Sepuluh

20 3 0
                                    

3rd person pov

Pintu ruang High Care Unit itu terbuka. Menampilkan sesosok laki-laki yang terlihat kacau dan muka lelah, berdiri menatap sendu kepada gadis yang terbaring lemah diatas tempat tidur.

Laki-laki berpakaian steril itu melangkahkan kakinya memasuki ruangan setelah hanya terdiam mematung di ambang pintu. Laki-laki itu mendekat ke arah ranjang rumah sakit, masa bodoh dengan dirinya yang bahkan tak menyukai bau-bau menyengat di ruangan itu.

Kakinya terhenti saat ia sudah sampai di dekat ranjang rumah sakit. Disana terbaring gadis dengan peralatan medis yang cukup membuat laki-laki itu merasa sangat bodoh dan menyesal.

Laki-laki itu, Azka, merasa bodoh dan menyesal telah memaksa gadis yang enggan membuka mata di hadapannya ini untuk memakan spagetti di food court mall tadi sore.

Flashback On with 3rd person pov

“Surat Pemindahan Pasien ke Ruang HCU??!!!”

Azka membola membaca surat yang ada dihadapannya. Bahkan tanpa ia sadari suaranya meninggi, menatap dokter itu dengan bingung. Sebenarnya apa yang serius dari Alifa hingga dia harus dipindahkan ke ruang HCU?.

“Sebelumnya saya ingin tanya, apakah pasien bernama Alifa memiliki alergi akut terhadap sesuatu?” tanya dokter berparas tampan itu yang sukses membuat Azka mengernyitkan dahi.

“Saya tidak tahu dok, selama ini saya tidak pernah mendapati Alifa seperti ini.” Kata Azka jujur.

“Dugaan saya dia mengalami alergi akut terhadap sesuatu yang dimakan atau diminum, karena yang mengalami pembengkakan dan inflamasi paling parah adalah daerah tenggorokan dan mungkin daerah pencernaan. Hal ini membuat pasien tidak dapat bernapas.”

Penjelasan dokter yang mengatakan Alifa mengalami alergi akut pada sesuatu yang dimakan dan diminum serta merta membuat Azka ingat bahwa gadis itu tadi menolak mati-matian memakan spagetti saat di food court.

Tapi spagetti bukannya makanan yang wajar dan mengingat tabiat Alifa yang suka makan dan tak pernah pilih-pilih makanan rasanya sulit percaya gadis itu mengalami alergi.

Suara ketukan di pintu menyadarkan Azka dari lamunan. Seorang suster masuk ke ruangan setelah mendengar dokter yang menyuruhnya untuk masuk. Di tangan suster itu terdapat map berwarna hijau yang kemudian berpindah tangan ke tangan dokter.

Setelah membalas terima kasih dari dokter, suster itu meninggalkan dokter yang kini membaca dengan cermat entah apa isi dari map tersebut. Sedangkan Azka masih memikirkan kira-kira Alifa makan apa tadi.
“Dari hasil lab, pasien di diagnosa mengalami alergi akut terhadap sesuatu berbahan dasar susu sapi atau susu kambing.” Penjelasan dari dokter itu memicu ingatan Azka tentang Alifa yang dipaksanya memakan spagetti dengan banyak keju diatasnya.

“Tadi dia makan keju dok.” Kata Azka yang kemudian ditanggapi dokter itu dengan manggut-manggut, mengerti kenapa pasiennya mengalami alergi sampai terkapar di rumah sakit dan memerlukan peninjauan secara berkala.

“Seberapa banyak?” tanya dokter bernama Faisal itu memastikan.

“Cukup banyak, sebab dia memakan spagetti dengan topping keju ekstra. Ditambah dia meminum milkshake stroberi.” Jawab Azka lesu.

Ingatan Azka melayang pada keegoisannya yang lagi-lagi memaksa Alifa untuk meminum milkshake yang ia pesankan dengan mengancam akan meninggalkan gadis itu di mall sendirian.

“Oh, dan dia juga memakan es krim.” Katanya saat ia melihat dokter itu membuka mulut hendak bicara.

Ingatan Azka lagi-lagi tertuju saat Alifa meminta dibelikan es cup bermerk ‘Pino’, namun karena Azka yang malu sekaligus kesel pada gadis itu karena permintaan Alifa yang seperti anak TK malah membelikan es krim rasa vanilla pada gadis itu. Dan gadis itu langsung menuruti paksaannya karena ia mengancam dengan ancaman yang sama. Meninggalkan gadis itu sendirian karena tak mau menuruti perintahnya.

RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang