Tujuh

25 3 0
                                    

Happy reading 🌹

3rd person pov

Seorang cowok mengernyit heran saat ia mendapati gadis kecilnya ditarik paksa oleh cowok asing yang baru ia lihat. Alfath belum pernah melihat gadis kecilnya, Mila, ditarik oleh seorang cowok selain Fahmi.

Tadi ia hanya berjalan-jalan santai di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta. Melepas lelah dan penat setelah kemarin baru saja mendarat di tanah air. Sudah lama ia tak menghirup udara Jakarta yang penuh polusi. Dirinya sengaja mengunjungi mall karena ia memang ada keperluan. Ia harus mencari beberapa barang yang harus ia beli untuk hadiah bagi gadisnya, Mila. Serta memberikan kejutan pada gadis itu. Ia sudah membawakan paper bag berisi kotak hadiah yang akan ia berikan nanti.

Namun, penyakit kutu bukunya kambuh saat ia melewati toko buku. Tanpa pikir panjang ia segera memasuki dan berniat membeli beberapa buku untuk keperluannya. Namun siapa sangka langkah kakinya malah mempertemukannya dengan Mila. Jadilah acara kejutannya harus gagal karena ia mendapati gadis itu tengah mengantri didepannya.

Ia cukup bahagia mendapati Mila meski rencananya harus kandas, namun tak dapat dipungkiri bahwa ia sangat merindukan gadis itu setelah lama tidak bertemu. Kalian jangan berpikir bahwa Alfath menyukai Mila, namun kasih sayang dan cinta yang ia berikan murni dan tulus hanya sebagai kakak terhadap adiknya meski bukan karena ikatan darah. Sifat dan tingkah laku Mila memenuhi khayalan dan imajinasi Alfath mengenai sosok adik yang ia dambakan. Hanya saja ia anak tunggal dan mamanya tidak bisa mengandung lagi karena operasi pengangkatan rahim sebab kista.

Lamunannya buyar saat mendengar Mila yang jelas meronta dan memekik kaget saat tangan cowok itu terus menyeretnya keluar dari toko buku. Alfath jelas geram melihat adegan itu, apalagi cara cowok itu memperlakukan Mila dengan kasar membuat emosinya tersulut.

Dia saja yang udah kenal Mila sejak gadis itu masih TK nggak pernah ngebentak Mila apalagi berbuat kasar pada Mila secara fisik. Ia selalu menghormati seorang cewek dan selalu memuliakannya, meskipun ia sendiri pernah disakiti oleh makhluk Tuhan yang satu itu. Tapi bukan berarti karena satu cewek yang menyakitinya berarti semua cewek akan mendapat kebenciannya bukan?

Alfath hendak menyusul Mila ketika gadis itu berbalik menoleh kepadanya dengan raut muka melas dan sedih, raut muka yang selalu membuat Alfath merasa harus melindungi dan menenangkan gadis itu.

Kepalan tangannya kian mengeras saat Mila sudah keluar dari toko buku. Segera ia berlari mengejar namun belum juga lima langkah kasir toko buku memanggilnya untuk membayar.

Shit, umpatnya dalam hati.

Dengan langkah besar dan sedikit berlari Alfath menghentikan langkahnya saat ia sudah berada diluar toko. Matanya mengedar mencari dimana sosok Mila berada namun nihil. Lantai dua mall ini sama sekali nggak ada tanda-tanda eksistensi Mila.

Merogoh sakunya ia mencoba menghubungi Mila dengan handphone-nya namun tidak diangkat hingga berkali-kali ia melakukan hal yang sama namun nihil. Alfath mengerang kesal dan menjambak rambutnya frustasi. Rasa khawatirnya memuncak, apalagi Mila ditarik oleh orang asing yang baru Alfath lihat. Bagaimana bila cowok itu berbuat sesuatu pada Mila? Bagaimana bila Mila dalam bahaya? Bagaimana bila-

Ia menggelengkan kepala mengusir ketakutan yang ia pikirkan. Tidak mau berdiam diri dan pasrah saja dengan kekhawatiran yang menguasai tubuhnya ia berjalan menyusuri lantai dua berharap bahwa Mila masih berada dalam radius jangkauannya dan memastikan bahwa gadis itu aman. Juga memberikan hadiah pada cowok itu karena berbuat kasar pada Mila.

Semua tokoh ia masuki satu-persatu hanya untuk mencari sosok Mila. Kakinya tak pernah berhenti mencari Mila kemanapun meski sedikit sulit karena ia terus mencoba menghubungi Mila. Ia harus membagi fokus antara ponsel dan langkahnya agar tidak menabrak lalu lalang orang. Matanya sedari tadi mengedar dan memindai setiap sudut berharap ada Mila diantara lalu lalang orang.

Bahkan ia hendak menerobos toilet cewek kalo perlu untuk mencari Mila. Namun kewarasannya masih berfungsi hingga ia hanya menanyai seorang wanita yang keluar dari toilet itu dengan menyebutkan ciri-ciri Mila. Namun ia harus mendesah kecewa saat wanita itu mengatakan bahwa toilet itu kosong. Seakan tak percaya ia menerobos masuk dan mencari Mila, mengabaikan kewarasannya yang mungkin sudah tak ia pedulikan lagi bila menyangkut Mila.

Membuka satu persatu bilik toilet dengan cepat agar tidak ketahuan dan ia cepat keluar dari tempat itu. Namun hingga bilik terakhir kosong Alfath kembali mendesah kecewa dan keluar dengan tangan kosong untuk kembali menjelajahi lantai dua berharap ada Mila di sana.

Setelah yakin bahwa Mila tidak ada dilantai dua, ia berlari menuju lift dan menekan tombol satu mengabaikan tatapan heran dari pengunjung lai saat melihat raut wajahnya yang khawatir. Alfath bisa saja memakai eskalator namun mengingat bahwa Mila sudah cukup lama menghilang dari pandangannya, lift adalah alternatif tercepat agar ia sampai di lantai satu. Mungkin saja cowok asing itu membawa Mila keluar dari gedung dan menuju parkiran. Alfath menggeram kesal saat lift berjalan seakan seabad.

TING!

Segera ia melangkahkan kakinya keluar lift namun baru selangkah ia terhenti. Tenggorokannya seakan tercekat. Dadanya begitu sesak oleh perasaan yang coba ia kubur dalam-dalam. Tanpa kendali tangannya mengepal kuat hingga otot-ototnya tercetak jelas. Tangannya bergetar menandakan emosi yang meluap saat ia melihat sosok di depannya.

Mereka saling terdiam pada posisi masing-masing. Yang satunya berdiri kaku dengan rahang mengeras dan tatapan penuh kemarahan sedang yang satu berdiri canggung dengan tatapan rindu. Mata mereka saling mengunci satu sama lain dengan berbeda ekspresi. Satunya menahan amarah sedang satunya menatap dengan penuh cinta dan kerinduan yang menggelegak dalam sorot matanya.

“A... A-Alfath...” panggil sosok didepannya dengan lirih bersamaan dengan setetes air mata yang jatuh mengalir di pipi kanan sosok itu.







Cuma mengingatkan jangan lupa tahajjudan bentar lagi sahur soalnya

Mojokerto, 12 Mei 2019

Rufah 🌻

RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang