk

Happy Reading
💐💐💐

---------------------------------------------------------------

Azka pov

Hari ini entah mengapa menjadi hari yang paling bikin hatiku berdebar. Bahkan ujian nasional atau ujian masuk universitas kedokteran tak sebegitu deg-degan. Namun yang aku tahu pasti ini semua tidak lain dan tidak bukan adalah karena dia.

Dia yang kubonceng dengan motor ninja merahku. Dia yang cemberut sambil memegangi tali ranselnya. Dan dia yang tak berhenti menggerutu atau mengumpat.

Padahal dia berjilbab.

Samar-samar kudengar dia menggumamkan kata ‘pelan banget sih, nih motor apa keong?’. Selintas ide muncul dalam otakku. Kenapa tak ku kerjai saja nih cewek satu, seru kali yah.

Abisnya baru kali ini ada cewek yang keliatan ogah-ogahan banget deket sama aku. Padahal semua cewek yang pernah kubonceng  selalu langsung meluk tanpa perlu disuruh.

Saat memasuki kawasan jalan raya, ide jail itu mulai dilaksanakan. Mencoba kembali kemampuan mengebut yang sudah lama aku tinggalkan.

Karena dia.

Kutancap gasku kencang-kencang, membuat angin menghempas wajahku yang tak tertutup kaca helm. Kurasakan bahuku dipegang erat. Ah, dia ketakutan ternyata, tadi aja pake acara nggak mau megang segala. Sekarang malah apa.

Kusalip beberapa mobil didepan. Ah, sensasinya masih sama seperti dulu. Menyenangkan, melegakan, dan terasa ringan. Seakan semua beban ikut terbawa angin.

Kulirik dia dari kaca spion. Agak aneh. Disaat yang ngebut seperti ini dia malah terlihat bingung, walau ketakutan juga terpancar jelas dari raut wajahnya.

Tapi kerutan diantara kedua alisnya dan gerakan kepalanya yang terus saja menoleh ke sekitar membuatnya terlihat baru kali ini mengebut dan tak tahu apa itu mengebut.

Kupercepat kembali laju motorku, menyalip truk kontainer didepan dengan sekali jalan. Kemudian kuperhatikan lagi wajahnya.

Matanya merah dan berair, hidungnya merah. Mungkin karena ia tak terbiasa dengan angin yang menghempas wajahnya dengan kencang. Salah sendiri tak mau menutup kaca helm.

Tapi tunggu. Dia.... bergetar?.

Tubuhnya gemetar, walau dapat kurasakan tangannya mencengkeram bahuku kuat hingga terlihat memutih. Membuat kulitnya yang memang putih menjadi pucat. Aku agak sedikit kaget saat mendapati wajahnya pucat pasi.

Kemudian yang membuat laju motor sengaja ku perlambat adalah air mata yang jatuh dari kelopak matanya yang tak berkedip sedari tadi. Coba bayangkan, ia tak berkedip dengan kondisi wajah diterpa angin yang cukup untuk bikin mata perih.

Ku berhentikan motorku di pinggir jalan, tepat di depan warung soto lamongan yang waktu itu baru saja membuka warung.

Ketika aku membuka helm pun dia masih tetap sama. Hingga aku tersadar oleh sesuatu yang membuatku panik sekaligus takut dan khawatir.

RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang