Flashback on
Dug! Dug! Dug!
Suara bola basket yang beradu dengan kerasnya lantai lapangan menjadi harmoni tersendiri bagi Azka siang itu. Bel pulang sekolah telah berbunyi satu jam yang lalu namun Azka masih betah berlama-lama bermain basket.
Sebenarnya ia tak sendiri, ia bermain bersama Bhumi lengkapnya Arjuna Mangkubhumi, sahabatnya sejak bayi. Sahabatnya yang satu itu emang sahabat terbaik yang Azka miliki.
Semua tentang Azka dia tau. Kalau kalian tanya warna celana dalam yang dipake Azka waktu hari pertama masuk TK sama Bhumi, Bhumi bakal jawab lengkap. Mulai dari warna, merk, ukuran, sampek tanggal dibeli itu celana dalam.
Oke, lupakan masalah underware. Satu bola masuk lagi, pertanda ronde kedua berakhir sekaligus penanda bahwa Azka menang lagi meskipun selisih skor tidak terlalu jauh.
"Lo emang nggak pernah bisa dikalahin, bro. Sekali-kali lo pura-pura kalah gitu, nyenengin sahabat dapet pahala tauk." Gerutu Bhumi seraya berjalan menuju tepi lapangan.
Azka mengambil handuk dan mengelap keringat yang jatuh di tengkuknya, menaruhnya kembali di tempat semula, kemudian mengambil dua botol air mineral dan membawanya ke arah Bhumi.
Bhumi yang menyadari langkah Azka menuju kearahnya menoleh dan menangkap sebotol air mineral yang dilempar Azka kemudian kembali berbalik menghadap ke depan, lalu berujar "Thank's".
Azka sendiri duduk di samping Bhumi dan menenggak air mineral di tangannya tanpa menjawab terima kasih dari Bhumi.
"Hari ini tumben lo senyum-senyum sendiri? Biasanya muka lo lurus-lurus aja. Lagi jatuh cinta ya, lo?" tanya Bhumi, sambil menoleh kearah Azka.
Azka tidak menjawab. Cowok itu hanya meletakkan botolnya disamping lutut kemudian menekuk salah satu kakinya dan menggunakan kedua tangannya sebagai penyangga beban tubuhnya.
Kepalanya mendongak mengamati dua burung gereja yang hinggap di salah satu ring, berhadapan seolah bercengkerama sesekali menunduk bergantian seolah memberi penghormatan, berpacaran. Azka tersenyum menatap pemandangan itu.
"Siapa nih, yang bakal jadi ibu negara? Anak sini bukan?" tanya Bhumi kembali menenggak air mineralnya.
"Bukan, gue rasa lo nggak kenal deh sama doi." Kata Azka masih di posisi yang sama.
Bhumi hanya mendengus mendengar itu.Secara, Bhumi adalah ketua OSIS yang sudah hapal diluar kepala nama murid-murid SMP di Jakarta, bukan hanya di SMP mereka saja. Dan jangan lupakan gelar playboy yang disandangnya dua tahun berturut-turut, menjadikannya khatam nama dan sifat gadis yang ditemuinya walau kabar playboy itu sebenarnya hanya rumor.
"Coba deh lo sebutin ciri-cirinya." Pancing Bhumi.
"Dia itu tinggi, putih, ramah banget kalo senyum, rambutnya item lurus sepinggang, trus punya lesung pipi. Dia anak SMP Garuda Bangsa. Trus suka pake barang-barang warna biru dongker." Kata Azka sembari menutup matanya, membiarkan wajah gadisnya berkeliaran di pikirannya.
"Cewek kan?" kata Bhumi sembari berpikir. Sejurus kemudian dia meringis karena kepalanya di gaplok sama Azka.
"Iya, sorry-sorry. Gue tau kok lo normal, yang tadi cuma refleks aja." Kata Bhumi mengangkat jari kanannya membentuk huruf V saat Azka memelototi Bhumi.
"Kalo dari analisis gue, tuh cewek pasti Mila. Alifah Hasna Kamila."Azka mengernyit bingung karena setahunya cewek itu bernama Alfiyah Hasna Kumala, jas yang waktu itu dipakai saja bername tag itu.
"Cewek most wanted SMP Garuda Bangsa yang punya segudang kemampuan unik. Bokapnya pemilik perusahaan elektronik, yah walaupun masih baru sih. Pokoknya Mila itu pacar material's banget lah kalo menurut gue. Dan dia punya kemba-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember
RomanceAlifa Hasna Kamila adalah cewek yang mempunyai banyak sekali kemampuan diluar nalar. Gift dari Yang Maha Kuasa namun begitu menyiksa banginya. Ditambah dengan ingatannya yang telah hilang membuat orang yang mengenalnya menganggap ia sebagai cewek an...