Empat Belas

25 2 0
                                    

💀 Happy Reading 💀

Azka memasuki ruangan dan mendapati Alifa tengah duduk di atas lantai meski selang infus masih tertancap di punggung tangan kirinya. Ia nampak asik berbicara dengan udara kosong yang Azka tau adalah arwah yang pasti tengah berbincang dengan Alifa yang cekikikan.

“Kamu ngobrol sama siapa?” tanyanya setelah berdiri di belakang Alifa yang kini tampak terkejut setengah hidup. Seperti maling yang tertangkap sedang mencuri.

“E-enggak, kok. S-siapa yang lagi ngobrol? Gu-gue tadi jatoh, kok, hehehe.” Kata Alifa yang kini bangkit berdiri secepat kilat. Dia menyesali kegugupannya yang datang di waktu yang enggak banget, ia takut jika ketauan berbohong dan Azka beranggapan sama seperti yang lain. Menganggap Alifa orang gila karena berbicara dan tertawa seorang diri.

“Nggak usah gugup gitu, aku tau kok kalo kamu itu indigo. Nyantai aja.” Kata Azka dengan senyum teduhnya dan tatapan hangatnya yang membuat Alifa merasa lega. Tunggu dulu, kamu? Barusan Azka ngomong sama gue pake aku-kamu? Batin Alifa heran.

“Kenapa? Gak usah kaget gitu aku pake aku-kamuan. Aku bakal pake itu terus ke kamu karna aku sayang dan cinta sama kamu, Alifa.” Kata Azka dengan mimik serius. Ia tau bahwa Alifa pasti memikirkan itu. Dari ekspresi Alifa yang keheranan sekaligus rona pipi yang menambah gemas Azka. Dia jadi pengen nyium.

Tapi bagaimana jadinya jika Azka tau bahwa Alifa mempunyai kemampuan mengerikan itu? Apa ia akan mengerti dan tidak memanfaatkan kemampuan yang dimiliki Alifa seperti yang selama ini ia dapat? Pertanyaan itu terus menggelayuti Alifa dan membuat keraguan di hatinya menguat.

Seakan tau keraguan Alifa, Azka maju selangkah dan meraih kedua tangan Alifa. Meremasnya lembut, seakan dengan itu semua keraguan dari Alifa akan sirna. Dan memang begitu adanya. Alifa benar-benar telah kehilangan semua keraguan di hatinya hanya dengan remasan tangan dan tatapan penuh percaya dari Azka.

Sebuah senyum manis terbit di bibir Alifa. Hatinya kini ringan. Ia tak lagi sendirian. Ia tak lagi takut dimanfaatkan. Ia kini mantap untuk membuka hatinya pada Azka. Tak lagi ragu pada perhatian dan perlakuan penuh cinta Azka yang dirasakannya tak kurang dari enam jam. Sedahsyat itu Azka Effects padanya.

Senyum secerah mentari itu menular pada Azka. Azka merasa tenteram hanya karena senyuman Alifa, sesederhana itu arti bahagia bagi Azka. Melihat senyum tulus Alifa yang dapat ia hitung dengan jari.

“Boleh aku ketemu sama orang yang kamu ajak ngobrol?” tanya Azka lembut.

“Boleh, dia pasti seneng.” Kata Alifa kemudian mengajak Azka duduk bersila di lantai.

Setelah Alifa berbicara sebentar dengan arwah itu untuk meminta izin bahwa Azka ingin melihat, Alifa memerintahkan Azka untuk menutup mata dan mengosongkan pikiran dan dilakukan Azka tanpa banyak bicara.

Sedetik kemudian ia merasakan tangan Alifa mengusap dahi hingga puncak kepalanya, setelahnya ia merasa udara di sekitarnya menjadi sangat dingin, namun ia mencegah perasaan ingin memeluk diri sendiri. Satu-satunya kehangatan yang ia rasakan adalah tangan Alifa yang sedari tadi ia genggam. Setelah itu terdengar suara Alifa meminta padanya agar membuka mata.

Dan Azka bisa melihatnya. Seorang wanita berambut panjang duduk bersimpuh dengan pakaian suster melekat di tubuh yang kulitnya pucat. Sontak Azka sedikit terkejut tapi ia berhasil menguasainya. Ia menoleh ke Alifa dan mendapati gadis itu tersenyum padanya dan mengendikan kepalanya ke arah hantu suster di depannya yang sedari tadi diam memerhatikan, seakan memberi isyarat pada Azka agar berbicara pada suster itu.

Awalnya ia ragu dan sedikit tidak nyaman dengan suasana dingin yang begitu mencekam, tapi saat melihat senyum Alifa yang mengisyaratkan ‘semua baik-baik saja’, ia memulai percakapan pertamanya dengan hantu suster itu.

RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang